Cerita Aiptu Hadi Pertemukan Bapak-Anak yang 31 Tahun Terpisah

Cerita Aiptu Hadi Pertemukan Bapak-Anak yang 31 Tahun Terpisah

Devteo Mahardika - detikJabar
Selasa, 19 Nov 2024 18:30 WIB
Aiptu Hadi menemui Radi (82) dan Yanto (40)
Aiptu Hadi menemui Radi (82) dan Yanto (40). (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Kisah penuh haru pertemuan antara bapak dan anak setelah 31 tahun tak bertemu terjadi di Cirebon. Pertemuan itu juga tak lepas dari peran Aiptu Hadi.

Aiptu Hadi merupakan anggota Polresta Cirebon yang saban hari bertugas sebagai polisi RW. Selama ini, dia bertugas di Desa Kedaunan, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon yang merupakan tempat tinggal Radi.

Radi sendiri dipertemukan dengan anaknya bernama Yanto setelah terpisah selama 31 tahun lamanya. Yanto selama ini tinggal di Ruteng, NTT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah ini bermula saat Aiptu Hadi menerima pesan WhatsApp dari seorang pendeta asal NTT, Robertus Belarnius Asianto, yang dikenal juga sebagai Mas Yanto.

"Ia (Yanto pria 40 tahun) menghubungi saya melalui nomor yang saya cantumkan di Instagram. Mas Yanto mengatakan ingin mencari ayahnya (Radi pria 82 tahun) yang tinggal di Desa Keduanan berdasarkan petunjuk dari foto lama," tutur Hadi kepada detikJabar, Selasa (19/11/2024).

ADVERTISEMENT

Hadi menjelaskan, selama puluhan tahun Yanto menyimpan kerinduan untuk bertemu sang ayah bernama Radi, yang meninggalkan NTT saat ia masih kecil.

Ketika Yanto berada di Salatiga untuk melanjutkan pendidikan kuliah S2 dan hendak menuju Jakarta, kenangan tentang sang ayah kembali menguat.

Ia pun mencoba mencari informasi melalui internet hingga menemukan akun Instagram Aiptu Hadi yang menampilkan aktivitasnya sebagai polisi RW.

"Dapat pesan itu dari Mas Yanto, saya langsung bergerak cepat. Saya konfirmasi ke perangkat desa, dan ternyata benar, nama Pak Radi ada di sana. Setelah memastikan, saya menghubungi Mas Yanto, lalu kami bersama-sama mendatangi rumah Pak Radi," kenang Hadi.

Pertemuan itu tak hanya penuh haru, tetapi juga menjadi saksi betapa cinta seorang anak kepada ayahnya tak pernah luntur meski terpisah waktu dan jarak.

"Ketika mendengar cerita dari keduanya, banyak kesamaan yang menguatkan bahwa mereka benar ayah dan anak," ujarnya.

Bagi Hadi, kejadian ini bukan sekadar tugas. Ia merasa bangga bisa menjadi jembatan yang mempertemukan keluarga yang telah lama terpisah.

"Saya merasa pekerjaan saya benar-benar berarti untuk masyarakat. Ini bentuk kecil dari pengabdian saya," kata Hadi.

Langkah sederhana Hadi, seperti mencantumkan nomor HP di Instagram dan membuat stiker informasi yang ditempel di berbagai tempat, menjadi bukti bahwa inovasi kecil dapat membawa dampak besar. Bahkan dalam menjalankan tugas, ia menggunakan uang pribadi untuk mencetak stiker yang berisi nama dan nomor kontaknya, kemudian membagikannya ke warga.

"Tujuannya supaya masyarakat lebih mudah menghubungi saya jika membutuhkan bantuan. Alhamdulillah, hasilnya terasa nyata," kata Hadi.

Hadi berharap apa yang ia lakukan bisa menjadi jembatan untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian.

"Saya ingin masyarakat percaya bahwa polisi itu ada untuk mereka. Tugas saya bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal kemanusiaan," ujarnya.

Sementara itu, Kapolresta Cirebon Kombes Sumarni mengapresiasi kepala Aiptu Hadi yang sudah berhasil mempertemukan ayah dan anak yang telah terpisah selama 3 dekade lebih.

"Polisi RW yang dibentuk ini dalam rangka membantu memberika solusi untuk memecahkan permasalahan masyarakat di Kabupaten Cirebon," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, kisah ini bermula pada tahun 1976, saat Radi merantau ke Ruteng, Nusa Tenggara Timur (NTT), bersama dua orang temannya untuk bekerja sebagai nelayan.

"Waktu tahun 1976 saya berangkat sama dua orang teman saya dari desa yang sama ke Ruteng NTT," kata Radi saat ditemui detikJabar di kediamannya.

Selama hampir setahun, ia mencari ikan di perairan Ruteng. Di sana, ia menikahi seorang wanita bernama Asiah asal Mojokerto, Jawa Timur. Setelah beberapa tahun menikah mereka akhirnya dikaruniai seorang anak pada tahun 1984 bernama Yanto.

"Waktu saya di Ruteng itu ikut kerja buat cari ikan, nah saya ketemu tuh sama ibunya Yanto terus nikah," jelasnya.

Namun, takdir memisahkan mereka. Ketika Yanto duduk di kelas 3 SD, Radi harus kembali ke Cirebon. Kesulitan finansial membuat Radi tidak mampu kembali ke Ruteng untuk mencari anaknya.

"Seingat saya waktu itu Yanto kelas 3 SD, terus saya pisah sama ibunya dan saya pulang ke Cirebon. Mau cari Yanto juga saya enggak punya uang jadi ya saya enggak bisa balik lagi kesana (NTT)," terangnya.

Sebagai gantinya, ia menitipkan sebuah foto berukuran 10R kepada pemerintah desa di Ruteng, berharap foto itu suatu hari bisa sampai ke tangan Yanto.

"Kebetulan saya pernah nitipin foto saya ke teman saya yang jadi kepala desa disana namanya Pak Frans. Saya nitip pesan ke Pak Frans kalau anak saya (Yanto) udah cukup besar kasihkan foto ini supaya ingat terus sama bapaknya," bebernya.




(dir/dir)


Hide Ads