Kronologi Longsor di Bawah Lantai SD Islam Banu Ahmadi Sukabumi

Kronologi Longsor di Bawah Lantai SD Islam Banu Ahmadi Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 20 Mar 2025 16:28 WIB
Longsor di Sukabumi.
Longsor di Sukabumi.(Foto: Istimewa).
Sukabumi -

Di dalam kelas SD Islam Banu Ahmadi, suara anak-anak terdengar menggema. Di antara mereka, ada 35 anak yatim yang menggantungkan harapan pada bangunan yang kini berdiri di atas tanah yang tak lagi kokoh. Bagi mereka, sekolah ini bukan sekadar tempat belajar, tapi juga rumah dan masa depan.

Namun, harapan itu terancam hancur. Setelah hujan deras yang mengguyur Kampung Ciawun, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu pada Kamis (6/3/2025), warga menemukan sesuatu yang mengerikan.

Tanah di bawah ruang kelas longsor, menyisakan rongga besar yang mengancam seluruh bangunan. Tak hanya sekolah, tapi juga fasilitas lain di bawah naungan Yayasan Banu Ahmadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SD Islam Banu Ahmadi bukan hanya sekolah dasar. Di bawah yayasan yang sama, berdiri Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), RA/TK, pondok pesantren putra-putri, serta majelis taklim untuk bapak-bapak dan ibu-ibu.

Yayasan ini juga menampung anak-anak yatim yang tinggal di sekitar lingkungan sekolah, memberikan mereka pendidikan dan perlindungan sejak kecil.

ADVERTISEMENT

"Jadi ceritanya, setelah hujan reda pada Kamis itu, ada warga yang memberi tahu bahwa di bawah ruang kelas terjadi longsor. Ternyata kondisinya sangat parah sekali," ungkap Encep Alawi, pembina yayasan kepada detikJabar, Kamis (20/3/2025).

Yayasan ini sudah berdiri sejak tahun 1974, dibangun dengan semangat gotong royong masyarakat untuk memberikan pendidikan berbasis agama bagi anak-anak desa. Namun kini, sekolah yang dulu didirikan dengan penuh perjuangan ini harus menghadapi ancaman besar.

"Sebelumnya memang pernah terjadi seperti ini, tapi bisa diantisipasi. Sekarang baru kejadian lagi dan lebih parah," lanjut Encep.

Sekolah Mencari Bantuan, Tapi Tak Pernah Ada Jawaban

Kondisi yang semakin parah membuat pihak sekolah dan yayasan tak tinggal diam. Mereka sudah berulang kali mengajukan permohonan bantuan, namun hingga kini belum ada realisasi dari pemerintah atau pihak lain.

"Kami pernah meminta bantuan, tapi belum ada respons. Untuk saat ini, perbaikannya dilakukan secara mandiri, dibantu warga dan Pak RT," kata Encep.

Pantauan detikJabar di lokasi menunjukkan kondisi yang lebih mengkhawatirkan dari perkiraan awal. Di dalam gorong-gorong yang berada di bawah sekolah, terlihat tanah yang sudah ambrol, batu-batu yang lepas dari dinding, dan retakan besar yang memperbesar ancaman kehancuran.

Seorang pria terlihat sibuk membawa ember berisi material seadanya, berusaha menahan kerusakan lebih lanjut. Namun dengan keterbatasan tenaga dan alat, usaha itu hanya menjadi perlawanan kecil di tengah ancaman besar.

Meski kondisi sekolah semakin kritis, anak-anak tetap datang setiap pagi, duduk di bangku kayu tua yang usianya tak kalah tua dengan bangunan sekolah itu sendiri.

"Bagi anak-anak di sini, sekolah ini bukan sekadar tempat menimba ilmu, tapi juga simbol harapan," kata Neng Sari Kartika, salah satu guru SD Islam Banu Ahmadi.

Namun harapan itu kini semakin samar. Mereka tetap belajar seperti biasa, seolah tak ada yang terjadi.

"Kami mohon kepada pemerintah, terutama Gubernur Jawa Barat Kang Dedi Mulyadi, untuk segera memberikan perhatian. Sekolah ini butuh pertolongan sebelum semuanya terlambat," ujar Neng Sari.




(sya/mso)


Hide Ads