Ancaman Tersembunyi di Balik Bangunan SD Islam Banu Ahmadi Sukabumi

Ancaman Tersembunyi di Balik Bangunan SD Islam Banu Ahmadi Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Kamis, 20 Mar 2025 15:52 WIB
Tanah terkikis di bangunan SD Sukabumi
Tanah terkikis di bangunan SD Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Dari luar, SD Islam Banu Ahmadi di Kampung Ciawun, Desa Citarik, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi tampak seperti sekolah biasa.

Bangunan bercat hijau itu masih berdiri, dengan dinding kokoh yang seolah menjanjikan tempat belajar yang aman bagi anak-anak.

Namun, ketika melangkah lebih dekat, terutama ke bagian bawah, ancaman yang tersembunyi pun terlihat. Tak banyak yang tahu, tanah di bawah sekolah itu kini mulai menghilang, tergerus aliran deras dari saluran air yang mengalir di bawahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gorong-gorong yang menopang bangunan itu kini berubah menjadi lubang besar dengan tumpukan tanah yang longsor, bongkahan batu berserakan, dan langit-langit yang mulai retak.

Dari dalam lorong gorong-gorong, detikJabar melihat bagaimana tanah yang seharusnya menjadi pondasi sekolah justru telah ambrol, meninggalkan rongga menganga yang sewaktu-waktu bisa menyebabkan bangunan ambruk.

ADVERTISEMENT
Tanah terkikis di bangunan SD SukabumiTanah terkikis di bangunan SD Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Seorang pria dengan kaus oranye terlihat di dalam lorong gelap itu, membawa ember berisi material untuk perbaikan seadanya. Cahaya dari ujung gorong-gorong membuat siluetnya tampak jelas, menandakan bahwa perbaikan darurat sedang dilakukan, meskipun dengan keterbatasan alat dan tenaga.

"Ini sudah lama terkikis, tapi makin parah setelah banjir terakhir pada Kamis (6/3/2025) lalu," ujar seorang warga yang ikut memantau kondisi sekolah itu kepada detikJabar, Kamis (20/3/2025).

Warga tersebut menunjuk ke arah dinding gorong-gorong yang sebagian telah runtuh. "Kalau hujan deras lagi, bisa habis semuanya," lirihnya.

Di luar gorong-gorong, kondisi sekolah semakin menunjukkan tanda-tanda krisis. Beberapa bagian tembok mulai retak, fondasi yang seharusnya menopang bangunan justru tergerus, dan tak ada tanda-tanda bantuan segera datang.

"Dari dulu sekolah ini berdiri berkat swadaya masyarakat. Tapi sekarang kondisinya makin parah, dan kami benar-benar butuh bantuan," ujar Neng Sari Kartika, salah satu guru yang mengajar di sekolah itu.

Neng Sari bercerita bagaimana sekolah ini didirikan puluhan tahun lalu oleh almarhum K.H. Ahmad Hamidi, seorang tokoh masyarakat yang rela menjual kebunnya demi membangun tempat belajar bagi anak-anak di kampung ini.

Namun kini, jejak perjuangan itu mulai hilang, bukan karena dilupakan, tapi karena alam dan waktu yang perlahan menggerogoti sisa-sisa kekuatan bangunan.

"Kami takut kalau tidak segera diperbaiki, sekolah ini benar-benar roboh," katanya, matanya menerawang ke arah bangunan yang semakin renta.




(sya/dir)


Hide Ads