Mother Bank merupakan grup musik dari Kabupaten Majalengka. Girlband emak-emak ini viral karena gaya berpakaiannya yang nyentrik.
Sekelompok ibu-ibu itu menampilkan pakaian berjubah pink dengan kerudung topi memanjang atau Sikke. Penampilan itu sontak mengundang reaksi kocak para netizen.
Bahkan akun Instagram Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kemenparekraf), menggunggah aksi performance emak-emak tersebut. Unggah tersebut kini sudah mendapatkan 11.052 Likes dan mendapatkan beragam komentar dari warganet.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"π’ IDOLA BARU PARA EMAK SUDAH TIBA! π’. Selain jadi pengaman ekonomi masyarakat, Mother Bank juga eksis di bidang musik, Sob! π₯³πΆ," tulis akun Instagram @kemenparekraf.ri dikutip detikJabar, Sabtu (11/11/2023).
"Jilbabny tinggi bet dah, setinggi harapan ku," komentar dari pengguna Instagram @tessa.arlina.
"Ku sebut mereka cantik dan kreatif," timpal akun @putri_buni.
Mengenal Mother Bank
Mother Bank telah berdiri sejak awal pandemi COVID-19 datang ke Tanah Air, atau tepatnya pada tahun 2020. Grup ini berasal dari Kampung Wates, Desa Jatisura, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka.
Grup ini mempunyai personel sebanyak 11 orang. Diah, Yanti dan Suni sebagai vokalis, Nia dan Mimin pemukul kendil, Aan teranika dan terbangan, Miningsih pemukul gembyung, Uun dan Mini tambur, Erna pot bunga, dan Anah kecrek.
Lahirnya Mother Bank muncul dari problematika hidup para personel. Seperti yang diketahui, para personel merupakan korban jeratan lintah bank emok atau rentenir.
"Awalnya kami dari perkumpulan (orang) yang terlilit hutang Bank Emok, dari Senin sampai Minggu hampir setiap hari ada (yang nagih hutang)," kata salah seorang personel Nia saat diwawancarai detikJabar beberapa waktu lalu.
Melihat kondisi seperti itu, pasangan suami-istri (Pasutri) bernama Ismal Muntaha dan Bunga Siagian berinisiatif mencari solusi. Pasutri yang aktif di Komunitas Jatiwangi Art Factory (JaF) itu menawarkan konsep pinjaman tanpa bunga.
"Pas kebetulan Teh Bunga pindahan dari JaF ke kampung kami, menawarkan pinjaman tanpa bunga," kata Nia.
Di Mother Bank, nasabah memang tidak dikenai bunga pinjaman. Namun, syarat dan ketentuan berlaku bagi nasabah yang ingin meminjam kepada pasutri tersebut.
Salah satu syaratnya adalah mengelola kebun di Mother Bank untuk penghasilan tambahan para nasabah. Penghasilan itu bisa menambah pendapatan kebutuhan sehari-hari para nasabah dan bisa untuk membayar pinjaman kepada Mother Bank.
"Syaratnya mengelola lahan depan rumahnya untuk menanam singkong. Ibu-ibu setuju (konsep Mother Bank), soalnya tanpa bunga kan meringankan beban kami," ujar Nia.
Dari yang awalnya mengusung konsep ala bank, namun seiring berjalannya waktu 'bank' tersebut beralih menjadi grup musik. Grup tersebut muncul dari kejenuhan para nasabah.
"Kami ikutan (jadi nasabah Mother Bank), lama-lama dari pada kumpul-kumpul jenuh terus bikin grup musik Mother Bank," jelas Nia.
Disampaikan Nia, Mother Bank sendiri saat ini sudah mempunyai 6 lagu. Latarbelakang lagu-lagu yang diciptakan Mother Bank berasal dari masalah sosial di lingkungan masyarakat.
"Lagu-lagunya (diciptakan), ya dari kami-kami sendiri," ucap dia.
Meski demikian, tidak hanya gaya berpakaiannya saja yang nyentrik. Namun, alat yang digunakan para personel pun cukup terbilang unik. Rata-rata alat musik yang digunakan Mother Bank terbuat dari tanah liat.
"Awalnya tanpa alat musik pakai tangan-tangan dulu, sama genteng-genteng. Tapi lambat laun kita akhirnya menggunakan perabotan rumah tangga dari tanah liat yang juga tercetus dari JaF, seperti kendil, gembyung, pot bunga, dan lain-lain," kata Nia.
(dir/dir)