Pendidikan tak menjamin kesuksesan orang. Mungkin kalimat itulah yang dapat menggambarkan sosok Sandi Herdiana (31), pemuda asal Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi yang sukses mendirikan empat perusahaan dengan hanya latar belakang pendidikan Paket C atau setara SMA.
Empat perusahaan yang dia bangun itu rata-rata bergerak di bidang industri kreatif dan digital. Tak tanggung-tanggung, omzetnya per tahun bisa mencapai Rp 7 miliar!
Sandi Herdiana lahir dari keluarga sederhana. Hubungannya dengan sang ayah tak terlalu harmonis sehingga dia membulatkan tekad untuk mandiri dan mengadu nasib ke Batam, Kepulauan Riau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bukan terlahir dari keluarga yang kaca, dulu saya kurang harmonis dengan sosok bapak akhirnya saya kabur dari rumah. Bukan karena apa-apa tapi saya termotivasi untuk hidup mandiri," kata Sandi saat berbincang dengan detikJabar di Kota Sukabumi, Sabtu (13/5/2023).
Diusianya yang masih remaja dia sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Segala macam pekerjaan dia jalani mulai dari menjadi pelayan kafe hingga petugas kebersihan (house keeping). Dia juga sempat bekerja pada seorang pengusaha asal Italia.
"Dari orang Itali itu saya belajar berbisnis, pengelolaan, managemen, financial, administrasi termasuk saya dulu belajar bahasa Inggris dari dia. Saya coba ambol sekolah paket C karena plan saua setelah lulus paket C saya mau kuliah. Sempat kuliah di salah satu universitas di sana, cuman karena waktu itu orang Italinya kehabisan visa, otomatis saya harus ditinggal di Batam," ujarnya.
Selama tinggal di Batam, nasibnya pun naik turun. Sandi bercerita untuk makan satu hari saja dia harus menerima sisa makanan nasi kuning atau sisa adonan martabak. Tanpa pekerjaan dan pendidikan yang tak terlalu tinggi membuatnya nekat untuk merantau kembali ke Jakarta.
Seperti di Batam, di Jakarta ia mulai merambah ke berbagai macam jenis pekerjaan dengan memulai karir di dunia broadcasting dan entertainment. Sayangnya, perjalanan karir Sandi harus terhenti akibat pandemi COVID-19.
"Saya kerja di Jakatya dirumahkan karena COVID-19. Akhirnya saya pulang ke Bandung kepikiran bikin usaha kreatif agensi yang bergerak di bidang digital. Dari situ sewa 1 rumah kontrakan, karyawan belum punya, saya yang jadi pemilik sekaligus pegawai," ucapnya.
Setelah mendapatkan penghasilan yang cukup, Sandi memberanikan diri untuk membuat satu perusahaan berbentuk PT. Pandemi ternyata juga membawa berkah baginya, karena bisnis digital yang ia bangun moncer di kalangan masyarakat.
Sedikit demi sedikit kehidupannya mulai bangkit. Dia berpikir untuk membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak tanpa memandang lulusan sekolah. Setiap pegawai yang dia beri pekerjaan rata-rata lulusan SD, SMP dan SMA sederajat.
"Saya sempat merekrut, karena saya juha lulusan yang bukan S1 atau diploma, saya ngajarin tetangga-tetangga saya ataupun uang mau kerja, basic-nya mereka lulusan SD juga saya ajak," katanya.
Tahun 2020-2021 penghasilannya di bidang digital naik hingga mencapai omzet Rp 1 miliar. Dia pun berniat untuk mulai mengembangkan usahanya di bidang lain.
Singkat cerita, saat ini dia memegang empat perusahaan dengan rincian tiga perusahaan di Bandung dan satu perusahaan di Jakarta. Berkat kerja kerasnya, tak hanya dapat menghidupi keluarga, Sandi juga dapat mempekerjakan karyawan sebanyak 76 orang.
"Saya juga nggak tahu ujungnya akan seperti ini. Minimal saya bisa meringankan beban orang-orang dengan memberikan mereka pekerjaan. Kalau total omzet satu tahun Rp 7 miliar, itu masih kotor," tuturnya.
Dari kisah hidupnya, dia ingin membagikan pesan kepada anak muda untuk jangan mudah menyerah dan merasa puas diri atas kemampuan yang dimiliki saat ini.
"Motivasi saya belajar setiap hari. Jadi kalau kita belajar setiap hari, kita nggak akan cepet puas. Di mana pun dan dititik apapun, ya yang kita harus lakukan sebagai anak muda sekarang itu harus belajar," ujar Sandi.
"Saya percaya lulusan bukan satu prioritas patokan kesuksesan seseorang kecuali previlage. Makanya kalau kita masuk kategori orang yang belum punya, kita harus terus belajar di mana pun itu dan kapanpun. Ditambah saling menghargai orang, siapa pun orangnya," sambungnya.
(dir/dir)