Peternakan kerap identik dengan lahan yang luas dan jauh dari permukiman penduduk. Namun di Kota Tasikmalaya seorang peternak domba mampu membuat peternakan dengan lahan yang relatif kecil dan berada di tengah permukiman penduduk.
Peternakan itu relatif tidak mengganggu warga sekitar dan bisa memberikan keuntungan. Rupanya ada beberapa trik yang dilakukan agar peternakan domba itu bisa beroperasi di tengah permukiman penduduk tanpa menimbulkan gangguan sosial.
Peternakan domba tersebut milik Yudhi Rhisnandi dan berlokasi di Kampung Cisalah Kelurahan Sukamanah Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya. Tidak kurang dari 800 ekor domba dipelihara di kompleks kandang yang berdiri di lahan belakang rumahnya. Luasnya sekitar 800 meter persegi. Untuk mengelola peternakan itu Yudhi mempekerjakan 5 orang tetangganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peternakan domba ini fokus pada dua kegiatan atau pembiakan (breeding) dan penggemukan (fattening). "Untuk penggemukan, dalam periode dua bulan kami bisa menjual 100 sampai 500 ekor domba. Itu memang tergantung pasokan domba yang kami dapat dari peternak kecil atau petani," kata Yudhi, Sabtu (24/8/2024).
Terkait konsep peternakan yang didirikan di tengah permukiman padat penduduk, Yudhi mengatakan awalnya dia berniat memanfaatkan lahan di belakang rumahnya.
"Tahun 2020 ketika awal-awal pandemi saya mulai mencoba menekuni ternak domba ini. Karena domba ini memiliki peluang pasar yang besar. Karena yang ada hanya lahan di belakang rumah, ya sudah kita manfaatkan yang ada," kata Yudhi.
Setelah mendalami seluk beluk ternak domba, Yudhi akhirnya menemukan beberapa cara agar peternakan domba ini tidak menimbulkan masalah bagi lingkungan tempat tinggalnya.
![]() |
"Yang pertama desain kandang itu harus menunjang, intinya kita desain agar pembersihan kotoran domba mudah, sehingga pembersihan bisa setiap hari," kata Yudhi.
Pantauan detikJabar, kandang domba didesain seperti rumah panggung. Bagian bawah kandang dibangun tembokan yang miring, sehingga proses pembersihan cukup dilakukan dengan menyemprot air, lalu mengalir ke penampungan. Kotoran domba sendiri laku dijual Rp 5 ribu per karung kecil untuk dijadikan bahan pupuk organik.
"Yang kedua pakan, kami tidak memberi pakan rumput. Karena rumput bisa membuat air seni domba semakin pesing, selain itu pertumbuhannya pun kurang maksimal," kata Yudhi. Domba peliharaan Yudhi diberi pakan campuran konsentrat, atau makanan oplosan. Satu-satunya dedaunan yang dijadikan pakan adalah rumput Pakcong.
Pemilihan pakan ini menurut Yudhi lebih efektif untuk memacu pertumbuhan domba. Dalam proses penggemukan, Yudhi memiliki target domba peliharaannya bisa naik bobok 10 kilogram dalam waktu 2 bulan.
"Untuk yang penggemukan periode kita 2 bulan panen, targetnya harus nambah 10 kilogram," kata Yudhi.
Selain itu upaya yang harus dilakukan agar peternakan domba tidak menimbulkan bau adalah rajin memangkas bulu domba. Menurut Yudhi keringat domba menjadi salah satu penyebab hewan ini menimbulkan bau khasnya, sehingga pemangkasan bulu secara rutin sangat penting dilakukan .
"Domba harus rajin-rajin dicukur, biar baunya tak menyengat," kata Yudhi.
Satu-satunya kendala adalah polusi suara mana kala jadwal pemberian pakan. Suara ratusan domba mengembik, cukup membuat riuh suasana.
"Ya paling polusi suara setiap pagi dan sore. Jadi ketika tim kita sedang menyiapkan pakan, domba sudah mengendus, jadi mereka riuh. Tapi hanya berlangsung beberapa menit, kalau sudah diberi pakan, diam," kata Yudhi.
![]() |
Penataan peternakan yang diberi brand Gudang Domba Tasikmalaya itu telah banyak mengundang banyak pihak untuk berguru. Peternakan ini juga sering dijadikan lokasi penelitian atau tempat praktek bagi mahasiswa peternakan. Mahasiswa dari berbagai Universitas di Indonesia datang ke sini untuk mempelajari apa yang dilakukan oleh Yudhi. Selain itu Gudang Domba juga sering dijadikan tujuan pembelajaran bagi siswa TK, SD dan SMP.
"Mahasiswa sering sekali, setiap tahun pasti ada. Kalau anak SD atau anak TK, baru belakangan ini berdatangan," kata Yudhi.
Terkait gerak roda usahanya, Yudhi mengaku optimistis karena permintaan pasar cukup tinggi. Beberapa wilayah di Jabodetabek dan Jogjakarta, sangat menantikan pasokan domba-domba siap sembelih.
Yudhi mengaku cukup kerepotan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi. Malah permintaan ada yang sampai 3.000 ekor setiap bulan, yakni dari Tangerang.
"Pasar tidak akan sulit, banyak daerah siap tampung. Kalau pasar lokal Tasikmalaya memang agak kurang," kata Yudhi.
(dir/dir)