Asa Petani Tasikmalaya Wujudkan Priangan Timur Jadi Sentra Durian

Asa Petani Tasikmalaya Wujudkan Priangan Timur Jadi Sentra Durian

Faizal Amiruddin - detikJabar
Sabtu, 03 Feb 2024 18:30 WIB
Salah satu sudut kebun durian di Kampung Cihanja Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (3/2/2024).
Salah satu sudut kebun durian di Kampung Cihanja Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (3/2/2024). Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar
Tasikmalaya - Wilayah Priangan Timur Jawa Barat (Jabar) tengah berusaha menjadi sentra penghasil durian untuk memenuhi pasar lokal dan ekspor. Para petani durian di Tasikmalaya, Garut, Ciamis hingga ke Pangandaran tengah berusaha menimba ilmu dan meningkatkan kemampuan, sehingga Priangan Timur bisa muncul menjadi penghasil durian premium.

Hal itu terungkap dalam kegiatan seminar dan workshop bertajuk 'Petani Cerdas Durian Lokal Mendunia' yang digelar Eksplorasi Durian Nusantara, di kebun durian Aa Kadu Kampung Cihanja Desa Cikeusal Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (3/2/2024).

Lebih dari 100 petani durian menghadiri acara itu, tak hanya dari wilayah Priangan Timur, beberapa ada yang berasal dari luar daerah, termasuk dari Medan, Jambi dan lainnya. Para petani ini tampak antusias menyimak paparan dari sejumlah petani ahli dalam berkebun durian.

"Kami berusaha mendidik teman-teman petani durian di wilayah Priangan Timur, karena Priangan Timur sudah menjadi sentra industri durian, dalam artian banyak petani yang sudah menanam, luasnya hingga ratusan hektare," kata Sigit Purwanto, panitia acara dari Eksplorasi Durian Nusantara.

Namun potensi itu belum bisa menghasilkan manfaat maksimal. Kualitas durian belum mampu mencapai kualitas premium sehingga sulit menembus pasar ekspor.

"Secara ilmu pengetahun tentang durian, petani di Priangan Timur masih sangat kurang, makanya kami undang petani berpengalaman dari Medan dan ahlinya untuk berbagi ilmu," kata Sigit.

Dia mengatakan bergabung dengan jejaring komunitas menjadi hal penting bagi petani durian, sehingga bisa mengetahui perkembangan dan saling berbagi pengalaman.

"Kita akan berjejaring, kita akan tingkatkan kelompok tani, hasil panennya akan kita tampung untuk memenuhi market kita masih kekurangan," kata Sigit.

Lebih lanjut dia memaparkan agrobisnis durian sangat potensial, apalagi jika petani 'bermain' di jenis durian premium.

"Kalau secara ekonomi bisnis durian sangat gurih, apa lagi durian unggulan yang dikebunkan seperti Musangking, Duri Hitam dan Bawor. Sebagai gambaran itu di tingkat petani harganya Rp 150 sampai 350 ribu per kilogram," kata Sigit.

Bahkan dalam perhitungan lebih detail, Sigit mengatakan satu pohon durian di usia 7 tahun itu bisa menghasilkan Rp 20 juta hingga Rp 35 juta dalam sekali masa panen.

Namun demikian di balik cuan melimpah bisnis durian, ada tantangan yang harus siap dihadapi. Misalnya masa tanam hingga panen yang cukup lama, perawatan yang intensif dan tantangan lainnya.

"Tantangannya berkebun durian itu cukup lama, tanam hingga berbuah butuh 4 tahun. Setelah berbuah pun harus dirawat terus, seperti bayi. Harus ada perawatan, pemupukan dan lainnya," kata Sigit.

Mengingat besarnya investasi yang dikeluarkan dan tantangan teknis untuk memanam durian, maka lanjut Sigit para pelakunya harus dibekali kemampuan yang cukup.

"Makanya penting membekali petani tentang berkebun durian yang baik dan benar. Karena investasi yang dikeluarkan untuk berkebun durian itu tidak sedikit, kebun durian itu harus long sustainable, harus bisa diwariskan kepada anak cucu kita nanti," kata Sigit.

Sigit berharap Tasikmalaya bisa seperti Kabupaten Parigi Mautong, Provinsi Sulawesi Tengah yang sukses menjadi eksportir durian ke Cina. Harapan itu sangat memungkinkan karena Tasikmalaya atau Priangan Timur memiliki modal potensial.

"Tasikmalaya bisa makmur oleh durian seperti daerah lain di Indonesia. Tasik itu relatif dekat ke Jakarta sebagai pasar terbesar durian premium, lahan Tasik punya, petaninya juga ada. Tinggal tugas kita menghasilkan identitas durian Tasikmalaya," kata Sigit.

Si Layung Bisa Jadi Unggulan

Sigit sendiri mengaku terkesan mana kala mencicipi durian lokal yang menurutnya bagus dan layak untuk dikembangkan.

"Tasikmalaya ini kita surprise kita menemukan durian lokal yang lumayan bagus. Dia punya warna yang sangat kuning, tadinya kita sangka durian Matahari ternyata pas kita tes, dari teksturnya berbeda ternyata ini durian lokal," kata Sigit.

Menurut dia durian yang diberi nama durian Si Layung itu layak diproyeksikan jadi unggulan. Meski untuk dikembangkan serius perlu dilakukan pengujian dengan melakukan penanaman dan penelitian lebih lanjut. Artinya pengujian akan memakan waktu 4 sampai 5 tahun.

"Jadi pengujiannya tidak bisa langsung ditanam banyak. Harus diuji dulu, ditanam dulu nanti setelah 4 tahun baru kita tes lagi. Kalau bagus kita lanjutkan. Karena pengalaman yang sudah-sudah, durian lokal itu harus diuji adaptasinya," kata Sigit.

Aryanto petani durian Tasikmalaya yang menjadi tuan rumah acara itu menambahkan durian lokal Si Layung yang membuat para ahli durian kepincut itu merupakan durian lokal asli Tasikmalaya. Ciri khasnya buah berwarna kuning dan rasanya legit. "Durian lokal Tasikmalaya itu banyak yang potensial, selain Si Layung ada durian Hello Kitty dan beberapa lainnya," kata Aryanto.

Di samping itu Aryanto berharap petani durian di Priangan Timur segera memiliki asosiasi sehingga bisa memberi manfaat.

"Saya berharap bisa terbentuk asosiasi petani durian Priangan Timur. Karena tanpa asosiasi ketika ada over supply kita kebingungan menjual, kalau ada komunitas kita bisa saling berbagai peluang dan ilmu," kata Aryanto.

Aryanto berharap Tasikmalaya memiliki mesin nitrogen yang berfungsi untuk mengawetkan durian, agar bisa tahan lama. Sehingga petani tidak merugi ketika durian banjir di pasaran.

Aryanto menambahkan petani durian Tasikmalaya akan berusaha menjawab tantangan, bahwa Jawa Barat cenderung yang tidak diunggulkan dari agribisnis durian.

"Jawa Barat tidak diunggulkan, karena dari segi garis katulistiwa. Suhu udara kita kan lembab, curah hujan tinggi Tapi ketinggian kita di 400 Mdpl cukup ideal untuk durian jenis Musangking," kata Aryanto.

Dia juga berharap dukungan pemerintah untuk menggalang gerakan menanam durian bagi masyarakat. Karena menurut dia, upaya massal yang melibatkan masyarakat luas memiliki daya dongkrak signifikan bagi cita-cita Tasikmalaya sentra durian.

"Masyarakat harus didorong menanam durian di rumah, contohnya Banyumas bisa jadi sentra durian Bawor bukan dari skala kebun besar, tapi dari setiap rumah tanam 1 dan 2 pohon. Pemerintah harus berperan sehingga kita bisa menjadi sentra," kata Aryanto seraya mengatakan di Tasikmalaya sendiri setidaknya ada 200 hektar kebun durian.

Kepala Desa Cikeusal Rahmat Arif mengaku bangga desanya bisa menjadi tuan rumah pertemuan para petani durian dari berbagai daerah di Indonesia.

"Jelas bangga dan memang sejak dulu desa kami menjadi salah satu penghasil durian, meski sekarang produksinya menurun. Momen ini akan membuat kami lebih semangat untuk menggalakkan penanaman durian," kata Rahmat.

Dia mengatakan jarak masa tanam ke masa panen yang cukup lama, membuat banyak petani enggan menanam durian. Walau pun jika sudah mengetahui ilmunya, durian bisa lebih menguntungkan.

"Ya mungkin karena lama dan perawatannya, berbeda dengan menanam pohon kayu atau albasia. Tapi jika sudah tahu ilmunya, durian jelas lebih menguntungkan karena panen terus, tak habis ditebang seperti pohon kayu," kata Rahmat. (sud/sud)



Hide Ads