Menyibak Asal-usul Randu Raksasa Indramayu yang Tumbang

Menyibak Asal-usul Randu Raksasa Indramayu yang Tumbang

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Rabu, 08 Jan 2025 08:01 WIB
Pohon berusia 4 Abad Tumbang di Indramayu
Pohon randu raksasa berusia 4 Abad Tumbang di Indramayu. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar
Indramayu -

Tumbangnya pohon raksasa di Kelurahan Margadadi, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu menuai banyak respons masyarakat sekitar. Tidak hanya hal mistis, ribuan kenangan pun seolah tergambar jelas bagi mereka yang tinggal di sekitar 'Randu Gede'.

Pohon randu dengan ukuran sangat besar tumbang menutupi Jalan Letnan Sutejo pada Sabtu (4/1) malam lalu. Pohon yang menjadi tanda atau 'tetenger' itu berada tepat di samping bekas bangunan lawas yang kini hanya menyisakan kerangka gudang.

Founder Yayasan Indramayu Historia Foundation, Nang Sadewo menyesalkan ikon sebuah penanda pusat kota di Kabupaten Indramayu, perlahan mulai hilang. Kendatipun ia tidak menampik, selain akibat aksi pembongkaran, cagar budaya atau penanda kota itu pun bisa lenyap karena faktor alam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Intinya satu-persatu Ikon Tengaran Kota di area itu hilang, lenyap karena pembongkaran dan karena alam," ujar Nang Sadewo kepada detikJabar, Selasa (7/1/2025).

Diceritakan Dewo, keberadaan Randu Gede itu tak lepas dari sebuah peradaban masyarakat Indramayu di sekitar Sungai Cimanuk. Di mana, kawasan pinggiran sungai tersebut dahulu pernah menjadi pusat ekonomi dengan marak berdirinya bangunan pabrik hingga gudang penyimpanan barang.

ADVERTISEMENT

Termasuk Randu Gede yang kini tumbang pun dikabarkan terletak di hamparan lahan bekas pabrik penggilingan padi atau dulu pada zaman Hindia Belanda disebut Rijstpellerij. Dewo menunjukkan, pohon itu terletak di belakang bekas kantor Rijstpellerij yang berada di Jalan Siliwangi, Kelurahan Paoman, Indramayu. Pabrik tersebut disebutkannya merupakan milik seorang warga Tionghoa bernama Oey Pek Hong pada tahun 1923.

"Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah di sepanjang Jalan Siliwangi dan Jalan Veteran, cukup menjadi bukti perkembangan peradaban di Kota Indramayu dari masa ke masa. Bangunan yang berada di kompleks markas KODIM lama ini adalah bekas kantor penggilingan padi masa Hindia Belanda atau juga disebut Rijstpellerij milik warga Tionghoa bernama Oey Pek Hong tercatat pada tahun 1923 berada di Jalan Siliwangi Indramayu. Saat ini bangunan berfungsi sebagai Galeri Seni KOMPEPAR (Kelompok Penggerak Pariwisata) Kota Indramayu di bawah binaan Dinas PORABUDPAR Indramayu dan KODIM 0616 Indramayu," teks singkat dalam Foto Arsip Nang Sadewo tahun 2015.

Potret pabrik Rijstpellerij TT. POEY & Co milik Tuan Poey Liong Gie. Foto bersumber dari Yap Soci San Fotografi, Indramayu yang diperkirakan diambil pada tahun 1937Potret pabrik Rijstpellerij TT. POEY & Co milik Tuan Poey Liong Gie. Foto bersumber dari Yap Soci San Fotografi, Indramayu yang diperkirakan diambil pada tahun 1937 Foto: Istimewa/Galeri Nang Sadewo

Namun lanjut Sadewo, kantor bangunan itu pun telah lenyap beberapa tahun lalu sebelum peristiwa tumbangnya Randu Gede. Bahkan, diduga pembongkaran kantor penggilingan padi itu telah menyalahi Surat Keputusan Bupati tentang Inventarisir Cagar Budaya. "Cacat hukum karena menyalahi SK Bupati Inventarisir Cagar Budaya 2018. Kejadian pembongkaran tahun 2018-2019," ucapnya.

Di kawasan pinggiran Sungai Cimanuk banyak terdapat sejumlah pabrik. Mulai dari pabrik es, penggilingan padi hingga gudang-gudang penyimpanan. Salah satunya potret pabrik Rijstpellerij TT POEY & Co milik Tuan Poey Liong Gie. Foto bersumber dari Yap Soci San Fotografi, Indramayu yang diperkirakan diambil pada tahun 1937 itu menggambarkan pemilik pabrik dan sejumlah pekerja.

"Kalau pabrik atau gedung itu ada ada di samping warung nasi lengko di Jalan Veteran. Dulu orang-orang Cina bekerja Coorporate di dalamnya," jelasnya.

Ditelusuri detikJabar, Koran De Indier edisi 09-05-1917 mencatat adanya sebuah pembangunan pabrik penggilingan padi yang dibangun oleh United Tjimanoek di Indramayu. Sementara beberapa pabrik yang sudah dibangun sebelumnya mayoritas milik orang Arab dan Cina.

"Koresponden Soer Hdsbl melaporkan bahwa Pabrik United Tjimanoek di Indramajoe di lahan Soengei Bakoeng milik perusahaan Boden and Co. Sebuah penggilingan padi telah dibangun, yang mulai dioperasikan saat ini, setelah serangkaian percobaan. Sebelumnya, terdapat tiga pabrik penggilingan padi milik Arab dan Cina, namun kapasitas gabungan dalam beberapa tahun terakhir masih jauh dari cukup untuk memproduksi padi mentah dan untuk memproduksi padi mentah," tulisan dalam Koran De Indier dikutip detikJabar, Selasa (7/1/2025).

Sementara nama Oey Pek Hong yang disebut sebagai pemilik Rijstpellerij (Arsip Nang Sadewo 2015) disebutkan di sejumlah Koran zaman Belanda merupakan seorang pejabat di Kerajaan Belanda. Disebutkan Oeij Pek Hong dalam artikel Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 04-05-1920 dengan judul Sekolah Ratu Wihelmina tentang kursus konstruksi menyebutkan nama Oey Pek Hong dan sejumlah nama lainnya telah lulus ujian akhir.

Kemudian dalam koran lainnya, kabar mutasi Hindia Belanda terjadi pada tahun 1920. Nama Oey Pek Hong disebutkan sebagai salah seorang yang memiliki jabatan pada Burgelijke Openbare Werken (BOW). BOW sendiri merupakan salah satu administrasi sipil yang ditetapkan oleh Kerajaan Belanda pada tahun 1866.

"Menunjuk sub-supervisor pada masa sub-supervisor Mas Sardjono, sampai saat itu di bawah pimpinan Oeij Pek Hong, Hadjoran Poeloengan dan Pangeran Nasoetion ditempatkan di kantor pusat, untuk bertindak sebagai kepala departemen teknis pelayanan pelabuhan, kepala teknisi kelas 2 M Valkenberg direktur pelabuhan Semarang, insinyur JJ Baggelaar ditambahkan kepada kepala dinas pengairan. Tjimanoek yang waktu itu di bawah bimbingan Oey Pek Hong-," tulisan dalam artikel De Preanger-bode berjudul Mutaties (Aanvulling van onze telegrammen) edisi 29-07-1920.

(sud/sud)


Hide Ads