Ratusan warga Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, berkumpul di Situs Gunung Jaha, Selasa (18/7/2023) siang. Mereka sengaja datang untuk mengikuti tradisi tawasul dalam rangka menyambut tahun baru hijriah atau disebut juga tahun baru Islam.
Situs Gunung Jaha merupakan hutan kota yang Dilindungi, tempat dimakamkannya dua tokoh besar di wilayah tersebut. Yakni Jayengpati Wirautama merupakan sosok pemimpin daerah Cibatu yang berjasa bagi masyarakat setempat. Sedangkan Syekh Nurudin adalah tokoh penyebar agama Islam di wilayah Ciamis.
Baca juga: Wabup Ciamis Tak Sepakat dengan PPDB Zonasi |
Warga yang datang dari beberapa lingkungan yang ada di Kelurahan Linggasari. Mereka melaksanakan doa bersama di area makam Jayengpati Wirautama dan Syekh Nurudin dengan khidmat. Keduanya merupakan tokoh yang paling berpengaruh dalam perkembangan wilayah Linggasari yang dulu bernama Cibatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nampak masyarakat datang ke area Situs Gunung Jaha sambil membawa bekal 1 botol air mineral atau pun dalam tumbler. Pada saat melaksanakan doa bersama, mereka membuka tutup botol berisi air tersebut. Harapannya untuk mencari keberkahan.
Sebelum doa bersama, perwakilan panitia membaca sejarah singkat tentang Jayengpati Wirautama. Setelah selesai masyarakat pun makan bersama. Tradisi menyambut tahun baru Islam masyarakat Linggasari dilanjutkan pada malam hari dengan pawai obor.
"Ini merupakan tradisi tawasul atau doa bersama di area makam Jayengpati Wirautama dan Syekh Nurudin. Keduanya merupakan tokoh di disini. Jayengpati Wirautama merupakan pemimpin Cibatu pada abad ke 17. Sedangkan Syekh Nurudin sosok penyebar agam Islam," ujar Ketua Panitia Tradisi Didin Muslihudin saat ditemui di lokasi situs.
Dalam tradisi tersebut, seluruh pihak turut hadir mulai dari MUI, Pemerintah Kelurahan Linggasari dan masyarakat antusias mengikuti doa bersama.
"Tradisi ini digelar dalam rangka menyambut tahun baru hijriah. Masyarakat sangat antusias," ucapnya.
Diketahui tradisi ini memang sudah dilaksanakan oleh masyarakat sejak lama. Namun baru kali ini dilaksanakan secara gebyar. Sehingga ke depan pihak panitia akan berupaya agar tradisi tersebut tetap dilaksanakan setiap tahun secara gebyar.
"Memang kami sebelumnya melakukan penelusuran terkait silsilah Jayengpati Wirautama. Alhamdulillah kami sudah temukan. Insyalloh dilaksanakan setiap tahun," katanya.
Didin menyebut tujuan dari tradisi ini untuk mengingat dan mengenang jasa para leluhur. Terutama Jayengpati Wirautama merupakan sosok pemimpin Galuh Cibatu yang religius. Sehingga masyarakat saat ini dapat meneladaninya dan selalu taat dalam melaksanakan perintah agama serta senantiasa berbuat baik.
"Mengingatkan kepada semua masyarakat bahwa ada sosok pemimpin terdahulu yang religius dan patut menjadi contoh yang baik," pungkasnya.
(mso/mso)