Pengobatan tradisional yang dilakoni segelintir orang-orang terpilih di Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), berusaha mempertahankan eksistensi dari gerusan modernisasi.
Di desa itu, terkenal akan kemampuan untuk menangani patah tulang dan gangguan kesehatan lain yang berkaitan dengan tulang. Tak jarang, orang-orang menyebut kalau Citapen merupakan 'bengkel tulang'.
Terbukti dengan deretan plang bertuliskan 'Pengobatan Tradisional Mengobati Patah Tulang, Keseleo' yang terpampang di sepanjang Jalan Raya Cililin-Cihampelas. Tinggal pilih, mau datang dan berobat ke tempat yang mana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu yang bertahan yakni tempat pengobatan tradisional Haji Obay. Nama yang cukup sering disebut ketika menanyakan tempat pengobatan tradisional di Citapen bagi orang yang ingin berobat.
Cecep Faisal (39), anak Haji Obay yang kini melanjutkan kiprah pengobatan tradisional sepeninggal sang ayah. Haji Obay sendiri telah membuka praktik sejak 1970-an silam dan bertahan selama 50 tahun lebih.
"Bapak saya pertama praktik itu tahun 70-an, dulu yang pertama itu kakek saya dulu atau ayah dari bapak saya, namanya Mama Hamidi. Itu sudah mulai (pengobatan tradisional) sejak zaman penjajahan, kurang tahu juga pastinya tahun berapa," kata Cecep kepada detikJabar belum lama ini.
Cecep boleh dibilang merupakan generasi ketiga yang menekuni profesi pengobatan tradisional. Tak tanggung-tanggung, ia juga sudah mulai praktik mengobati pasien sejak kelas 6 SD.
"Semua keluarga saya ya dari kecil diajarkan pengobatan tradisional, bedanya kalau kakek sama bapak saya sudah dengan tarekatnya. Kalau saya belum, karena kalau dibilang ya belum cukup umur," ucap Cecep.
Lantas bagaimana ia menjaga eksistensi pengobatan tradisional warisan leluhurnya? Ada banyak cara, terutama dari segi kepercayaan pasien yang mengalami sendiri bagaimana praktik pengobatan yang dijalankannya.
"Alasan bisa eksis selama ini mungkin karena terkenal dari mulut ke mulut. Terus juga karena biaya yang murah dimana kita tidak memasang tarif, orang bisa bayar berapapun seikhlasnya," kata Cecep.
Cecep tak boleh berbohong soal kondisi pasien yang hendak berobat. Misalnya ketika pasien datang dengan keluhan keseleo, namun didiagnosa pasien tersebut mengalami patah tulang.
"Karena kita mengandalkan testimoni dari yang sudah berobat di sini, saya juga diajarkan tidak boleh berbohong. Jangan karena ingin dapat untung besar, jadi berbohong. Apalagi orang yang datang berobat ke sini kan kebanyakan yang tidak mampu," ujar Cecep.
Cecep tak khawatir tergerus modernisasi pengobatan. Namun di sisi lain, ia justru akan memadukan pengobatan tradisional yang dilakoninya dengan pengobatan modern.
"Dengan pengobatan yang semakin canggih, tidak menjadi alasan pengobatan ini akan tergerus. Kembali lagi, tidak semua pasien memiliki biaya. Ke depannya kami akan semi modern dengan membuka rawat inap dan juga ada bantuan medis dengan menarik dokter sebagai bantuan seperti menyuntik atau anestesi," tutur Cecep.