4 Fungsi 'Nu' atau 'Anu' dalam Bahasa Sunda, Jangan Sampai Salah

4 Fungsi 'Nu' atau 'Anu' dalam Bahasa Sunda, Jangan Sampai Salah

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Selasa, 11 Feb 2025 07:00 WIB
Ilustrasi kata bahasa Sunda dalam KBBI.
Ilustrasi kata bahasa Sunda (Foto: Istimewa)
Bandung -

Bahasa Sunda punya keunikan sendiri, kecuali punya kata 'téh', bahasa Sunda juga punya kata sambung 'nu' atau 'anu'. Kedua kata itu kurang lebih punya makna dan kegunaan yang sama.

Namun, sering kali ada kebingungan bahkan bagi orang Sunda sendiri, kapan harus menggunakan 'nu' dan kapan harus menggunakan 'anu'.

Jangan bingung, dalam buku Tata Bahasa Sunda karangan D.K. Ardiwinata (terjemahan Indonesia oleh Ayatrohaedi, Balai Pustaka: 1984) dijelaskan hal ihwal 'nu' atau 'anu'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam penjelasannya, tampak tidak ada perbedaan antara kedua kata itu. Sehingga, mau menggunakan 'nu' atau 'anu' tergantung kesukaan pengucapnya.

Namun, D.K. Ardiwinata menjelaskan fungsi-fungsi 'nu' atau 'anu' yang sangat penting untuk disimak oleh masyarakat Sunda saat ini maupun mereka yang sedang belajar tata bahasa Sunda. Apa saja fungsinya? Simak yuk!

ADVERTISEMENT

4 Fungsi 'Nu' atau 'Anu' dalam Bahasa Sunda

Secara umum 'nu' atau 'anu' yang digunakan dalam bahasa Sunda punya arti yang sepadan dalam bahasa Indonesia, yaitu kata sambung 'yang'. Kegunaannya bisa sebagai kata ganti, pemberi keterangan, maupun penyematan sifat. Berikut penjelasannya:

1. Kata Ganti Benda

'Nu' atau 'anu' menurut D.K. Ardiwinata berfungsi "jadi kata ganti benda yang dengan sengaja tidak disebutkan".

Contoh: Di nagara Anu, aya raja anu ngaranna Anu (di negeri anu, ada seorang raja bernama anu).

2. Dirangkai dengan Kata Kerja atau Sifat

"Jika nu dirangkaikan dengan kata kerja atau kata sifat, perannya adalah sebagai kata ganti benda apa pun yang memiliki pekerjaan atau sifat tersebut."

Contoh: Peuting tadi kuring ngadéngé nu ceurik (saya semalam mendengar ada yang menangis, 'nu' dirangkai dengan kata kerja 'ceurik'). Ali téh ku nu nimu dibikeun ka nu boga (Cincin itu oleh yang menemukan diserahkan kepada pemiliknya, 'nu' dirangkai dengan sifat 'boga').

3. Keterangan dari Kata Sebelumnya

Menurut Ardiwinata, fungsi 'nu' atau 'anu' adalah juga "untuk menunjukkan kata yang disebutkan sesudahnya sebagai ciri atau keterangan dari kata sebelumnya; bukan sebagai obyek.

Contoh: Kuda anu jangkung téh paéh kamari soré (kuda yang tinggi mati kemarin sore). Tuh budak nu jalugjug jangkung téh anak kuring (tuh anak yang tinggi semampai itu anakku).

4. Penghubung Anak Kalimat dengan Kalimat Induk

Fungsi 'nu' atau 'anu' yang keempat adalah "untuk menghubungkan anak kalimat yang merupakan sifat dari kalimat induknya".

Contoh: Kuring papanggih jeung tuan, anu rék nyéwa imah urang téa (Saya bertemu dengan tuan yang mau menyewa rumah kita itu. 'Anu rék nyéwa' merupakan anak kalimat sekaligus menjadi sifat dari 'tuan').

Demikian empat fungsi 'nu' atau 'anu' di dalam tata bahasa Sunda. Semoga membantu ya!

(iqk/iqk)


Hide Ads