Ratusan warga dari berbagai usia terlihat sibuk menghadapi lembar kain. Dengan canting dan malam di wajan, ternyata mereka sedang beramai-ramai membatik motif khas Indramayu.
Salah satunya Wilda Amanda (16) siswi SMKN 1 Sindang juga terlihat sibuk melukis batik motif bokong semar. Sesekali siswi kelas XI jurusan tata busana itu sesekali meniup canting malam saat hendak membunuhnya ke lembar kain putih bersketsa batik.
Sebagai pengalaman pertamanya, Amanda mengaku kesulitan saat membatik. Apalagi saat proses menuangkan malam ke garis sketsa batik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang bagian paling sulit itu bikin lilin di sketsa yang sudah di gambar," kata Wilda Amanda kepada detikJabar, Kamis (5/10/2023).
Di sekolahnya, Wilda mengaku belum pernah mempelajari soal batik baik teori maupun praktek. Namun, dengan keikutsertaan nya di festival ia berharap bisa mempelajari lebih tentang batik di sekolah.
"Kalau di sekolah paling dikenalkan bikin desain baju. Iya bagus kalau bisa diterapkan di kelas mah," lanjut Wilda.
Pengalaman berbeda tentang batik diceritakan Turinih (65), warga Kelurahan Paoman, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu yang sebagai sentra batik Indramayu itu sudah puluhan tahun menekuni kerajinan batik. Bahkan, ia mengaku sudah membatik banyak motif.
"Dari kecil. Ya Segala-gala dari kembang kapas (motif) banyak lagi," katanya.
Ia mengaku membatik menjadi mata pencaharian utamanya sejak masih remaja. Berkat ilmu yang diwariskan oleh orang tuanya dulu bisa menjadi sumber tambahan ekonomi keluarga.
"Suami udah meninggal. Saya belajar sama orang tua dulu," ungkapnya.
Sekedar diketahui, festival batik Dermayu ini digelar dalam rangkaian hari jadi Kabupaten Indramayu ke 496 tahun. Dalam festival sedikitnya melibatkan 105 peserta terdiri dari para perajin dan siswa SLTA sederajat. Bahkan, menampilkan fashion show dari SKPD dan Camat se Kabupaten Indramayu dengan tema batik Indramayu.
(dir/dir)