Menua Bersama Sepeda Ala Amin, Jaga Kesehatan dan Cuan

Serba-serbi Warga

Menua Bersama Sepeda Ala Amin, Jaga Kesehatan dan Cuan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 04 Sep 2024 13:00 WIB
Amin bersama sepeda antik yang dijualnya
Amin bersama sepeda antik yang dijualnya. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Tepat di samping jalan Kesambi Raya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, terdapat sebuah lapak dengan deretan sepeda antik berwarna hitam berjejer rapi di bawah pohon. Di dekatnya, terlihat seorang lansia bernama Amin.

Lansia berusia 67 tahun ini memiliki gaya khas mengenakan topi koboi. Saban hari Amin membuka lapak sepeda antik miliknya.

Amin menceritakan sebelum menjadi penjual sepeda antik, Amin sudah terlebih dahulu berjualan barang antik berupa kuningan emas. Namun, sejak enam tahun yang lalu, setelah menjual motor miliknya, Amin memutuskan untuk menekuni usaha jual beli sepeda antik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Baru sekitar enam tahunan, awalnya saya tadinya punya motor, terus saya jual untuk modal jual beli sepeda antik. Itu sepeda antiknya saya dapat dari orang yang jual, atau kadang saya nyari sendiri," tutur Amin, Selasa (3/9/2024).

Menurut Amin, kebanyakan sepeda antik yang ia jual, merupakan sepeda ontel tua yang sudah berusia puluhan tahun. Meski begitu, lanjut Amin, sepeda antik yang ia jual masih dalam kondisi baik.

ADVERTISEMENT

"Kebanyakan sepeda di sini itu dari tahun 1950-an sampai 1960-an, meski usianya sudah 60 tahun lebih, tapi masih awet semua. Untuk sepeda yang dari zaman Belanda itu saya belum ada, karena sudah pada nggak ada semua," tutur Amin.

Amin memaparkan, untuk harga sepeda antiknya sendiri berbeda-beda, tergantung merek dan kualitas sepeda antik yang dipilih. "Tergantung jenis sepedanya, ada yang Rp 750.000, Rp 1.500.000 dan Rp 2.000.000, bahkan pernah ada yang sampai Rp 17.000.000, itu yang bermerek yang memiliki kualitas bagus, ori dan punya sejarahnya juga," tutur Amin.

Menurut Amin, salah satu penyebab kenapa sepeda antik mahal adalah karena besi dan onderdil yang digunakan. Menurutnya, onderdil yang digunakan untuk sepeda antik berbeda dengan onderdil yang digunakan pada umumnya.

"Penyebabnya mahal itu karena bahan logam pada besinya sama di onderdil sepedanya, misal ini yang masih ori itu mahal, karena sudah langka dan berkualitas juga," tutur Amin.

Tidak seperti di tahun-tahun pertama ia berjualan, di mana cukup banyak orang yang membeli sepeda antiknya. Menurut Amin, pasca pandemi COVID-19, penjualan sepeda antiknya menjadi sepi.

"Sebelum Corona itu ramai, pembeli banyak, dalam sehari ada saja yang beli, tetapi sekarang malah kurang, dari mulai pembelinya nggak ada, sampai buat dapetin sepeda antik untuk dijualnya juga susah," tutur Amin.

Selain sebagai penjual sepeda, Amin juga hobi dalam menggunakan sepeda, meski usianya hampir 70 tahun. Tetapi, setiap hari, Amin pergi dari rumahnya yang ada di Pasar Kramat, Dukupuntang, Kabupaten Cirebon menuju Jalan Kesambi, Kota Cirebon dengan menggunakan sepeda antiknya. Padahal, jarak antara rumah Amin dengan lapak tempatnya berjualan itu sekitar 17 kilometer.

"Berangkat dari Dukupuntang habis salat subuh, perjalanannya satu setengah jam, sampai di sini jam enam, terus pulangnya jam lima atau jam enam sore, nggak menentu kalau pulangnya mah," tutur Amin.

Tak hanya pulang-pergi ke lapak, jika ingin mengunjungi kerabatnya yang ada di Brebes, Jawa Tengah. Dari Cirebon, Amin masih tetap menggunakan sepeda antiknya untuk menuju Brebes.

"Saya tuh paling suka kalau naik sepeda ke Brebes, nggak mau naik motor soalnya capek. Enak pakai sepeda, santai, apalagi banyak yang bilang sepedanya bagus, di perjalanan jadinya senang. Sampai sekarang saya masih naik sepeda kalau ke Brebes, itu butuh waktu tujuh jam perjalanan," tutur Amin.

Bagi Amin, dengan berpergian menggunakan sepeda, selain tidak harus mengeluarkan biaya beli bensin, ia juga merasa tubuhnya lebih sehat saat sering pergi menggunakan sepeda. "Dengan menggunakan sepeda saya bisa menghemat Rp 50.000 per hari karena tidak beli bensin, jika tiga tahun uang bensin disimpan saja itu sudah berapa. Jadi sudah hemat dan sepeda saya masih tetap ada, sama merasa lebih sehat juga kalau pakai sepeda," tutur Amin.

Walaupun penghasilannya tidak menentu, Amin tetap merasa cukup atas penghasilan yang didapatkan dari berjualan sepeda antik. Bagi Amin, yang terpenting dirinya bisa menghabiskan masa tuanya dengan bekerja. "Cukup untuk makan saya sendiri mah, sekalian mengisi untuk waktu luang juga, kan anak-anak sudah pada nikah semua bahkan sudah punya cucu, yang penting kitanya sabar dan menerima," pungkas Amin.

(sud/sud)


Hide Ads