Sore itu, cahaya mentari perlahan mulai memudar. Wing Sentot dengan segelas kopi panas duduk termenung di sudut gedung. Sesekali, pandangannya tertuju ke arah sepeda yang terparkir di bawah pohon besar.
Bagi Wing sepeda itu bukan sekadar kendaraan semata, melainkan sahabat setia yang telah menemaninya berpetualang menjelajah Nusantara.
Sepeda Wing berwarna abu-abu tua. Kendaraan roda dua itu telah dilengkapi beberapa tas penyimpanan yang terpasang kuat di bagian belakang dan depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan sepedanya itu, Wing pun telah menempuh perjalanan hingga berkilo-kilo meter, menapaki jalanan aspal yang mulus hingga jalanan tanah yang beliku-liku.
Belum lama ini, pria dengan nama lengkap Wing Sentot Irawan itu tengah melakukan perjalanan pulang dari Lampung menuju Lombok. Selama perjalanan, beberapa daerah pun sempat disinggahi oleh pria 59 tahun itu. Salah satunya Kota Cirebon, Jawa Barat.
Saat tiba di daerah berjuluk 'Kota Udang', Wing menyempatkan diri untuk beristirahat. Gedung Kesenian yang ada di kawasan Bima menjadi tempat yang dipilih Wing untuk sekadar melepas lelah.
Saat ditemui di sela-sela waktu istirahatnya, Wing melemparkan senyum ramah. Pria 59 tahun itu tak sungkan berbagi cerita tentang pengalamannya selama menjelajah Indonesia dengan bersepeda.
"Sebetulnya setiap tahun saya selalu melakukan perjalanan bersepeda menuju daerah-daerah tertentu. Ini sudah saya lakukan sejak tahun 2006," ujar Wing saat berbincang dengan detikJabar di Kota Cirebon, beberapa waktu lalu.
Petualangan Wing di atas sadel sepeda boleh dibilang luar biasa. Pria asal Lombok ini telah menjelajahi sejumlah wilayah di Nusantara.
Bayangkan saja, pada tahun 2006, ia mengayuh sepedanya dari kampung halaman menuju titik nol, Aceh. Jarak yang begitu jauh tak menyurutkan semangat Wing untuk terus melaju.
Tak berhenti sampai di situ, dua tahun kemudian, Wing kembali menantang diri dengan bersepeda dari Lombok menuju Sorong, Papua. Perjalanan-perjalanan ini hanyalah sebagian kecil dari banyaknya petualangan Wing selama bersepeda.
Lebih dari itu, selain daerah-daerah di Indonesia, Wing juga pernah menyambangi negara-negara ASEAN dengan menggunakan sepeda. Seperti Vietnam, Brunei dan beberapa negara lainnya.
"2010 saya (bersepeda) dari Indonesia ke Vietnam. Terus di tahun 2014 saya ke Brunei," kata Wing.
Dan saat ini, setelah berpetualang ke Lampung dengan sepedanya, Wing pun tengah dalam perjalanan pulang menuju kampung halamannya di Lombok. "Ini arah balik," tukas Wing.
Wing mengaku tidak pernah menargetkan berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk menuju suatu daerah tertentu. Wing selalu berusaha untuk mengenal setiap daerah yang ia lalui.
"Saya tidak ada target, misalnya saya harus sampai tujuan berapa lama. Dan saya selalu menghampiri komunitas-komunitas. Seperti komunitas literasi, komunitas teater, komunitas sastra ataupun komunitas pendaki gunung," ucap Wing.
Menurut Wing, perjalanannya tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Bumi setiap 22 April. Dalam setiap perjalanannya, Wing Sentot membawa misi mengampanyekan cinta lingkungan.
"Pokoknya setiap memperingati Hari Bumi 22 April saya melakukan perjalanan. Setiap tahun saya melakukan itu. Saya mencoba untuk sharing saja tentang lingkungan. Kalau kita ingin berbuat adil, sama alam juga harus adil," kata dia.
Di sisi lain, Wing juga mengaku banyak mendapatkan hal menarik dalam setiap perjalanannya ke setiap daerah. Salah satunya tentang keberagaman yang ada di Indonesia.
Di balik kebiasaan Wing yang kerap bersepeda, pria berambut panjang itu juga merupakan seorang seniman. Gitar ukulele yang tersimpan rapi di belakang sepedanya menjadi gambaran betapa sangat dekatnya Wing dengan kesenian musik.
"Kebetulan saya seniman juga, di teater juga, musik juga. Kalau teater itu sudah sejak saya SMA. Kemudian saya ingin menggeluti musik juga," ujar Wing.
"Dan melalui perjalanan-perjalanan (bersepeda) ini saya menemukan ide-ide untuk membuat lagu," kata dia menambahkan.
(dir/dir)