Kabupaten Cirebon merupakan salah satu penyumbang utama ketahanan pangan di Jawa Barat. Namun saat ini lahan pertanian masih dihadapkan dengan ancaman kekeringan akibat musim kemarau berkepanjangan.
Kusnadi (49) jadi salah seorang petani di Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon mengatakan musim kemarau di tahun 2024 cukup merepotkannya untuk bertani tanaman padi.
"Walah benar-benar musim kemarau tahun ini ngerepotin banget," kata dia kepada detikJabar, Senin (26/8/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya meskipun saat ini sudah mau masuk ke penghujung tahun 2024, ia baru sekalii merasakan panen dan hasilnya dirasa kurang maksimal akibat sulitnya mendapatkan pasokan air.
"Tahun ini panennya baru sekali dan itu juga hasilnya nggak memuaskan gara-gara kering," ucapnya.
Bahkan ia juga sempat mengehentikan dahulu sementara proses menanam padi. Pasalnya, dia tidak ingin mengambil risiko lebih besar mengingat sulitnya mendapatkan pasokan air untuk lahan pertanian miliknya.
"Satu bulan lebih lah setelah panen saya nggak langsung tanam, airnya susah banget jadi nggak mau ambil resiko," bebernya.
Ia berharap kepada pemerintah untuk bisa segera mengambil langkah cepat demi kelangsungan lahan pertanian di Kabupaten Cirebon.
"Saya harap pemerintah bisa cepat kasih solusi terutama soal kebituhan air buat lahan pertanian," tururnya.
Enggan kehilangan potensi besar sektor pertanian, Pemerintah Kabupaten Cirebon melakukan pemulihan lahan pertanian yang terdampak kekeringan selama musim kemarau.
Hal ini dilakukan sebagai upaya penyelamatan tingkat produktivitas padi tidak mengalami penurunan saat masa panen raya kedua di tahun 2024.
Kepala Dinas Pertanian, Kabupaten Cirebon Alex Suheriyawan mengatakan dalam rangka mengantisipasi hal tersebut pihaknya saat ini sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak.
"Dalam prediksi puncak kekeringan akan terjadi pada September nanti, jadi kami dati sekarang sudah melakukan berbagai langkah seperti yang bersifat koordinatif dan persiapan teknis," jelasnya.
Ia menjelaskan upaya pemulihan ini bertujuan untuk mengurangi dampak kekeringan, yang di tahun sebelumnya menyebabkan kerusakan signifikan pada lahan pertanian di wilayah Cirebon.
"Kami mencatat total lahan yang terdampak kekeringan mencapai 1.002 hektare pada 2023, dengan 31 hektare mengalami puso atau gagal panen. Namun sekitar 183 hektare sisanya berhasil dipulihkan," ucapnya.
Sampai Agustus 2024, luas lahan sawah yang terdampak mengalami kekeringan di Kabupaten Cirebon ada sebanyaj 235 hektare. "Dari jumlah itu ada 1 hektare masuk kategori berat dan 0,5 hektare mengalami puso," ucapnya.
Upaya pemulihan dinilainya menjadi prioritas mengingat sektor pertanian Kabupaten Cirebon menjadi salah satu penyumbang ketahanan pangan di Jawa Barat.
Maka dari itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Cirebon, serta Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) setempat untuk memastikan ketersediaan air irigasi yang memadai.
Selain itu, pemerintah daerah juga telah menyiapkan pompa air di lokasi-lokasi yang rawan kekeringan, sebagai langkah mitigasi untuk menjaga produktivitas lahan.
"Kami memonitor secara ketat giliran air, jadwal pengeringan, dan perbaikan saluran irigasi agar kebutuhan air petani tetap terpenuhi," bebernya.
Mengantisipasi petani mengalami kerugian akibat puso, oleh karena itu ia menambahkan para petani di Kabupaten Cirebon telah diimbau untuk menggunakan varietas padi yang lebih tahan kekeringan yang direkomendasikan oleh Kementerian Pertanian.
"Berbagai upaya sudah kami lakukan agar sektor pertanian di Kabupaten Cirebon bisa tetap terjaga dan juga memberi sumbangsih terhadap ketahanan pangan di Jawa Barat," pungkasnya.
(dir/dir)