Kisah Sukses Peternak Muda Kuningan hingga Kirim Sapi ke Istana Kepresidenan

Kisah Sukses Peternak Muda Kuningan hingga Kirim Sapi ke Istana Kepresidenan

Fathnur Rohman - detikJabar
Selasa, 27 Jun 2023 12:30 WIB
Peternak muda asal Kabupaten Kuningan.
Peternak muda asal Kabupaten Kuningan (Foto: Fathnur Rohman/detikJabar).
Kuningan -

Menjadi peternak sukses di usia muda ternyata bukan isapan jempol belaka. Sebab, sudah banyak orang membuktikannya. Misal pria di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bernama Asep Abdurahman (31) yang mendulang cuan dari bisnis ini.

Sejak 2018, Asep sudah beternak sapi di Desa Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. Tak hanya beternak, dia pun membangun jejaring bersama peternak lokal untuk membina dan menambah penghasilan mereka.

Terdapat lebih dari 10 peternak lokal di Kuningan yang bermitra dengan 'Belakang Rumah Fam', nama peternakan yang dijalankan Asep. Lewat skema usaha ini, Asep mampu menjual sekitar 40 ekor sapi berbagai jenis dan bobot setiap tahunnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan datang langsung ke kandang sapi miliknya, Senin (23/6/2023). Puluhan sapi baik jenis lokal hingga limosin hidup sehat di tempat ini. Bahkan beberapa di antaranya punya bobot lebih dari 600 kilogram.

Supaya sapi-sapi tersebut punya bobot maksimal, pakan yang diberikan pun tergolong khusus. Rumput dan campuran pakan berkualitas tinggi selalu diberikan untuk memanjakan hewan ini. Sebelum akhirnya mereka disembelih, kemudian diolah menjadi santapan lezat di Idul Adha nanti.

ADVERTISEMENT

Asep menjelaskan, mayoritas sapi yang ada di kandang miliknya berasal dari luar daerah. Tapi tak sedikit juga sapi-sapi tersebut dibesarkan oleh peternak lokal di Kuningan.

Menjadi peternak muda, bagi Asep sebetulnya bukan pekerjaan mudah. Untuk memulai usaha ini, dia harus merogoh kocek sebesar Rp 1 miliar sebelum menuai sukses seperti sekarang.

Dalam beberapa tahun ke belakang, usaha yang dilakoninya pun sempat menemui titik buntu. Dia terseok-seok dihantam pandemi COVID-19. Di periode selanjutnya sebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menghantui peternakannya. Imbasnya omzet merosot sampai 80 persen.

"Pandemi baru beres, muncul PMK. Dua kali serangan, penjualan terganggu sampai pendapatan turun 80 persen. Untungnya tidak ada yang mati, jadi langsung dipotong saja sapinya," kata Asep kepada detikJabar.

Untungnya di tahun ini kondisinya kembali normal. Mengadopsi sistem penjualan daring, bisnis peternakan sapi yang digelutinya kian laris manis.

Sejak sepekan lalu, sapi di peternakannya sudah banyak dipesan konsumen dari berbagai daerah. Total ada 30 ekor sapi yang siap dikirim sebagai hewan kurban.

Menariknya, kebanyakan konsumen tersebut memesan via online. Jadi Asep cukup menunjukkan video dan foto sapi di tempatnya. Sampai akhirnya konsumen menyepakati harga serta siap membelinya.

"Menjelang Idul Adha kita sudah ada pesanan 30 ekor. Kita pemasaran lebih ke digitalisasi dan mengarah ke keluarga muda sebagai target pembelinya," ujar Asep.

Sebenarnya dunia peternakan sudah tak asing bagi Asep. Kedua orang tuanya juga melakoni usaha ini. Bedanya Asep memilih membesarkan sapi daripada ayam.

Jadi tidak mengherankan berkat keuletan dan konsistensi merawat sapi, Asep bisa berbangga diri jadi peternak yang berdikari.

"Kita juga menerapkan metode open reseller. Banyak sales yang sudah buat grup sama kita. Bagi saya kalau daging dan susu itu seumur hidup. Jadi tidak bakal mati bisnisnya. Apalagi setiap tahun pasti ada yang berkurban. Keluarga juga beternak, tapi ayam petelur," ungkap Asep.

Untuk momen Idul Adha tahun ini, Asep menyediakan sapi dengan berat 350-800 kilogram. Pembeli bisa memilih metode timbang hidup secara langsung atau membeli dengan metode lama.

"Sekarang untuk kisaran bobot ditimbang hidup per kilogramnya Rp 80 ribu. Tergantung jenis sapinya. Ini untuk limosin. Kalau jenis lain Rp 70 ribu sampai 75 ribu. Kebanyakan di sini jenis limosin. Bobot dari 350-800 kilogram. Yang barusan ada terjual berat 400 kilogram seharga Rp 32 juta," paparnya.

Dua Kali Kirim Sapi ke Istana Kepresidenan

Kendati baru beberapa tahun menekuni peternakan ini, namun hasil kerja kerasnya kini sudah membuahkan hasil. Contoh kecilnya, pada 2019 lalu dia berhasil mengirim empat ekor sapi dengan bobot 660 kilogram ke Istana Kepresidenan. Sapi tersebut disembelih dan dijadikan hewan kurban.

Namun prestasi semacam ini tidak terulang di tahun berikutnya. Dikarenakan pagebluk korona, nasib usahanya kian merana. Alhasil saat itu dia memutar otak agar bisnis tersebut bisa bertahan.

Beruntungnya di Idul Adha tahun ini, satu ekor sapi kembali dipesan Istana Kepresidenan. Sapi jenis limosin dengan berat 750 kilogram tersebut akan dikirim jadi hewan kurban.

"Kalau yang 750 kilogram contohnya bisa dijual Rp 60 juta. Kebetulan ada satu sapi yang terpilih buat ke Istana Kepresidenan. Bobotnya 660 kilogram. Ini kedua kalinya, sebelum pandemi dari sana ngambil empat ekor," katanya.

Sambil menggandeng lebih banyak peternak lokal, Asep berharap usaha ini terus berkembang. Selain menguntungkan, proses pemberdayaan peternak di Kuningan akan semakin mudah dilakukan.

(mso/mso)


Hide Ads