Memasuki masa panen, para petani cabai di desa Pasawahan, Purwakarta harus ekstra hati-hati. Pasalnya saat ini hama patek dan lalat buah kian merebak di masa panen.
Alhasil petani semakin meningkat kewaspadaannya dengan menambah biaya untuk membeli obat pembasmi hama, yaitu fungisida. Tidak tanggung-tanggung, para petani merogoh kocek lebih dalam demi mempertahankan buah cabai yang sudah siap panen itu.
"Hasilnya (cabai) ini agak lumayan bagus, cuman ada kendala tambah biaya karena kan ini pemeliharaan harus double untuk beli fungisida semacam itu," ujar Rahmat, salah seorang petani saat ditemui di ladang cabai miliknya, Selasa (10/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rahmat menyebutkan, demi menjaga tanaman cabai, ia bisa menghabiskan satu kilogram cairan fungisida dalam satu hari. Padahal di waktu normal satu kilogram cairan fungisida itu bisa untuk satu minggu.
"Ada sebagian kecil sih yang terkena hama, karena ini rutin saya semprot. Biasanya satu kilogram cairan fungisida itu untuk satu minggu ini satu hari habis untuk 2.000 tanaman cabai yang ada," katanya.
Meski harus merogoh kocek lebih dalam, petani dapat sumringah karena harga cabai di tingkat pasar masih tinggi. Hal ini dapat mengganti biaya penyemprotan yang sebelumnya di keluarkan oleh para petani.
"Alhamdulillah katanya sih harga masih tinggi, jadi bisa tertolong," pungkas Rahmat.
Diketahui harga cabai merah di pasar tradisional Purwakarta masih di harga Rp 80 ribu per kilogrammnya, sedangkan untuk cabai rawit merah dijual seharga Rp 90 ribu per kilogrammnya.
(mso/mso)