Menurut pantauan detikJabar, kondisi bangunan di lingkungan makam Pangeran Raja Muhammad terawat dengan baik dan kebersihannya terjaga. Setiap hari, peziarah datang untuk mendoakan Pangeran Raja Muhammad, berharap memperoleh karomah dari cucu Kanjeng Sunan Gunung Jati ini.
Ahmad Kosasi, juru pelihara makam, menjelaskan bahwa Pangeran Raja Muhammad adalah seorang ulama besar yang menyebarkan agama Islam hingga ke Minangkabau. Selain itu, beliau juga seorang empu yang ahli dalam bidang senjata pusaka, bekerja sama dengan Empu Supa untuk kepentingan pertahanan dan keprajuritan di Kasunanan Cirebon.
![]() |
"Beliau adalah sosok yang ahli di bidang senjata pusaka bersama dengan Empu Supa untuk kepentingan pertahanan dari prajurit di Kasunanan Cirebon," kata dia, belum lama ini.
Pangeran Raja Muhammad atau Pangeran Luwung adalah putra dari Ratu Ayu Winaon binti Sunan Gunung Jati. Ayahnya bernama Pangeran Raja Laut atau Maulana Fadilah Khan Al Pasehi di Cirebon.
"Maulana Fadilahkan Al Paseh dikenal dengan nama Fatahilah atau Wong Agung dari Paseh. Dia adalah anak dari Maulana Makdar Ibrahim Al Pasehi," ucapnya.
Ia menambahkan bahwa gelar Pangeran Raja Luwung diberikan oleh Sunan Gunung Jati kepada cucunya. Kata 'Luwung' berasal dari kata 'Luhung', yang berarti luhur atau berilmu tinggi. Namun, kebanyakan lidah orang Cirebon lebih mudah mengucapkan 'Luwung' daripada 'Luhung'.
"Sejarah kata luwung berasal dari sebuah peristiwa di mana Sunan Gunung Jati pernah memesan sebilah keris. Tetapi sudah hampir sebulan keris yang dipesan oleh Sunan Gunung Jati belum juga jadi. Akhirnya Sunan Gunung Jati mengunjungi Pangeran Raja Muhammad untuk menanyakan perihal keris yang dipesan itu," terangnya.
Pangeran Raja Muhammad kemudian membuka bungkusan yang berisi bahan keris dengan penuh keyakinan kepada Allah. Setelah bungkusan dibuka, ternyata keris itu sudah jadi, lengkap dengan kerangka dan perhiasannya. Melihat hal itu, Sunan Gunung Jati tersenyum dan berkata kepada Pangeran Raja Muhammad, "Heputen ingsun, ternyata sira berbakat, wis saiki sira takarani Pangeran Raja Luhung." Pangeran Raja Muhammad pun bersyukur, "Alhamdulillah, sumanggan derek dawuh kanjeng eyang."
Sejak saat itu, Pangeran Raja Muhammad dikenal sebagai Pangeran Luhung, yang berarti pangeran yang memiliki ilmu tinggi dalam membuat keris. Kata 'Luhung' kemudian berubah menjadi 'Luwung' dalam pengucapan sehari-hari.
Keris-keris dan gaman buatan Pangeran Luwung banyak membantu prajurit-prajurit Cirebon dalam menjaga keamanan dan kedaulatan Cirebon. Desa Luwung juga menjadi daerah pesantren penting di Cirebon. Pada zaman dahulu, kawasan pesantren ditandai dengan dua buah pohon di depan gerbang masuk, yaitu pohon kesambi dan pohon asem. Ini berarti bahwa jika ada musuh datang menyerang, mereka akan dihadapi dengan "di-sambi mesem," yang artinya dihadapi dengan senyuman.
Saat ini, situs kompleks makam Pangeran Raja Muhammad atau Pangeran Luwung dimiliki oleh Keraton Kasepuhan Cirebon dan dikelola serta dirawat oleh Pemerintah RI melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon. (iqk/iqk)