Peringatan tahun baru Imlek kali ini diperkirakan akan lebih meriah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menyusul dengan telah dicabutnya kebijakan pemerintah tentang pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.
Alhasil, kondisi ini pun turut memberikan dampak positif bagi para pengrajin Barongsai dan Liong. Ya, kesenian khas Tiongkok yang menyerupai singa dan naga itu memang selalu identik dengan perayaan tahun baru Imlek.
Saat ini, para pengrajin mulai sibuk memproduksi Barongsai hingga Liong untuk kemudian dijual. Salah satunya seperti yang dirasakan oleh Tri Siswoyo (27).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski bukan keturunan Tionghoa, namun pria asal Desa Serang, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, itu sudah melakoni pekerjaan sebagai pengrajin Barongsai dan Liong sejak 2011 silam.
Saat ini, Woyo begitu disapa, mengaku sudah mendapat sepuluh pesanan Barongsai. Pesanan itu datang dari berbagai daerah, mulai dari Palembang, Bandung, Jakarta dan beberapa daerah lainnya.
Kondisi ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, tepatnya selama pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM akibat pandemi COVID-19. Saat itu, Woyo mengaku hanya mendapat pesanan dua Barongsai dan satu Liong.
"Sebelum ada COVID-19 biasanya kalau momen Imlek pesanan bisa sampai 25. Tapi waktu COVID-19 kemarin pesanan cuma ada dua Barongsai dan satu Liong. Kalau sekarang lumayan lah, sudah ada 10 pesanan," kata Woyo saat berbincang dengan detikJabar di kediamannya di Desa Serang, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Minggu (15/1/2023).
Barongsai dan Liong yang diproduksi oleh Woyo ini diperuntukkan untuk pementasan atau pertunjukan. Woyo menjual Barongsai hasil produksinya dengan harga yang bervariatif. Begitu juga dengan Liong.
Menurut Woyo, untuk satu fullset Barongsai, ia menjualnya dengan harga mulai dari Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta. Harga yang dipatok akan disesuaikan dengan kualitas bahan baku yang digunakan.
"Satu fullset Barongsai itu sudah termasuk celana dan sepatu. Kalau harga tergantung bahannya. Yang harga Rp 2,5 juta kita pakai bahan yang biasa, dan bulu-bulunya itu pakai bulu sintetis. Kalau yang harga Rp 5 juta kita pakainya bulu domba impor," kata dia.
Sedangkan untuk Liong, kata Woyo, ia menjualnya dengan harga mulai dari Rp7 juta sampai dengan Rp15 juta setiap satu fullsetnya.
Untuk mengerjakan satu fullset Barongsai, Woyo membutuhkan waktu hingga sekitar dua minggu. Proses pembuatannya sendiri dimulai dari membuat kerangka, melukis bagian kepala, hingga memasang segala perlengkapan lainnya.
Produksi Barongsai Mainan
Selain memproduksi Barongsai dan Liong untuk pertunjukan, di kediamannya, Woyo juga membuat Barongsai mainan untuk anak-anak. Meski bentuk dan tampilannya hampir sama, namun Barongsai mainan itu memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil.
Sementara untuk bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan Barongsai mainan ini juga berbeda dengan bahan yang digunakan untuk Barongsai pertunjukan. Dalam pembuatan Barongsai mainan, Woyo menggunakan bahan spons.
Harga Barongsai mainan yang diproduksi oleh Woyo dijual mulai dari harga Rp60 ribu sampai dengan Rp800 ribu untuk setiap satuannya.
Baca juga: Mendulang Cuan dari Kue Keranjang |
"Yang pakai bahan spons kita jualnya dengan harga Rp250 ribu. Kalau yang Rp800 ribu itu hampir mirip dengan Barongsai yang untuk pertunjukan," kata dia.
Sejauh ini, Woyo mengaku sering menjual Barongsai mainan hasil produksinya ke toko-toko mainan yang ada di beberapa wilayah, yakni mulai dari Cirebon hingga Bandung.
"Kalau untuk Barongsai mainan kita jualnya ke toko-toko mainan. Sejauh ini kita biasa jualnya ke toko mainan yang ada di Cirebon dan Bandung," kata dia.
Untuk memenuhi pesanan Barongsai untuk pementasan maupun Barongsai mainan ini, Woyo tidak bekerja sendiri. Ia dibantu oleh tiga orang pegawai.
"Yang bantu ada tiga orang. Tapi mereka paling bantu-bantu motong kain dan proses melapisi kertas di bagian kepala Barongsai. Kalau untuk membuat kerangka, melukis kepala Barongsai dan menjahit kain itu saya masih melakukannya sendiri," kata dia.
(dir/dir)











































