Semenjak kehadiran Tol Cipali yang menghubungkan Cikopo, Purwakarta dengan Cirebon, Palimanan membuat banyak bus pantura menjadi sepi peminat. Ini terlihat dari Pantauan detikJabar di Terminal Tipe A Harjamukti, Kota Cirebon, belum lama ini. Saat itu di sana hanya tersisa satu Bus Pantura, padahal biasanya di lokasi ini banyak bus 'mejeng'.
Padahal di Cirebon, bus pantura memiliki sejarah panjang karena dikenal sebagai moda transportasi murah yang banyak diminati dibandingkan dengan kereta api sejak sebelum zaman kemerdekaan. Hal tersebut seperti tertulis dalam surat kabar Hindia Belanda, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 5 Juni 1935.
Kepala Pengawas Terminal Harjamukti dari Kementerian Perhubungan Imam Bukhori mengatakan sepinya Bus Pantura di Terminal Harjamukti sudah sejak lama. Selain karena adanya Tol Cipali, ada beberapa faktor lain yang menjadikan peminat bus pantura berkurang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertama karena pandemi COVID-19 ditambah operasional bus yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Menurutnya, tidak sedikit PO bus pantura yang mengeluhkan tentang mahalnya biaya operasional hingga membuat banyak perusahaan berhenti beroperasi.
Kedua adanya moda transportasi publik lain yang lebih nyaman seperti kereta api. Ketiga di era yang serba digital banyak PO bus yang masih menggunakan cara lama dalam menarik penumpang serta belum ada perubahan yang signifikan dalam memberikan pelayanan yang terbaik.
"Ini yang membuat masyarakat cenderung memilih moda transportasi lain," kata Imam belum lama ini.
Beberapa faktor tersebut membuat bus Pantura yang masih beroperasi hanya sekitar 30 persen. Padahal menurut Imam, sebelum adanya Tol Cipali, Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ada sekitar 360-an bus yang beroperasi namun sekarang yang beroperasi hanya sekitar 100-an bus.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pihak terminal akan melakukan beberapa langkah seperti menggratiskan semua biaya retribusi terminal kepada pemilik PO bus pantura yang beroperasi. Selain itu, terminal juga menggratiskan semua biaya uji KIR dan biaya perizinan bagi semua bus pantura yang ada dalam terminal.
"Uji KIR dan perizinan ini penting sebagai upaya untuk menjamin kelayakan bus yang beroperasi," tutur Iman.
Menurut Iman bebasnya biaya tarif retribusi untuk para PO bus ini sudah sesuai dengan PP No 35 Tahun 2023 tentang ketentuan umum pajak daerah dan retribusi daerah.
Dirinya tidak menampik bahwa memang ada beberapa bus pantura yang kondisinya cukup memprihatinkan. Oleh karena itu ia berharap agar semua PO bus dapat mengikuti uji kir dan memenuhi kelengkapan perizinan.
Imam juga menyarankan agar para PO Bus Pantura untuk memberikan pelayanan yang terbaik serta menggunakan cara pemasaran yang lebih kreatif seperti menggunakan media sosial untuk menarik penumpang.
Untuk persoalan calo tiket, Iman mengatakan, sudah sejak dulu menjadi masalah klasik yang membuat orang enggan datang ke terminal, apalagi calo tiket bus pantura yang memiliki kesan cenderung negatif.
"Pas dulu calo tiket kesannya, menyeramkan, maksa dan tidak tertib," kata Imam.
Mengatasi permasalahan calo tersebut, terminal mencoba untuk menampilkan biaya tiket perjalanan resmi secara terbuka. Tujuannya agar masyarakat menjadi teredukasi dan tidak terjebak oleh para calo tiket. "Harganya berapa, tujuan apa, bus apa semuanya kita tampilkan," pungkas Imam.