Kisah Inspiratif Ibu di Semarang Mendampingi Putranya yang Autis

Kisah Inspiratif Ibu di Semarang Mendampingi Putranya yang Autis

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Minggu, 22 Des 2024 18:14 WIB
Theodosia Siwi dan putranya, Rama Dani Syafriyar, di Lomba Mewarnai Inklusi di SD Inklusi Fun and Play Semarang, Kecamatan Banyumanik, Minggu (22/12/2024).
Theodosia Siwi dan putranya, Rama Dani Syafriyar, di Lomba Mewarnai Inklusi di SD Inklusi Fun and Play Semarang, Kecamatan Banyumanik, Minggu (22/12/2024). Foto: dok. Theodosia Siwi
Semarang -

Merawat anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki kisah spesial tersendiri. Berikut kisah Theodosia Siwi dan anaknya yang mengidap autisme, Rama Dani Syafriyar (24), saat ditemui detikJateng di sela lomba mewarnai di SD Inklusi Fun and Play Semarang.

Siwi dan Rama turut berkontribusi dalam lomba mewarnai inklusi di SD Inklusi Fun and Play Semarang, Kecamatan Banyumanik. Lomba ini digelar dalam rangka memperingati Hari Ibu. Siwi menjadi konseptor acara itu, sedangkan Rama menjadi juri lomba mewarnai.

Ibu dan anak itu juga memamerkan karya lukisan mereka yang memiliki kisah inspiratif dan pesan inklusi di baliknya. Lukisan Rama menampilkan gambar mobil dan bangunan, sedangkan lukisan Siwi berupa garis-garis dan pola khas zentangle art.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lukisan karya Theodosia Siwi dan putranya, Rama Dani Syafriyar, yang dipamerkan di SD Inklusi Fun and Play Kota Semarang, Minggu (22/12/2024).Lukisan karya Theodosia Siwi dan putranya, Rama Dani Syafriyar, yang dipamerkan di SD Inklusi Fun and Play Kota Semarang, Minggu (22/12/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

"Rama itu autodidak, bisa (menggambar) sejak dia mampu memegang pensil. Awalnya dia karena autistik ada gangguan motorik, awalnya sekali memegang pensil pun dia nggak mampu," kata Siwi saat ditemui detikJateng di SD Inklusi Fun and Play Semarang, Minggu (22/12/2024).

Siwi bercerita, Rama telah melakukan terapi dan selalu dia dampingi hingga akhirnya mampu memegang pensil. Sejak itu Rama mulai menggambar logo Music Television (MTV) yang sering berubah.

ADVERTISEMENT

"Karena anak autistik itu kan punya minat terbatas, walupun bisa menggambar macam-macam, tapi hanya yang dia minati saja. Dia menggambar logo MTV karena tiap hari memunculkan logo baru yang dinamis, kreatif, membuat dia tertarik," jelasnya.

"Dari situ berkembang sampai sekarang usianya 24 tahun, minatnya masih terbatas, sekarang lebih ke mobil dan building. Walaupun dia gambar anjing, kucing, Yesus, ya kelihatan," sambung Siwi.

Selama menggambar, kata Siwi, Rama selalu fokus pada detail lukisannya yang memiliki referensi dari dunia nyata. Ia menggambar langsung bangunan hingga mobil-mobil yang ada di dunia nyata dan selalu berusaha membuatnya terlihat sama.

"Jadi itu mobilnya benar-benar seperti aslinya, ada detailnya. Jadi gedung-gedung itu memang ada dan proporsinya sesuai, tanpa menghitung," ujar Siwi.

Rama terus tumbuh bersama Siwi yang mendukungnya untuk terus mengeksplor kemampuan menggambarnya. Kini, Siwi tengah mendorong Rama untuk menggambar di kanvas. Sebelumnya, Rama hanya menggambar di kertas pakai pensil warna.

"Dia masih nggak mau beranjak ke kanvas walaupun dari segi kemampuan ada, tapi dia belum mau dan masih bertahan dengan tekniknya saat ini. Itu yang dia banggakan, jadi spesialisasinya, ciri khasnya," tutur Siwi.

"Pada anak autistik ada gangguan soal minat yang terbatas walau dia mampu. Jadi PR bagi saya untuk membuatnya keluar dari zona nyaman," imbuhnya.

Kini, Rama pun terus mengembangkan kemampuan menggambarnya dan memamerkannya di akun Instagram @rdsyafriyar. Tak hanya lukisan Rama yang memiliki kisah inspiratif, lukisan Siwi juga merupakan karya yang dibuat saat dirinya berjuang bangkit dari stroke.

"Saya kan stroke. Jadi waktu terkena serangan, saya itu nggak bisa nulis. Sama start-nya kayak anak saya, dari nol. Sampai sekarang masih belajar ngarsir, belajar bikin pola-pola," ucap Siwi.

"Saya menggambar zentangle ini dalam rangka terapi. Jadi itu adalah karya survivor stroke yang sedang rehabilitasi, saya baru 80 persen pulih," imbuhnya.

Siwi mengatakan, stroke membuatnya kehilangan kemampuan spasial sehingga ia terus berusaha pulih dengan menggambar garis. Hasil karyanya itu pun dipamerkan di samping karya Rama.

"Jadi itu garis saya masih bergetar terus, saya maunya lurus terus jadi bengkong, maunya belok ke kanan jadinya ke kiri, maunya kurva jadi runcing. Karena memang ini pengendalian belum pulih," terangnya.

Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Menurut Siwi, lewat hal-hal yang dialaminya, ia bisa lebih mengerti dan bisa mengedukasi orang tua lain seputar cara menangani anak berkebutuhan khusus dan memahami kemauan mereka.

"Itu yang saya alami sendiri sehingga saya sebagai motivator autism sekarang jadi lebih mengerti bagaimana menasehati orang tua untuk lebih sabar, lebih tekun, lebih tegar. Karena gini loh rasanya," tuturnya.

"Saya paham bahwa anak Anda kenapa mereka nangis kenapa mereka tantrum, karena capek loh. Ternyata sulit banget. Itu proses, Tuhan memberikan kesempatan saya mengalami ini," sambungnya.

Siwi berharap masyarakat bisa lebih mawas terhadap kebutuhan dan kemampuan anak berkebutuhan khusus. Menurutnya, anak berkebutuhan khusus harus lebih mendapat perhatian dan diberi kesempatan agar bisa sejajar dengan anak-anak lainnya.

"Harapan saya masyarakat akan lebih aware tentang ability (kemampuan), bukan disability (ketidakmampuan), mereka mampu dengan cara berbeda, asal kamu kasih kesempatan," pungkasnya.




(dil/dil)


Hide Ads