Siapa yang tak kenal dengan Warung Madura. Hampir di setiap daerah, warung yang menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat itu bertebaran di mana-mana.
Saat Anda berada di Kota Cirebon, sepertinya tidak sulit untuk menjumpai keberadaan Warung Madura. Warung-warung itu bisa ditemui di pinggir-pinggir jalan hingga ke tengah perkampungan.
Salah satu ciri khas dari Warung Madura ini adalah jam operasionalnya yang seolah tak pernah tutup. Ya, warung-warung itu selalu buka selama 24 jam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, beragam kebutuhan masyarakat yang dijual pun tersusun dengan sangat rapih. Seperti makanan ringan, minuman dan beberapa barang yang dijual lainnya.
Adalah Yuliana. Wanita 42 tahun itu merupakan pengelola salah satu Warung Madura di Kota Cirebon, Jawa Barat. Warung yang dikelolanya beralamat di Kelurahan Pekalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon.
Sama seperti Warung Madura kebanyakan, warung yang dikelola Yuliana pun selalu buka selama 24 jam. Dalam menjalankan usaha ini, tentunya ia tidak sendiri. Yuliana turut dibantu oleh beberapa anggota keluarganya. Mulai dari suami, anak hingga adiknya.
Yuliana dan keluarganya saling bergantian dan berbagi tugas untuk menjaga warung yang selalu buka sehari semalam itu alias non stop 24 jam.
"Jualan sama suami, anak dan adik. Kita jaganya ganti-gantian. Bukanya kan 24 jam," kata Yuliana saat berbincang dengan detikJabar, baru-baru ini.
Yuliana mengaku sudah lebih dari satu tahun menjalani usaha Warung Madura di Kota Cirebon. Ia mengatakan, usaha Warung Madura yang dijalaninya saat ini memang cukup menjanjikan keuntungan.
Khusus di Kota Cirebon, kata dia, salah satu yang banyak diburu oleh para pembeli adalah minuman dingin. Banyak konsumen yang datang ke warungnya untuk membeli minuman dingin. Termasuk juga membeli berbagai macam kebutuhan lainnya.
"Kalau di Cirebon ini memang orang-orangnya itu suka sama es (minuman dingin)," kata dia.
Yuliana tidak menyebutkan secara pasti berapa omzet yang ia dapat dari usaha yang dijalaninnya. Hanya saja, kata dia, dari usaha Warung Madura ini, omzet yang ia dapat berkisar jutaan rupiah setiap harinya.
"Omzet sehari di bawah Rp5 juta. Tapi kalau malam Minggu sih bisa lebih," kata Yuliana.
Menurut Yuliana, dalam menjalankan usaha warung kelontong, manajemen keuangan harus dikelola dengan sebaik mungkin. Ia sendiri hanya menyisihkan 10 persen dari seluruh omzet yang didapat. Sementara sisanya ia gunakan untuk membeli berbagai macam kebutuhan untuk warungnya.
"Kalau pegang warung manajemennya memang harus bagus. Saya sendiri ambilnya 10 persen (dari omzet). Sisanya kan buat belanja barang lagi. Misalnya kita dapat Rp5 juta, kita menyisihkan Rp500 ribu. Sisanya kita belanjain untuk kebutuhan warung," kata dia.
Dalam menjalankan usaha warung kelontong atau Warung Madura ini, Yuliana berstatus sebagai pengelola. Dalam usaha ini, ia menerapkan sistem bagi hasil dengan pemilik warung.
"Kalau warungnya sih punya orang. Yang punya orang Madura juga. Saya cuma mengelola aja. Jadi sistem di Warung Madura ini kita bagi hasil. Yang kita bagi itu keuntungan bersihnya," kata Yuliana.
Meski menurutnya usaha Warung Madura ini cukup menjanjikan, tapi bukan berarti bisnis tidak memiliki resiko. Yuliana mengatakan, jika pengelola warung tidak bisa menjalankan bisnis dengan baik, maka ada resiko yang harus ditanggung.
Seperti misalnya, jika pengelola atau penjaga warung tidak bisa mempertahankan ketersediaan barang sesuai dengan modal awal, maka harus siap menanggung kekurangannya.
"Resikonya kalau kita yang megang usaha ngga pintar-pintar, misalnya dari modal awal kita ngga bisa kembalikan atau ada kerugian, kita sendiri yang nombokin," kata Yuliana.
Teleponan Melulu
Sebagian dari kita mungkin sering melihat penjaga Warung Madura yang kerap 'teleponan' ketika mereka berjualan. Ya, hal itu boleh jadi merupakan salah satu cerita unik di balik ketenaran Warung Madura yang bertebaran di mana-mana.
Yuliana juga mengaku kerap melakukan hal yang sama. "Saya juga sama, kadang gitu (sering teleponan)," kata Yuliana kepada detikJabar, baru-baru ini.
Ia menyebut, ada beberapa alasan kenapa para penjaga Warung Madura cukup sering melakukan komunikasi melalui sambungan telepon. Salah satunya adalah untuk menghilangkan rasa kantuk atau jenuh. Mengingat kebanyakan Warung Madura selalu buka selama 24 jam.
"Kita kan bukanya 24 jam. Selama itu kita ngga bisa kemana-mana. Jadi jalan satu-satunya ya komunikasi lewat HP," ucap Yuliana.
Yuliana mengatakan biasanya para penjaga Warung Madura melakukan komunikasi melalui sambungan telepon dengan para kerabat atau teman yang juga sama-sama menjalani usaha warung kelontong.
Melalui komunikasi itu, mereka biasanya membahas tentang berbagai macam hal. Termasuk berbagi informasi tentang kenaikan harga barang yang biasa mereka jual.
"Kita biasanya komunikasinya ke sesama Warung Madura juga. Kita bisa berbagi informasi. Misalnya saya ngasih tahu, 'mbak ada kenaikan harga' atau 'mba ada barang murah nih'," kata Yuliana.
(sud/sud)