Tingginya harga cabai di pasaran menjadi berkah tersendiri bagi sejumlah petani di Kabupaten Kuningan. Pasalnya mereka ikut meraup keuntungan yang lumayan dibanding saat harga sedang normal.
Seperti dirasakan Enok Yati (43), petani dari Desa Cikaso, Kecamatan Kramatmulya, yang mengaku hasil penjualan cabai rawit di sawahnya saat ini meningkat empat kali lipat dari biasanya.
Saat harga normal, kata Enok, harga jual cabai rawit di tingkat petani hanya di kisaran Rp 10.000 saja. Tapi saat ini tengkulak berani membelinya dengan harga Rp 44.000 per kilogram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah, musim sekarang kami dapat untung lebih. Biasanya cabai rawit dijual Rp 10.000 per Kilogram, sekarang bisa Rp 44.000," ujar Enok, Rabu (8/11).
Baca juga: Ini 2 Biang Kerok Mahalnya Cabai di Bandung |
Enok mengatakan, berkah dari melonjaknya harga cabai ini dia rasakan sejak sepekan terakhir ini. Dari lahan pertanian seluas 50 bata miliknya, dia bisa memetik sedikitnya 40 kilogram cabai rawit jenis rancung setiap kali panen.
"Ini sudah panen ke empat kali. Yang dua kali pertama harganya normal, dan baru dua yang terakhir ini ada kenaikan harga. Alhamdulillah ada untung lebih untuk beli pupuk," ungkapnya.
Terkait penyebab tingginya harga cabai di pasaran, Enok menduga disebabkan karena banyak pertanian cabai di daerah lain mengalami gagal panen. Musim kemarau panjang yang masih berlangsung, kata Enok, membuat banyak lahan pertanian cabai di daerah Jawa Tengah mengalami kekeringan dan mati.
"Alhamdulillah lahan pertanian di Cikaso masih subur dan pengairan sangat baik. Tidak ada serangan hama juga jadi hasil panen pun cukup memuaskan," ujar Enok diamini petani lain bernama Anah.
Sementara itu, kondisi harga cabai besar dan rawit di pasar tradisional saat ini masih tinggi di kisaran Rp 70.000, bahkan untuk jenis cabai jablay mencapai Rp 100.000 per kilogram. Tingginya harga cabai tersebut cukup merepotkan masyarakat terutama para pemilik usaha kuliner yang mengandalkan cabai sebagai bahan utamanya.
(yum/yum)