Kisah Rafi, Pelukis Autis yang Karyanya Mejeng di Pameran Internasional

Serba-serbi Warga

Kisah Rafi, Pelukis Autis yang Karyanya Mejeng di Pameran Internasional

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Rabu, 08 Mei 2024 11:00 WIB
Rafi, pelukis autis asal Cirebon.
Rafi, pelukis autis asal Cirebon. Foto: Istimewa
Cirebon -

Namanya Muhammad Rafi Athallah Irmawan. Usianya 18 tahun, seorang remaja penyandang disabilitas mental. Rafi adalah seorang pelukis autistik. Karya yang telah dihasilkan Rafi sudah tak terhitung.

Hebatnya, beberapa karya dilombakan dan dipamerkan baik tingkat nasional maupun internasional. Bahagia, itulah yang Rafi rasakan saat melukis dan berkarya.

"Senang saat menggambar, nggak terpaksa," tutur Rafi, Selasa (7/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rafi sendiri merupakan anak kedua dari pasangan Yadhi Irmawan dan Lusianah. Ibunya, Lusianah menuturkan, Rafi mulai di diagnosa autis pada saat usianya menginjak 2,5 tahun, sejak saat itu Rafi mulai menjalani berbagai macam terapi.

"Sejak didiagnosa autis Rafi mulai menjalani terapi seperti sensory integrasi, perilaku, wicara dan okupasi," tutur Lusianah, Senin (6/5/2024).

ADVERTISEMENT

Lusianah mengatakan Rafi lahir di Kota Duri, Provinsi Riau. Namun pada tahun 2005, agar Rafi bisa mendapatkan terapi yang lebih baik dan konsultasi rutin dengan dokter. Rafi dan keluarga memutuskan untuk pindah dan tinggal di Cirebon.

"Bersamaan dengan terapi yang Rafi ikuti, Rafi juga menjalani pendidikan TK & SD di sekolah inklusi," tutur Lusianah.

Tetapi, sulitnya mendapatkan sekolah lanjutan dan pengalaman Rafi menjadi korban perundungan membuat Lusianah memutuskan metode homeschooling, baik itu tingkat SMP maupun SMA.

"Selain sekolah SMA, Rafi juga menjalani sekolah vokasi untuk meningkatkan kemampuan fungsional dan kemandirian," tutur Lusianah.

Bakat Melukis

Lusianah menceritakan saat Rafi menginjak usia lima tahun, ia melihat bakat melukis Rari. Kala itu Rafi mulai suka menggambar dan mencoret-coret kertas, meski hasilnya masih belum terlalu bagus.

"Pada usia 13 tahun bakat menggambar Rafi semakin terlihat dan hasil gambarnya pun semakin baik, terutama dalam bentuk kereta api karena Rafi menyukai kereta api," tutur Lusianah.

Melihat potensi menggambar dalam diri Rafi, membuat Lusianah mulai membawa hasil karya lukisan Rafi untuk mengikuti lomba dan pameran.

"Sejak tahun 2019, beberapa karya Rafi lolos dalam seleksi kurator galeri terkenal sehingga ditampilkan dalam berbagai pameran lukisan, baik di Cirebon maupun di luar kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya bahkan di Malaysia," tutur Lusianah.

Pada tahun 2019, Rafi mendapatkan tawaran untuk menyelenggarakan pameran tunggal di Stasiun Kereta Api Kejaksan DAOP 3 Cirebon dan pameran di Keraton Kasepuhan. Rafi juga pernah mendapatkan juara 2 dalam kompetisi Drawing se Jawa Barat yang diadakan oleh Artlinc & ISBI Bandung. Hasil dari juara 2 ini, membuat karya Rafi berhasil dipamerkan di Malaysia.

"Karyanya dipamerkan di AIACEE, Asia International Art Culture Exchange Exhibition di Perak, Malaysia," tutur Lusianah.

Di tahun 2024, Rafi mendapatkan undangan untuk mengikuti seleksi beasiswa dari salah satu galeri seni terbesar yang berpusat di Hongkong, bernama Grant dari Christi'e ED&I. Tetapi belum mendapatkan hasil sebagai pemenang.

"Belum bisa menjadi pemenang, tetapi alhamdulillah sudah sampai tahap finalis ," tutur Lusianah.

Lusianah menambahkan beberapa karya Rafi sudah dibuat dalam bentuk merchandise seperti tot bag dan kaos. Lusianah berkeinginan, ke depan Rafi bisa memiliki gerai sendiri untuk memasarkan karya dan merchandise.

"Gerai ini juga sekaligus sebagai tempat untuk membantu teman-teman sesama disabilitas untuk memasarkan karyanya juga," ungkap Lusianah.

Bagi, Lusianah, memiliki anak seorang Rafi adalah anugerah yang luar biasa yang berikan oleh Allah SWT. "Dengan keunikan yang Allah beri untuk Rafi. Kami percaya bahwa Allah pasti akan memberikan jalan terbaik untuk Rafi, dan Kami sebagai orang tua harus selalu mendukung Rafi untuk menjalani kehidupannya," tutur Lusianah.

Sebagai orang tuanya, Lusianah selalu mendukung, membimbing dan memfasilitasi Rafi sejak kecil agar bisa mandiri dan berprestasi seperti anak-anak pada umumnya. Lewat Rafi, Lusianah berharap dapat memotivasi orang lain yang kondisinya sama dengan Rafi, agar tidak mudah menyerah.

"Kami juga terus mendukung, memfasilitasi dan mengasah bakat dan potensi Rafi agar bisa mandiri, berprestasi dan membanggakan serta bisa memotivasi orang lain yang kondisinya sama dengan Rafi untuk tidak pantang menyerah," tutur Lusianah.

Menurut Lusianah, Rafi merupakan anak yang penurut, baik dan memiliki hati yang lembut. Selain itu juga, selalu disiplin untuk bangun pagi.

"Rafi juga seorang yang disiplin selalu bangun paling pagi dan membangunkan kami semua untuk salat subuh. Untuk melihat aktivitas keseharian Rafi bisa di lihat di IG @rafi_irmawan," tutur Lusianah.

Di tahun ini, Rafi akan lulus SMA dan berencana akan melanjutkan kuliah desain grafis di salah satu perguruan tinggi di Bandung, sesuai dengan minat dan bakat Rafi. Lusianah berharap, Rafi dapat terus semangat berkarya dan selalu optimis untuk menggapai cita-cita.

"Untuk Rafi, Saya ingin menyampaikan bahwa Mama dan Papa sangat bangga pada Rafi. Dari Rafi kami banyak belajar. Terima kasih sudah hadir dalam kehidupan kami. Tetap semangat belajar dan berkarya, selalu optimis mencapai cita-cita," ungkap Lusianah.

Lusianah juga menyampaikan pesan kepada orang di luar sana, bahwa anak-anak tidak bisa memilih untuk lahir dengan kondisi disabilitas. Jika bisa memilih, tentu mereka tidak akan memilih untuk terlahir menjadi disabilitas. Tetapi dibalik keunikan mereka tersimpan kelebihan dan ketulusan hati yang luar biasa.

"Marilah untuk kita saling menghargai, menerima kehadirannya, memberikan kesempatan untuk anak-anak ini bisa berkembang dan berkarya. Dari mereka kita akan banyak belajar tentang keikhlasan, rasa syukur, ketulusan dan kasih sayang," tutur Lusianah.

Kepada pemerintah, Lusianah berharap dapat lebih memperhatikan dan memberikan lebih banyak lagi akses pendidikan dan pekerjaan yang layak untuk para penyandang disabilitas khususnya autisme agar mereka bisa mandiri.

"Untuk teman-teman disabilitas, jangan menyerah, Allah akan selalu bersama kita. Akan ada jalan jika kita semua selalu berusaha dan berdoa,"pungkas Lusianah.

(sud/sud)


Hide Ads