Aksi Liong-Barongsai Ramaikan Imlek di Kelenteng Tua di Cirebon

Aksi Liong-Barongsai Ramaikan Imlek di Kelenteng Tua di Cirebon

Ony Syahroni - detikJabar
Jumat, 09 Feb 2024 14:48 WIB
Pertunjukan Barongsai dan Liong akan tampil dalam perayaan tahun baru Imlek di Klenteng Talang Cirebon.
Pertunjukan Barongsai dan Liong akan tampil dalam perayaan tahun baru Imlek di Klenteng Talang Cirebon. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Cirebon -

Beragam persiapan telah dilakukan oleh masyarakat Tionghoa dalam menyambut perayaan tahun baru Imlek. Pada tahun ini, salah satu momen penting bagi masyarakat Tionghoa itu akan berlangsung pada 10 Februari 2024.

Di Kota Cirebon, salah satu tempat ibadah yang telah bersiap menyambut perayaan tahun baru Imlek adalah Kelenteng Talang. Beragam ornamen khas Tionghoa telah terpasang di bangunan bersejarah itu.

Kelenteng Talang beralamat di Jalan Talang, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Tempat ibadah itu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di 'Kota Udang'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menjelang perayaan tahun baru Imlek, pada bagian depan kelenteng terlihat sudah banyak lampion yang terpasang. Lampion yang didominasi warna merah itu berjejer rapih dan tergantung pada bagian atap kelenteng.

Bergeser ke bagian dalam kelenteng, di sana juga terlihat sudah banyak lampion yang terpasang. Termasuk lilin dengan ukuran besar. Kemeriahan ini menjadi tanda bahwa masyarakat Tionghoa di wilayah ini siap menyambut perayaan tahun baru Imlek.

ADVERTISEMENT

Menurut Ketua Kelenteng Talang Teddy, dalam setiap perayaan tahun baru Imlek ada beragam kegiatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa. Antara lain mulai dari kegiatan ibadah, menghadirkan kesenian-kesenian khas Tionghoa dan beberapa kegiatan lainnya.

"Karena sembahyangnya kan tengah malam, jadi diisi acara hiburan dulu. Biar yang dateng ada hiburan," kata Teddy yang juga Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cirebon, baru-baru ini.

"Untuk hiburannya nanti itu ada pertunjukan liong, barongsai, wushu dan lain-lain. Jadi sebelum sembahyang nanti ada hiburan kesenian dulu," kata Teddy menambahkan.

Adapun kelompok barongsai dan liong yang akan tampil di Kelenteng Talang ini berasal dari grup Naga Mas. Mereka akan tampil untuk memeriahkan perayaan tahun baru Imlek di kelenteng tersebut.

Ketua Naga Mas, Subagyo mengatakan, barongsai dan liong merupakan kesenian yang sangat lekat dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Maka tidak heran jika dalam setiap perayaan momen penting, dua kesenian itu selalu hadir. Termasuk dalam momen perayaan tahun baru Imlek.

Selain sebagai hiburan kesenian, kata Subagyo, barongsai dan liong juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Tionghoa. Menurutnya, bagi masyarakat Tionghoa kedua kesenian itu diyakini dapat mendatangkan keberuntungan.

"Barongsai atau liong itu dipercaya membawa hoki. Kadang kalau kita sedang main, itu ada aja orang yang manggil untuk masuk ke tokonya," kata dia.

Sejarah Kelenteng Talang Cirebon

Sekadar diketahui, Kelenteng Talang merupakan salah satu bangunan bersejarah yang ada di Kota Cirebon, Jawa Barat. Usia dari tempat ibadah itu disebut sudah mencapai ratusan tahun.

Kelenteng Talang dibangun pada sekitar tahun 1450 oleh seseorang orang bernama Tan Sam Cay. Tan Sam Cay juga dikenal dengan nama Mohammad Syafei.

"Tan Sam Cay adalah salah seorang etnis Tionghoa yang mendapatkan gelar Tumenggung Aria Diap Wiracula dari Kesultanan Cirebon," kata Penjaga Klenteng Talang, Yohanes dikutip dari detiktravel.

Menariknya, Kelenteng Talang di Cirebon ini pernah menjadi masjid yang digunakan sebagai tempat ibadah bagi warga muslim Tionghoa. "Ya awalnya (Kelenteng Talang) tempat ibadah Muslim Tionghoa bermazhab Hanafi," kata Yohanes.

Pria yang akrab disapa Yoyo itu bercerita, masuknya Muslim Tionghoa bermazhab hanafi itu berawal dari syiar yang dilakukan Laksamana Haji Kung Wu Ping, keturunan Khonghucu yang mendirikan mercusuar di atas bukti Gung Jati, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon.

"Dari situ terbentuk tiga kelompok masyarakat Tionghoa Muslim bermazhab hanafi yang tersebar di wilayah Sembung, Serindil dan Talang. Masing-masing dilengkapi masjid," kata Yoyo.

Muslim Tionghoa yang berada di Sembung berkembang pesat, namun tidak di dua wilayah lainnya yakni Serindil dan Talang. Kondisi tersebut membuat Muslim Tionghoa memilih memusatkan aktivitasnya di Sembung.

"Masjid di Serindil kemudian menjadi pertapaan begitupun dengan Talang, ditinggalkan karena penduduk Tionghoa Muslim mulai merosot. Akhirnya, masjid tersebut berubah jadi Klenteng. Sedangkan di Sembung makin berkembang," katanya.

(sud/sud)


Hide Ads