Kabupaten Ciamis sudah lama mendapat julukan atau dicap sebagai Kota Pensiunan. Kondisi Ciamis yang santai, nyaman dan jauh dari kemacetan membuat stigma Kota Pensiunan sangat melekat di wilayah yang dulu merupakan Kerajaan Galuh ini.
Di perkotaan Ciamis tidak ada kemacetan, kalau pun ada hanya saat ada event hiburan. Ciamis tidak memiliki gedung-gedung besar, hanya ada pusat perbelanjaan yang itu pun tidak terlalu besar.
Kepala Dinas Pariwisata Ciamis Budi Kurnia menjelaskan, Ciamis dicap sebagai kota pensiunan itu sudah lama, muncul sekitar tahun 80-an. Pembangunan Ciamis dulu yang tidak masif membuat kondisinya sepi dan sunyi. Bahkan pusat perkotaan Ciamis pun tidak seramai daerah lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Orang-orang dari daerah lain apabila mengunjungi Ciamis itu sunyi sepi dengan udara yang sejuk," ujar Budi Kurnia yang juga pegiat budaya di Ciamis.
Menurut Budi, dijuluki Kota Pensiunan bukan berarti negatif, tidak ada aktifitas dan produktif. Namun menggambarkan bahwa Ciamis cocok untuk hidup sejuk dan nyaman. Pensiunan memang digambarkan tidak banyak aktivitas, otomatis nyaman hidup di Ciamis.
"Dengan pendapatan atau income yang tidak seberapa itu bisa nyaman hidup di Ciamis. Saya menangkap pensiunan itu seperti itu. Dan bagi kami khususnya dinas pariwisata julukan kota pensiunan ini punya makna," terangnya.
Budi menjelaskan, julukan kota pensiunan ini merupakan salah satu potensi Ciamis. Kondisi yang tidak bising, tidak macet, low cost dan sangat baik untuk pariwisata. Banyak penduduk kota-kota besar yang sudah padat dan maju mendambakan hidup di lingkungan seperti Ciamis.
"Bahkan kemacetan di Ciamis bisa jadi hiburan. Jalan macet itu ketika ada hiburan saja, artinya jadi tontonan warga, kalau di Jakarta dan kota besar macet setiap hari," terangnya.
Budi pun tak menyangkal Ciamis dijuluki sebagai kota pensiunan karena eksisting nya seperti itu, di mana Ciamis memikat kenyamanan orang. Bahkan di lihat dari data kunjungan, dari tahun ke tahun semakin signifikan.
"Artinya betul orang betah tinggal di Ciamis. Selain nyaman lingkungannya, udaranya dan juga nyaman sosial masyarakatnya. Hampir setiap desa kecamatan itu pasti setiap orang yang datang ke Ciamis berjumpa dengan masyarakat yang betul-betul istilahnya menjunjung tinggi nilai ajrih (sopan dan ada rasa bangga, menghargai). Tamu tidak dianggap sebagai beban. Ini kan jadi daya tarik," tuturnya.
Kunjungan ke Ciamis dari mulai 200 ribu sejak Pangandaran berpisah tahun 2012, kini meningkat sampai 1,2 juta kunjungan. Secara pribadi, Budi berharap tumbuh investasi di Ciamis bukan investasi industri tapi menunjang kenyamanan orang tinggal.
"Harapannya di Ciamis berkembang homestay berstandar internasional yang menawarkan view atau pemandangan desa. Menurut rencana umum tata ruang, 27 kecamatan di Ciamis bisa dikembangkan sebagai industri wisata," jelasnya.
Budi pun menjelaskan, banyak warga Tatar Galuh Ciamis yang menjadi pejabat di berbagai daerah, baik di Jawa Barat maupun di provinsi lain. Mereka biasanya menetap di tempat tugasnya, tapi ketika memasuki masa pensiun, mereka akan kembali ke Ciamis untuk menikmati masa tua.
"Warga yang pensiun memilih Ciamis untuk menikmati masa tua di Ciamis karena memang Ciamis sunyi dan nyaman," ungkapnya.
(mso/mso)