Miris! Bangunan Sekolah Bersejarah Peninggalan Bosscha Terbengkalai

Miris! Bangunan Sekolah Bersejarah Peninggalan Bosscha Terbengkalai

Yuga Hassani - detikJabar
Minggu, 05 Feb 2023 13:00 WIB
Bangunan Sekolah Peninggalan Bosscha yang Tak Terawat
Bangunan Sekolah Peninggalan Bosscha yang Tak Terawat (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Karel Albert Rudolf Bosscha tak hanya meninggalkan warisan perkebunan teh di Pangalengan. Kepeduliannya akan pendidikan juga dibuktikan dengan dibangunnya sebuah sekolah.

Sekolah yang dulu bernama Vervoloog Malabar atau Sekolah Rakyat (SR) Malabar dibangun Bosscha pada tahun 1901. Sekolah tersebut diperuntukan bagi anak-anak para pekerja perkebunan teh Malabar.

Demi pendidikan bermutu, Bosscha bahkan mendatangkan guru-guru khusus yang ditugaskan untuk mengajarkan baca tulis. Selain itu, Vervoloog Malabar juga dibangun dengan mengedepankan nilai-nilai inklusivitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sekolah tersebut, anak-anak pribumi dan Belanda disatukan dalam satu kelas. Tak ada sekat pemisah, karena semua manusia setara dan berhak mendapatkan ilmu pengetahuan yang sama.

Bangunan Vervoloog Malabar atau Sekolah Rakyat Malabar memiliki bentuk bangunan yang memanjang. Bentuknya seperti rumah panggung.

ADVERTISEMENT

Semua bangunan dibuat menggunakan kayu dan bilik (anyaman serat bambu). Sehingga memperlihatkan bangunan-bangunan ciri khas pada zaman tersebut.

Terlihat lantainya pun masih berbahan kayu. Ketika akan memasuki ruangan, beberapa anak tangga kecil berbahan kayu terpasang di setiap pintu masuk.

Kondisi bangunan SD peninggalan BosschaKondisi bangunan SD peninggalan Bosscha Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Terdapat lima pintu, dengan gaya khas masa kolonial, tinggi menjulang. Pun dengan bagian jendela, sentuhan khas masa ;penjajahan' masih terasa. Sekolah Rakyat Malabar memiliki lima ruangan, terdiri dari empat ruang kelas dan satu ruang guru.

Vervoloog Malabar masih kokoh berdiri hingga saat ini. Namun, kondisinya semakin memprihatinkan. Padahal bangunan tersebut berdiri di bawah PTPN VIII dan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung.

Saat ini kondisi bangunan Vervoloog Malabar kondisinya semakin tidak terawat. Genting sebagian sudah hilang, terbawa angin, langit-langitnya pun sudah rubuh.

Kondisi bilik yang menjadi dinding utama sekolah tersebut sebagian sudah berlubang. Pintu masuk khas kolonial Belanda pun saat ini warnanya sudah mulai pudar. Beberapa serat kayu pun telah mengelupas.

Di dalam ruangan terlihat bangku bekas belajar berserakan dan hanya menyisakan beberapa. Namun ada sebagian beberapa bangku yang masih menumpuk.

Pada bagian lantai semuanya telah ditutupi oleh lumut dan beberapa rumput liar. Namun papan lantai tersebut masih kokoh tidak ada yang jebol.

Mantan penjaga perkebunan teh Malabar, Opir Supriatna (72) mengatakan sekolah tersebut awalnya kokoh berdiri. Namun, kata dia, setelah sekolah tersebut tidak aktif ada sebuah kejadian kebakaran.

"Ya, sempat terjadi kebakaran, jadi bangunannya tinggal itu saja. Terus juga tak lama sempat tersapu angin puting beliung pada tahun yang sama," ujar Opir saat ditemui detikJabar belum lama ini.

Meski begitu, Opir mengungkapkan bangunan tersebut masih asli seperti saat pertama kali dibangun pada tahun 1901 silam.

"Ya kalau yang diganti mah paling hanya dinding bilik dan gentengnya saja, karena beberapa kali terbang diterjang angin kencang. Lantai kayu dan kusen Vervoloog Malabar masih sama seperti yang dulu," katanya.

Opir masih mengingat bagaimana dirinya pernah bersekolah di Vervoloog Malabar atau Sekolah Rakyat Malabar. Dia menjelaskan alat tulis pun masih ciri khas tidak seperti saat ini.

"Saya masih ingat dulu masih pake alat tulis Sabak dan Grip untuk nulis, itu dulu masih ada di sana," jelasnya.

Opir mengenyam pendiidkan di sekolah itu tahun 1955. Menurutnya, mayoritas siswa kala itu berasal dari daerah tersebut.

Kondisi bangunan SD peninggalan BosschaKondisi bangunan SD peninggalan Bosscha Foto: Yuga Hassani/detikJabar

"Hampir semua warga masyarakat Pangalengan sekolah di sini, termasuk saya," ucapnya.

Opir menyebutkan sekolah tersebut mulai berkurang muridnya pada tahun 1973. Kemudian tak lama dari tahun tersebu, SDN Malabar 4 dibangun di sebelahnya pada tahun 1983.

"Kegiatan di sekolah saya dulu mulai berkurang tahun 1973, dan berhenti pas terbangunnya sekolah ini (SDN Malabar 4) yang sekarang bersebelahan," kata Opir.

Bangunan Vervoloog Malabar sempat digunakan kembali pada tahun 2004 silam. Bangunan tersebut digunakan untuk kegiatan pembelajaran Sekolah Luar Biasa (SLB).

"Sempat dipakai sama SLB, selama dua tahunan, tahun 2004," jelasnya.

Vervoloog Malabar saat ini telah menjadi kenangan. Masyarakat di wilayah tersebut saat ini telah menyekolahkan ke SDN Malabar 4 dengan kondisi bangunan yang lebih layak.

Bahkan saat ini tak jauh dari SDN tersebut terdapat SDN Malabar 1, 2, dan 3. Sehingga masyarakat lebih banyak pilihan memasukan sekolahnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads