Kekeringan Meluas, Produksi Padi di Indramayu Dipastikan Anjlok

Kekeringan Meluas, Produksi Padi di Indramayu Dipastikan Anjlok

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 20 Agu 2024 14:00 WIB
Kondisi sawah mengering di Indramayu.
Kondisi sawah mengering di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar).
Indramayu -

Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu mencatat kekeringan yang melanda area persawahan semakin meluas dampak El-Nino berkepanjangan. Puluhan hektare sawah dipastikan gagal panen berdampak pada produksi padi.

Kekeringan yang cukup parah mayoritas dialami persawahan di wilayah Kabupaten Indramayu bagian barat. Mulai dari Kecamatan Gabuswetan, Kroya, Gantar, dan sebagian di Kecamatan Kandanghaur hingga Losarang.

"Puluhan hektare mah ada. Yang sudah tanam ada, cuma kan suplai air tidak ada bisa sampai saat ini," kata Ketua KTNA Kabupaten Indramayu Sutatang kepada detikJabar, Selasa (20/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena El-Nino yang berkepanjangan membuat sebagian lahan persawahan tertidur. Petani tak bisa melakukan tanam padi lantaran minimnya pasokan air. Terlebih di beberapa titik saluran masih terdapat perbaikan.

"Karena faktor El-Nino terus perbaikan irigasi. Itu kan bisa menghambat jalannya gilir air," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Selain tata gilir air, sistem pompanisasi dari program sumur dalam juga tidak bisa difungsikan optimal. Apalagi untuk wilayah persawahan tadah hujan.

Kapasitas air pada sistem pompanisasi yang sudah ada tak mencakup semua kebutuhan pengolahan lahan pertanian. "Kalau pakai sumur pantek juga kapasitas nya tidak bisa mencukupi luasan yang ada. Setiap satu unit itu cuma bisa mencukupi 25 sampai 30 hektare. Harusnya diperbanyak program sumur dalam nya, kayak sumur pantek," ungkapnya.

Kekeringan lahan itu dipastikan mengancam produksi padi di musim sadon atau musim tanam padi kedua di Kabupaten Indramayu . Dari total tanah baku yang mencapai sekitar 125 hektare dan tanah perum sekitar 30 hektare tak bisa berproduksi maksimal.

Untuk produksi padi di Kabupaten Indramayu di musim hujan rata-rata di angka 7,8 ton per hektare. Bahkan beberapa lahan bisa menghasilkan 9 ton per hektare.

"Produksi pasti anjlok kalau dilihat dari keseluruhan," jelas Tatang.

Di sisi lain, keberadaan waduk Cipanas yang belum lama diresmikan menjadi harapan baru bagi petani di wilayah Barat Indramayu. Meski belum terlaksana, namun diharapkan waduk tersebut bisa mencukupi kebutuhan air di persawahan terutama saat musim kemarau.

"Ada harapan besar dengan waduk Cipanas itu. Mudah-mudahan itu bisa membantu kedepannya. Waduk Cipanas itu bisa suplai Gabuswetan hingga Kandanghaur atau Losarang. Itu bisa membantu suplai dari Bendungan Rentang," ucapnya.

Menurutnya, pemerintah harusnya merespon cepat dengan adanya dampak nyata dari kekeringan tersebut. Minimalnya, pemerintah memberikan kompensasi kepada petani terdampak kekeringan.

"Itu harapan saya ada kompensasi dari pemerintah dari gagal panen ini. Agar petani tidak terlalu rugi biar ada stimulan untuk petani. Yang penting ada lah," harapnya.

Merespon kondisi itu, petani diminta untuk melakukan alternatif pengolahan lahan. Bukan tanam padi, petani disarankan agar menanam palawija yang tidak membutuhkan banyak pasokan air.

"Memang kemarin juga Dinas Pertanian itu menyarankan kalau daerah sawah yang tidak air itu disarankan ke tanaman palawija. Seperti cabai dan lainnya yang dianggap tidak banyak membutuhkan air. Tetap saja kurang diminati oleh petani," katanya.




(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads