Menelusuri Jejak Sejarah Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka

Menelusuri Jejak Sejarah Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Rabu, 29 Jan 2025 06:00 WIB
Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka
Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin Majalengka (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar).
Majalengka -

Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin yang berada di Jalan Raya KH Abdul Halim, Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan/Kabupaten Majalengka diduga menjadi salah satu tempat ibadah umat Tionghoa tertua di 'Kota Angin'. Kelenteng tersebut disinyalir sudah berusia sekitar 200 tahun.

Memang belum ada bukti dokumen tertulis mengenai sejarah bangunan tersebut. Namun yang menjadi petunjuk kelenteng tersebut sudah berusia ratusan tahun adalah tulisan pada atap genteng.

Petunjuk di salah satu atap genteng tersebut diduga kelenteng ini dibangun pada 1803. Menurut penikmat sejarah sekaligus Ketua Group Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau Naro, kelenteng ini dulunya rumah pribadi Menteri Keuangan Kesultanan Cirebon, Tan Sam Chay.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tempat tersebut dihibahkan menjadi tempat ibadah umat Tionghoa setelah Tan Sam Chay wafat. Menurut keterangan buku Sejarah Cirebon karangan PS Solendraningrat, Tan Sam Chay meninggal pada 1817.

"Hok Tek Tjeng Sin adalah salah satu kelenteng tertua di Majelangka, menurut keterangan almarhum Engkong Edi Subarhi kelenteng ini dibangun tahun 1803 oleh orang Tionghoa keturunan kita yang berasal dari Cirebon," kata Naro saat diwawancarai detikJabar, Selasa (28/1/2025).

ADVERTISEMENT

"(Pemilik bangunan) beliau bernama Tan Sam Chay yang saat itu singgah di Majelangka. Tan Sam Chay mendapat gelar dari kesultanan Cirebon dengan nama Tumenggung Arya Wiracula, beliau berasal dari kampung Tin Lam Sia Hokkian, Cina. Istrinya bernama Lao Lip Ay. (Awalnya kelenteng Hok Tek Tjeng Sin) ini sebagai rumah pribadi (Tan Sam Chay), kemudian menurut keterangan setelah menjadi rumah, kemudian beliau meninggal, jadi rumah itu dihibahkan sebagai tempat peribadatan," sambungnya.

Kelenteng ini dibuat karena dulunya umat Tionghoa di Majalengka cukup banyak. Atas kedermawanan Tan Sam Chay, rumah pribadinya dihibahkan menjadi tempat ibadah.

"Jika dibangun satu tempat peribadatan otomatis dulu banyak orang-orang Tionghoa atau penganut agama Tionghoa zaman dulu," ujar Naro.

Para penganut Tionghoa di Majalengka mayoritas bukan merupakan warga pribumi asli. Mereka berasal dari Cirebon dan Cina yang berpindah domisili menjadi warga Majalengka.

"Dulu di Majalengka diperkirakan bahwa orang-orang Tionghoa di Majalengka ini datangnya dari Jamblang, daerah-daerah Cirebon, kemudian ada yang langsung juga dari negeri Cina ke sini, sekitar tahun 1750. Tentunya tidak langsung banyak, bergelombang gitu, gelombang pertama 1750, gelombang kedua 1800, gelombang ketiga tahun 1900 awal, sampai 1930-an lah," jelas Naro.

Di samping itu, Naro menyampaikan, kelenteng ini tidak hanya digunakan untuk umat Tionghoa beribadah. Namun penganut kepercayaan Taoisme dan Buddha juga bisa beribadah di kelenteng tersebut.

"Jadi kelenteng ini disebut juga menjadi kelenteng Tridharma, jadi di sana itu bukan hanya penganut kepercayaan Tionghoa, tapi ada penganut kepercayaan lain seperti Taoisme dan Buddha," ucap Naro.

"Jadi itu ada dua bagian. Yang depan sebagai tempat peribadatan orang Tionghoa dan Taoisme, yang belakang sebagai penganut kepercayaan agama Buddha," tambahnya.

Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin sudah beberapa kali direvitalisasi. Pertama pada 1860an, kemudian 1900-an awal, dan terakhir 1923. Meski berkali-kali diperbaiki, namun keaslian bangunan tersebut tidak ada yang berubah.

"Jadi per-rehab-an dari pertama tahun 1860-1923 itu tidak menghilangkan bentuk asli. Cuma paling yang agak mundur itu pagar, tapi pagar itu dibuat zaman sekarang, jadi mundur ketika per-rehab-an jalan, pagar dimundurkan. Tapi yang seperti gerbang dan yang lain-lainnya masih tetap seperti yang dulu," paparnya.

Saat ini, jelas Naro, kelenteng tersebut tak hanya digunakan ibadah oleh umat Tionghoa asal Majalengka saja. Namun kelenteng ini juga kerap digunakan ibadah oleh warga luar daerah. Pasalnya, kelenteng ini dipercaya dapat membawa keberkahan.

"Memang kalau saya ngobrol dengan orang-orang tamu yang sengaja beribadah di sini, katanya kelenteng Majalengka, Hok Tek Tjeng Sin ini terkenal bagi kaum-kaum mereka. Terkenal bagaimana? katanya dulu mah ada kepercayaan bahwa setelah beribadah di sini, usahanya jadi makin maju konon saya pernah dengar tuh," pungkasnya.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads