Kelenteng Bio Kwan Tee Koen Karawang, Heritage yang Berusia 3 Abad

Kelenteng Bio Kwan Tee Koen Karawang, Heritage yang Berusia 3 Abad

Irvan Maulana - detikJabar
Sabtu, 10 Feb 2024 08:30 WIB
Kelenteng Bio Kwan Tee Koen di Jalan Tuvarep Kabupaten Karawang.
Kelenteng Bio Kwan Tee Koen di Jalan Tuvarep Kabupaten Karawang. Foto: Irvan Maulana/detikJabar
Karawang -

Melihat lebih dalam Kelenteng Bio Kwan Tee Koen, salah satu situs heritage religi di Karawang. Kelenteng ini sudah berdiri lebih dari tiga abad. Dan, masih berdiri kokoh hingga saat ini.

Menjelang perayaan Imek, Kelenteng Bio Kwan Tee Koen telah bersolek menyambut umat yang hendak beribadah, biasanya acara akan berlangsung selama 15 hari atau sampai dengan perayaan Cap Go Meh.

Ketua Pembina Yayasan Dharma Prasada Mahametha Nyana Wangsa menuturkan, Kelenteng Bio Kwan Tee Koen dan Vihara Bhuda Loka yang dibangun di Jalan Tuparev itu berusia lebih dari 300 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini situ heritage juga sebenarnya, karena bangunan kelenteng ini sudah berusia lebih 300 tahun. Kalau tidak salah dulu dibangun tahun 1720-an," kata Nyana saat ditemui di kelenteng, Jumat (9/2/2024).

Ia menjelaskan bangunan klenteng masih seperti pertama kali didirkan. Namun, ia tak menampik sudah beberapa kali pemugaran dilakukan. Untuk bagian beberapa ornamen dan bagian bangunan merupakan yang asli dan didatangkan langsung dari Tiongkok.

ADVERTISEMENT

"Kalau dipugar sudah beberapa kali, tapi bentuknya masih sama, dan ada beberapa bagian yang masih asli dikirim langsung dari Cina, seperti jendela, patung dewa, tempat penyimpanan dupa, hingga ornamen huruf mandarin," kata dia.

Patung Dewa Kwan Kong yang ada di Kelenteng Bio Kwan Tee Koen berasal dari Cina, termasuk bahan baja untuk jendela, dan ornamen bebatuan huruf mandarin juga sudah berusia lebih dari tiga abad.

Uniknya, kata Nyana, Klenteng tersebut dibangun dekat dengan Masjid Agung Syekh Quro yang berjarak sekitar 700 meter, meski yang lebih awal dibangun adalah mesjid agung.

"Iya memang dekat dengan Masjid Agung, kalau yang saya tahu Masjid Agung dibangun lebih awal yah. Saya kurang tahu persis, yang jelas memang ini potret bahwa masyarakat Karawang sudah toleran sejak dahulu," imbuhnya.

Diketahui, Masjid Agung Syekh Quro sendiri diperkirakan dibangun pada tahun 1418 masehi, Tajuk atau Masjid Agung tersebut lah yang menjadi cikal bakal berdirinya pesantren Syekh Quro, berdasarkan catatan Djojo Sukmadilaga, dan Mahdita, yang berjudul Ikhtisar Sejarah Singkat Syaikh Quratul'ain yang diterbitkan tahun 2009.

Menurut penuturan Nyana, dahulu wilayah Nagasari atau saat ini dikenal dengan nama Jalan Tuparev, memang masih hutan yang berdekatan dengan sungai Citarum, material itu didatangkan dari Cina melalui kapal-kapal yang berlabuh di sekitar sungai Citarum.

"Kalau dulu kan pemukiman banyak berlokasi di dekat sumber air, Masjid Agung persis di pinggir Sungai Citarum. Kelenteng ini juga dekat dengan Citarum, karena pemukiman juga ada di sekitar Ciatrum. Tapi memang area di sekitar kelenteng dahulu ini katanya masih hutan rimbun dengan pepohonan, kalu sekarang kan sudah pertokoan semua," imbuhnya.

Selain Kelenteng Bio Kwan Tee Koen ada juga Kelenteng Bio Tjou Soe Kong yang berlokasi di Cinangoh Pasar Johar, Karawang. Kelenteng Bio Tjou Soe Kong juga dibangun dengan material yang sama, dan juga sudah berusia tua.

"Kelenteng Bio Tjou Soe Kong juga kebetulan masih satu yayasan dengan di sini, sudah berusia tua juga, tapi saya kurang hafal kapan dibangunnya, tapi perkiraan sudah 300 tahun juga karena material untuk bangunan juga sama seperti di sini," ungkap Nyana.

Oleh karena itu pula, Mendiang Presiden Abdurrahman Wahid, dan Ibu Negara Sinta Nuriyah kerap menghadiri perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Bio Kwan Tee Koen selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.

"Karena ini merupakan situs heritage berharga yang seharusnya jadi cagar budaya yah. Presiden Gus Dur dulu selama menjabat sering menghadiri perayaan Imlek dan Cap Go Meh di sini juga," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads