Jadwal persiapan musim tanam I (Rendeng) yang diagendakan awal Desember 2024 meleset. Sebagian wilayah di Kabupaten Indramayu justru mengalami kendala minimnya suplai air sehingga petani belum bisa menggarap lahan.
Pantauan detikJabar, sebagian persawahan di Kecamatan Juntinyuat dan Kecamatan Jatibarang masih terlihat belum terairi. Bahkan ada beberapa petani yang harus menambah biaya untuk melakukan pompanisasi agar bisa segera mengolah lahannya.
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang menjelaskan suplai air di sejumlah wilayah cukup terhambat. Terutama di sekitar wilayah yang mengandalkan suplai dari Bendung Salam Dharma.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di mana, distribusi air yang terjadi masih belum merata. Bahkan secara debit air yang hanya mendapat pasokan 50 persen ke persawahan di 5 Kecamatan.
"Biasanya 24 meter kubik, nah kemarin cuma di kasih 12 meter kubik. Makanya beberapa petani itu datang kesana agar dimaksimalkan ingin di 24 meter kubik," kata Sutatang kepada detikJabar, Selasa (31/12/2024).
Faktornya menurut Tatang, lambatnya suplai karena adanya normalisasi atau pembenahan bangunan. Yang ditargetkan akan selesai di tahun 2029.
"Kemarin, PU ini benar-benar komitmen untuk menjaga air lebih maksimal," ujarnya.
Persoalan itu juga terjadi di wilayah Timur Indramayu. Namun, mandeknya distribusi dinilai lebih diakibatkan banyaknya saluran yang tersumbat atau mengalami sedimentasi.
"Pertama sedimentasinya tinggi, kadang ada beberapa yang banyak saluran sekunder yang tersumbat. Terus sekarang sama dulu itu beda, kalau sekarang sampahnya jenis plastik jadi saluran itu cepat tersumbat jadi sedimentasi cepat tinggi," ujarnya.
Lambatnya pasokan air dipastikan merugikan petani. "Yang jelas jadwal tanam akan mundur, kerugian petani juga ada di situ. Misal sudah semai dan semacamnya terus kering kan rugi," pungkasnya.
Kondisi itu membuat petani kebingungan. Seperti halnya dialami Ghofur (42) petani di Desa Tegaltaman, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Ia masih menanti suplai air untuk mengairi 3 bahu lahan persawahannya.
Ghofur menjelaskan selain minimnya pasokan. Kendala distribusi air juga disebabkan adanya kendala irigasi karena adanya bangunan perusahaan.
"Sekarang kita nyawah (mengelola sawah) seluas 3 bahu. Tapi ya nggak ada air, bahkan banyak yang justru kesulitan membuang air asin," kata Ghofur.
Ghofur dan petani lainnya yang mengelola di area persawahan itu hanya bisa pasrah. Ia berharap adanya solusi dari pemerintah agar petani bisa menanam padi dengan lancar dengan adanya pasokan air.
"Panen sadon itu bulan November. Memang baru sebulan lebih tapi sulitnya mendapat pasokan sudah beberapa musim ini," ujarnya.
Terpisah, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu bersama Tenaga Ahli Menteri Pertanian pada Senin (30/12/2024) menggelar rapat koordinasi di Kantor PT. Nindya Karya, Salam Darma. Rapat tersebut dilakukan dalam rangka memastikan ketersediaan pasokan air irigasi untuk pengolahan lahan dan musim tanam MT.1 Tahun 2024/2025.
Terutama suplai air untuk sejumlah kecamatan di bagian Barat Indramayu. Dari Kecamatan Sukra, Patrol, Anjatan, Bongas, Gabuswetan, dan Kandanghaur.
Baca juga: Balada Perempuan Jabar di 'Meja Belajar' |
Rapat itu menghasilkan sejumlah kesepakatan. Diantaranya penghentian sementara proyek sambungan kantong lumpur, penyediaan pasokan air dari D.I Jatiluhur Bendung Salam Darma pada SS Kandanghaur, SS Sukra, SS Eretan, SS Anjatan, dan SS Pamanukan mulai minggu pertama Januari 2025 sampai dengan tanggal 15 Februari 2025.
"Dengan langkah ini, diharapkan para petani di wilayah tersebut dapat melaksanakan musim tanam dengan lancar dan produktivitas pangan tetap terjaga," kata-kata di akun Instagram @dkpp.indramayu dikutip detikJabar.
(sud/sud)