Abidzar Zhianarsya Alhafidz (3), terlihat begitu menggemaskan saat diberi amanah oleh ibunya, Rekha Agustina (24). Sang ibu, melatih Abidzar agar tidak memakan terlebih dahulu es krim yang tersimpan di atas meja sebelum Rekha kembali lagi ke tempat Abidzar bermain
Pola asuh yang menanamkan amanah kepada Abidzar itu Rekha bagikan dalam video di unggahan akun Instagramnya @rekhaagstn. Yang menarik, Rekha berkomunikasi dengan kakang, panggilan sayang terhadap Abidzar, menggunakan bahasa Sunda yang notabene sudah jarang dilakukan orang tua di zaman sekarang.
"Kakang, ini ku mamah dikasih es krim kakang. Tapi ku kakang ulah waka dimakan. Mamah bade ka cai hela, ke mamah sambil ngambil tisu nya. Ku kakang ulah waka dimakan nya. Antosan nya (Kakang, ini sama mamah kakang dikasih es krim. Tapi jangan dulu dimakan sama kakang. Mamah mau ke toilet dulu, nanti mamah sambil ngambil tisu yah. Sama kakang jangan dilu dimakan. Tunggu yah)," kata Rekha dalam video unggahannya. detikJabar pun sudan mendapat izin dari Rekha untuk mengutip unggahannya di Instagram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Unggahan Rekha yang memperlihatkan gemasnya kakang ini pun banyak disukai warganet sebanyak 23.817 pengguna. Unggahan ini juga dikomentari 271 warganet yang mayoritas salut dengan pola asuh Rekha terhadap anaknya yang tetap menggunakan bahasa Sunda.
detikJabar berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Rekha melalui direct message (DM) Instagram. Istri dari seorang suami bernama Yaya Sutisna ini pun mengungkapkan alasannya mengapa masih menggunakan bahasa Sunda saat berkomunikasi dengan Abidzar.
"Komunikasi dengan anak menggunakan bahasa Sunda sebetulnya bukan pilihan, tapi itu udah jadi bahasa sehari-hari. Kalau bahasa Indonesia-nya itu bahasa ibu, bahasa yang diajarkan dari lahir dengan cara interaksi melalui keluarga dan lingkungan," kata Rekha kepada detikJabar belum lama ini.
Rekha pun mengakui mengajarkan anaknya bahasa Sunda kerap menemui kendala. Yang menjadi masalah, kadang Abidzar malah meniru kosakata Sunda yang ia dapat dari lingkungannya. Terkadang kosakata tersebut malah lebih kasar dibanding kosakata yang diajarkan Rekha.
"Lingkungan emang paling ngaruh, walaupun orang tua syaa di rumah mah enggak pernah ngajarin ngomong kasar. Tapi anak saya ini si tukang nyonto yang handal pan. Jadi sekali ngeder, dia suka inget terus. Akhirnya, sebisa-bisa kita ngasih tahu ke anak mana aja bahasa-bahasa yang kasar," ungkapnya.
Secara pribadi, Rekha juga ikut sedih karena orang tua zaman sekarang sudah tidak lagi mengajarkan bahasa Sunda kepada anaknya. Sebab dalam kesehariannya, Rekha selalu berusaha membiasakan Abidzar agar terus menggunakan bahasa Sunda.
"Alhamdulillah, sehari-hari emang pakainya bahasa Sunda. Tapi sekarang mah karena sering nonton dari HP, kakang sedikit-sedikit bisa ngomong pakai bahasa Indonesia. Padahal itu nggak saya ajarin, dia belajar otodidak sendiri," ungkapnya.
"Nah kalau soal itu, jujur memang sedih. Tapi saya juga masih suka campur-campur ngomongnya pakai bahasa Sunda sama bahasa Indonesia. Mau gimana lagi soalnya," ungkap Rekha.
Bagi Rekha, sebetulnya tidak perlu gengsi untuk mengajarkan anak menggunakan bahasa Sunda. Sebab kata dia, harus ada kebanggaan terhadap bahasa daerah meskipun semua orang punya haknya masing-masing dalam menentukan mau menggunakan bahasa yang mana dalam kesehariannya.
"Tapi bagi saya selaku orang Sunda, lebih baik ngajarin ke anak itu pakai bahasa Sunda. Bahasa Indonesia mah nanti juga bisa mengikuti. Contohnya anak saya walaupun masih kecil, belum masuk sekolah, tapi udah bisa ngomong bahasa Indonesia sedikit-sedikit. Jadi memang enggak perlu ada gengsi buat ngajarin anak pakai bahasa Sunda," pungkasnya.
(ral/mso)