Cerita Pedagang Atribut Militer di Kawasan Cikudapateuh Bandung

Cerita Pedagang Atribut Militer di Kawasan Cikudapateuh Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Selasa, 19 Jul 2022 02:01 WIB
Kawasan Cikudapateuh, Bandung
Foto: Kawasan Cikudapateuh, Bandung (Wisma Putra/detikJabar).
Bandung -

Kawasan Jalan Ahmad Yani-Jalan Malabar yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Kereta Api Cikudapateuh dikenal sebagai salah satu tempat penjual atribut militer. Para pedagang di sini, sudah berjualan sejak puluhan tahun lalu.

Beragam atribut militer dijual di sejumlah kios, dari mulai sepatu militer, kaos PDL, tas, topi, sarung senjata, rompi, ikat pinggang, emblem, pact hingga jaket.

Atribut tersebut dipajang hingga digantungkan di kios-kios pedagang. Tak hanya atribut TNI-Polri, ada juga atribut Satpol PP, Satpam dan kedinasan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembeli atribut militer tersebut tak hanya datang dari Bandung saja, melainkan ada yang dari luar Kota Bandung juga. Banyak pembeli datang dari luar karena atribut militer yang dijual cukup lengkap.

Jika pembeli tidak menemukan barang yang dicari dari kios satu bisa cari ke kios lainnya. Selain itu, ada juga toko besar yang sama-sama berjualan atribut militer di kawasan tersebut.

ADVERTISEMENT

Salah satu pedagang Fajar (22) mengatakan, ia membantu ayahnya berjualan atribut militer dari tahun 2018. Sedangkan sang ayah yang bernama Alan (60) sudah berjulan sejak 1980 lalu.

"Saya jual perlengkapan militer, kayak kaos loreng, topi dan helm, pokoknya segala perlengkapan militer ada. Ini masih produk lokal, harga bervariasi dari mulai Rp 10 ribu, ratusan ribu hingga sejuta lebih ada," kata Fajar kepada detikJabar.

"Kaya model talikur biasanya harganya Rp 15 ribuan, sepatu merk bagus sampai Rp 1 juta lebih," ucapnya menambahkan.

Fajar yang merupakan mahasiswa semester akhir di Universitas Islam Bandung Jurusan Pendidikan Agama ini mengaku berjualan atribut militer ini meneruskan sang ayah yang saat ini usianya sudah sepuh.

Menurutnya, ada sekitar 15 kios berjualan atribut militer di tempat tersebut. Banyaknya penjual atribut militer di jalan itu karena dekat dengan markas militer seperti Kodam dan Kodim.

"Dekat komplek militer di sini, pertengahan ya," tuturnya.

Berjualan Online

Badai pandemi COVID-19 yang terjadi, juga dirasakan oleh para pedagang atribut militer di kawasan ini. Pasca pandemi, pembelian kembali bergeliat.

Selain berjualan secara offline atau langsung menjajakan barang kepada pembeli, ia juga berjualan secara online. Ia menilai, perkembangan teknologi harus diikutinya agar tidak tertinggal.

"Kalau sekarang lumayan, udah bergeliat lagi. Efek online, kita harus ikut online, kalau di sini terus nggak jalan. Saya jualan di Shopee, Lazada, Tokopedia dan lain. Ikuti zaman, kalau gini terus nggak bakalan maju," jelasnya.

Saat disinggung, omzet kotor dari hasil berjualan atribut militer itu, Fajar menyebutkan angka yang fantastis. "Omzet kotor hitungan sampai Rp 70 juta, lebih dan bisa juga kurang, namanya juga dagang ya," ujarnya.

(wip/mso)


Hide Ads