Mengintip Koleksi Manuskrip Kuno di Rumah Naskah Nusantara Ciamis

Mengintip Koleksi Manuskrip Kuno di Rumah Naskah Nusantara Ciamis

Dadang Hermansyah - detikJabar
Selasa, 19 Nov 2024 12:00 WIB
Digitalisasi naskah kuno di Ciamis.
Digitalisasi naskah kuno di Ciamis (Foto: Dadang Hermansyah/detikJabar).
Ciamis -

Komunitas Rumah Naskah Nusantara yang pada tahun 2024 resmi menjadi yayasan telah berhasil melakukan digitalisasi terhadap puluhan manuskrip kuno yang ada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

Rumah Naskah Nusantara Ciamis didirikan oleh Gunari Putra Erisman (Kang Gun Gun) untuk melestarikan naskah kuno. Kang Gun Gun telah bergerak sebagai pegiat literasi dalam bidang manuskrip sejak 2024.

"Upaya penyelamatan, terutama dari isi manuskrip karena sudah banyak yang rusak dimakan zaman. Selain itu juga banyak kolektor yang memburu manuskrip yang suka jual beli. Jadi perlu adanya Digitalisasi," ujar Kang Gun Gun, Senin (18/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gun Gun menyebut, dari 60 naskah kuno yang telah digitalisasi, sebanyak 52 manuskrip yang telah di digitalisasi. Dari puluhan naskah kuno itu ada beberapa naskah yang dianggap Rumah Naskah Nusantara menarik dan sudah dibukukan bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional.

"Ada juga beberapa naskah kuno yang dititipkan di sini, untuk dijaga. Kami melakukan serah terima berita acara dengan pemilik atau pihak yang sebelumnya menyimpannya. Untuk naskah kuno yang sudah dibukukan asa 3 naskah," ujar Gun Gun, Senin (18/11/2024).

ADVERTISEMENT

Berikut 3 Naskah Kuno di Ciamis yang Telah Dibukukan dan Menarik

Naskah Kitab Rancang

Naskah Kitab Rancang ini dari wilayah Ciranjang, Kawali. Naskah tersebut ditulis atau disalin oleh Haji Saleh yang merupakan salah satu tokoh ulama pada tahun 1915. Tulisannya menggunakan aksara Pegon atau tulisan arab namun dibaca dengan kalimat Sunda.

Menurut Gun Gun, awalnya Kitab Rancang ini memakai tulisan cacarakan, tapi oleh Haji Saleh disalin menggunakan aksara Pegon. Naskah Kitab Rancang ini memiliki 119 halaman.

"Kitab Rancang ini isinya tentang tasawuf. Penciptaan. Dimana menceritakan awal mula Alloh SWT menciptakan bumi dan makhluknya. Dari lahir sampai kita pulang kembali. Proses penciptaan," jelasnya.

Gun Gn menyebut, dalam naskah tersebut juga terdapat keterangan atau tata cara membaca naskah Kitab Rancang. Dari mulai tidak boleh ketawa terbahak-bahak, tidak makan dan minum, harus punya wudhu hingga menjernihkan pikiran dan hati. "Ada 10 adab atau aturan yang harus diikuti ketika membaca kitab tersebut," ucapnya.

Naskah Danumaya

Naskah Danunaya berasal dari Pesantren Cikanyere, Kecamatan Rajadesa. Mengisahkan tentang tokoh Raden Danumaya dari Kerajaan Gilangkancana. Dalam proses pencarian mencari Aki-Nini, ia mengalami peristiwa menyelamatkan seorang putri yang diselamatkan menggunakan senjata Gagak Karuncang atau semacam keris.

"Jadi naskah ini lebih kepada menceritakan kisah tokoh atau biografi. Diperkirakan pada abad 18," jelasnya.

Babad Bunter

Naskah kuno selanjutnya ada Babad Bunter. Isinya menceritakan sosok tokoh bernama Anggawijaya yang membuka wilayah Bunter dari yang tadinya hutan belantara. Menceritakan kondisi masyarakat Bunter pada masa lalu, tatanan desa hingga aktivitas pertanian di Bunter yang kini menjadi sebuah desa di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis.

Gun Gun menjelaskan, ada juga beberapa naskah menarik lainnya yang saat ini dalam proses digitalisasi dan juga transkrip. Seperti Naskah Kuno Babad Galuh dari Baregbeg dan Naskah Lampahing Parawali Kabeh (Babar Cirebon.

"Masih dalam proses transkrip. Memang membutuhkan waktu karena ada beberapa kendala seperti bolong atau tulisan yang sudah memudar. Ada juga yang saat membaca naskah kuno itu membuat pusing hingga ingin muntah," jelasnya.




(mso/mso)


Hide Ads