Mitos Jalan Karanggetas Cirebon yang Dihindari Presiden Soeharto

Mitos Jalan Karanggetas Cirebon yang Dihindari Presiden Soeharto

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 02 Apr 2024 07:30 WIB
Jalan Karanggetas Kota Cirebon.
Jalan Karanggetas Kota Cirebon. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar
Cirebon -

Ada beberapa mitos di Kota Cirebon yang dipercaya oleh sebagian masyarakat, seperti mitos tentang Jalan Karanggetas yang menghubungkan pusat kota dengan keraton. Karanggetas berasal dari bahasa Cirebon yaitu, karang yang berarti hutan, dan getas yang berarti tumpul atau patah. Jika digabung berarti hutan yang menumpulkan.

Mitosnya, siapa saja orang yang memiliki kesaktian dan sombong kemudian lewat Jalan Karanggetas, maka kesaktianya akan tumpul atau hilang. "Cirebon ini kan terkenal beberapa mitosnya. Salah satunya Jalan Karanggetas, yang masih dipercaya dan dikenal masyarakat Kota Cirebon," tutur Putra Lingga Pamungkas dari Komunitas Cirebon History beberapa waktu lalu.

Menurut Lingga, sampai sekarang jalan Karanggetas masih dianggap sakral. Konon, jika ada pejabat yang merasa dirinya sombong, lalu lewat Jalan Karanggetas maka jabatannya bisa runtuh. Salah satu tokoh yang pernah menghindari Jalan Karanggetas adalah presiden ke-2 Indonesia, yaitu Soeharto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan Presiden Soeharto pun ketika lewat jalan tersebut tidak berani," tutur Lingga.

Kala itu, Presiden Soeharto ingin datang ke pelabuhan Cirebon untuk meresmikan Kapal Ciremai. Namun dalam perjalanannya, dari Bandara Penggung, Kota Cirebon, Soeharto tidak melewati Jalan Karanggetas untuk menuju pelabuhan.

ADVERTISEMENT

"Tapi berbelok terlebih dahulu untuk menghindari Jalan Karanggetas," kata Lingga.

Asal usul dari mitos dari Jalan Karanggetas, tidak lepas dari sosok yang memiliki kesaktian, yakni Syekh Magelung Sakti. Dikenal sebagai orang yang memiliki rambut yang panjang. Karena kesaktiannya, rambut Syekh Magelung Sakti tidak dapat dipotong. Hingga suatu hari, Syekh Magelung Sakti membuka tantangan bagi siapa saja yang bisa melawan dirinya.

"Syekh Magelung kan rambutnya gondrong, orang sakti manapun tidak ada yang berani memotong rambutnya. Pada saat itu beliau gegabah. Sumpah serapah, siapa yang berani menandingi kesaktianku akan aku angkat jadi gurunya," tutur Lingga.

Tantangan yang diutarakan Syekh Magelung Sakti pun terdengar oleh Sunan Gunung Jati yang pada saat itu berdakwah di Cirebon. Akhirnya, bertemulah Sunan Gunung Jati dengan Syekh Magelung Sakti di tempat yang sekarang menjadi Jalan Karanggetas.

Diceritakan Lingga, oleh Sunan Gunung Jati akhirnya rambut Syekh Magelung dipotong dengan hanya menggunakan dua jari. "Dipotong oleh Sunan Gunung Jati, dan rambut hasil potongan tersebut dimakamkan di Karanggetas," tutur Lingga.

Lingga menuturkan, di sepanjang Jalan Karanggetas juga terdapat banyak toko emas. Menurutnya, banyaknya toko emas di Karanggetas, tidak lepas dari mitos Jalan Karanggetas itu sendiri. "Kenapa banyak toko emas, karena konteksnya pengusaha yang berjualan disitu berpikir tidak ada penjahat. Ketika ada penjahat yang ingin berbuat jahat maka kejahatannya akan runtuh," tutur Lingga.

Tidak jauh dari Jalan Karanggetas, terdapat Jalan Jagabayan dan Jagasatru. Menurut Lingga kedua jalan tersebut menjadi tanda bahwa dulunya merupakan pos penjagaan keraton. "Pos Jagabayan arah utara yang Jagasatrunya arah selatan. Jadi Jagabayan tuh menjaga dari marabahaya. Di situ juga ada beberapa nama tempat seperti Lawanggada, Pekalipan, Petratean itu kan ada makna nya semua," tutur Lingga.

Meski di Jalan Karanggetas terdapat sebuah makam. Namun, menurut Lingga makam tersebut merupakan makam dari rambut Syekh Magelung Sakti yang dipotong Sunan Gunung Jati. Untuk makam Syekh Magelung Sakti sendiri ada di Desa Karang Kendal, Kapetakan, Kabupaten Cirebon.

Menurut Lingga, pesan moral yang dapat diambil dari mitos Jalan Karanggetas adalah jangan menjadi orang yang sombong, angkuh dan memiliki niat yang buruk. Karena mitos tersebut berasal dari tokoh antagonis.

"Kisah ini berawal dari tokoh antagonis bernama Syekh Magelung Sakti, tokoh sakti yang angkuh dan sombong ketika itu. Namun, kedigdayaannya berhasil dikalahkan oleh Sunan Gunung Jati," pungkas Lingga.

(sud/sud)


Hide Ads