Ratusan hektare sawah di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terdampak puso. Petani dipastikan tidak bisa menuai hasil panen di musim tanam kedua (MT2) akibat persawahannya dilanda kekeringan berkepanjangan.
Pantauan detikJabar, hijaunya tanaman padi yang terhampar luas di Desa Karanganyar, Kecamatan Kandanghaur tak bisa tumbuh normal. Selama satu bulan lebih, sawah-sawah tersebut tidak mendapat pasokan air yang cukup. Bahkan, sejumlah saluran pembuangan tampak surut dan mengering. Kondisi itu terjadi hampir merata di persawahan yang ada di Kecamatan Kandanghaur.
"Sudah hampir 40 hari lah lebih bahkan tidak mendapatkan jatah air. Kecuali yang di Karanganyar ini walaupun kemarin cuma dapat satu jam setengah masih ada. Tapi untuk desa lainnya nggak," kata Sekretaris KTNA Kandanghaur Didi, Selasa (3/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petani mendesak pemerintah untuk menggelontorkan distribusi air ke wilayah terdampak kekeringan. Sebab, menurutnya tata gilir air yang selama ini digemborkan tidak berjalan normal.
"Tadi kan petani ramai-ramai mengusulkan bukan hanya gilir giring air tapi mintanya gelontor. Kalau pemerintah itu konsen mau menyelamatkan petani khususnya di Desa Karanganyar ini. Mereka mengusulkan 7 hari tujuh malam," ujarnya.
Tidak ada solusi lain, sumur pantek yang harusnya menjadi alternatif bagi petani di kala kurangnya pasokan air tak berfungsi normal. Sebab, air dari sumur berasa asin sehingga bisa mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman padi.
Petani mendesak, pemerintah agar segera memberikan kompensasi terutama bagi petani pemilik sawah yang sudah terkena puso. "Yang penting ada buat pengganti untuk musim tanam selanjutnya," ungkapnya.
UPTD KPP Kandanghaur mencatat dampak kekeringan yang berkepanjangan ini hampir merata di 13 Desa. Dari total 4.416 hektare luas area tanam, 1.180 hektare di antaranya dipastikan terdampak kekeringan. Bahkan, 363 hektare sudah dinyatakan puso alias gagal panen.
"Ada 4 Desa yang puso, yaitu 150 hektare di Desa Karangmulya, 70 hektare di Desa Wirapanjunan, dan 60 hektare di Desa Wirakanan serta Desa Pranti seluas 20 hektare," kata Kepala UPTD KPP Kandanghaur Bulan.
Sejauh ini, pihaknya masih melakukan pendataan secara masif. Sebab, kondisi itu masih dinamis. Bisa saja kata Bulan, jika pasokan air tidak kunjung datang bisa memperluas area puso.
Pun sebaliknya, jika pasokan air tiba, sebagian lahan yang masih dalam kategori ringan bisa dipulihkan.
"Belum di ajukan karena belum ada kabar dari pusat. Apalagi kondisinya masih dinamis. Syukur kalau ada air datang, yang kategori sedang bisa pulih," ujar Bulan.
Kondisi itu mengundang perhatian Kodim 0616 Indramayu, pihaknya akan membantu dan mendampingi petani. Terutama dalam mendapatkan jatah gilir air.
Dandim 0616 Indramayu, Letkol Inf Yanuar Setyaga menyebut ada beberapa saluran air di sekitar Sungai Cipanas bisa mendapat pasokan air. Termasuk untuk wilayah Kandanghaur.
"Untuk pendistribusiannya kami upayakan ada. Kami mengambil langkah-langkah secara cepat, kemudian kita juga kawal masalah air tersebut. Harapannya Minggu ini bisa terairi," ujar Yanuar.
Di sisi lain, terkait adanya mafia air, Dandim 0616 Indramayu menyebut sudah terminimalisir. Hal itu setelah adanya kolaboratif antara stakeholder yang ada.
"Sudah bisa kita minimalisir (mafia air). Sehingga semua secara simultan melaksanakan pendampingan secara komprehensif," ungkapnya.
(sud/sud)