Pemerintah Kabupaten Bandung Barat terus menggodok rencana relokasi puluhan kepala keluarga (KK) yang rumahnya rusak gegara pergerakan tanah.
Pergerakan tanah itu melanda Kampung Cicapar dan Patrol, Desa Situwangi, Kecamatan Cihampelas, KBB. Berdasarkan hasil assessment yang dilakukan petugas BPBD Bandung Barat, sedikitnya ada 30 rumah yang rusak dengan kategori ringan, sedang, serta berat. Selain itu, ada bangunan PAUD yang juga terdampak bencana tersebut.
Wakil Bupati Bandung Barat, Asep Ismail mengatakan pihaknya sedang mengkaji rencana relokasi puluhan rumah yang kini kondisinya sudah tak lagi bisa ditinggali karena rusak akibat pergerakan tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih mengkaji kemungkinannya, karena kan harus dirumuskan dengan baik. Saya sudah ke lokasi dan memang kondisinya sangat membahayakan," kata Asep saat ditemui, Kamis (20/3/2025).
Asep mengatakan lokasi tersebut sudah tidak memungkinkan lagi ditinggali karena berdasarkan informasi, pergerakan tanah tersebut sudah terjadi beberapa kali sejak 2013 lalu.
"Memang informasinya di sini bukan sekali saja, tapi sudah 3 kali. Awalnya di tahun 2013, lalu 2022, dan terbaru tahun ini. Maka kita perlu kaji bersama pemangku kebijakan," kata Asep.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD KBB, Meidi mengatakan pihaknya sudah meminta Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengkaji lokasi bencana pergerakan tanah tersebut.
"Untuk kajian, kami sudah minta ke PVMBG jadi sekarang sedang berproses. Kemudian soal relokasi, tentu harus melihat hasil kajian dulu," kata Meidi.
Meidi mengatakan pihaknya merekomendasikan pemilik rumah agar mengungsi ke rumah kerabat terutama untuk rumah dengan kategori kerusakan berat. Kerusakan rata-rata terjadi pada bagian dinding yang retak berongga cukup lebar. Kemudian bagian lantai, keramiknya banyak yang terangkat karena permukaan menjadi tidak rata.
"Kondisinya semakin tidak aman beberapa waktu belakangan, maka kami merekomendasikan untuk pemilik supaya mengungsi terlebih dahulu. Apalagi belakangan ini hujan intensitas deras terus terjadi," kata Meidi.
Cerita Warga
Ade Buya, Ketua RW 02 mengatakan pergerakan tanah itu dialami oleh warga setelah hujan deras. Warga yang rumahnya rusak mendengar ada suara retakan di dinding rumahnya.
"Jadi awalnya hujan deras sekitar 2 minggu lalu, terus warga itu dengar ada suara retakan. Ternyata pas dicek memang dinding rumahnya jadi retak-retak," kata Ade.
Ia mengatakan dua pekan berselang, retakan yang awalnya kecil itu menjadi besar. Kerusakan rumah warga semakin parah karena setiap hujan tanah terus bergerak.
"Jadi kerusakannya semakin parah karena tanahnya terus bergerak. Makanya warga khawatir, mau pulang ke rumah enggak bisa karena rumahnya rusak. Sekarang akhirnya mengungsi yang terdampak ini," kata Ade.
Ade mengatakan ia mewakili warga meminta adanya kepastian soal rencana relokasi atau lokasi tersebut tetap bisa ditinggali seperti sediakala.
"Ya sampai sekarang belum ada kepastian kedepannya gimana. Mau tetap tinggal di sini tapi belum ada hasil kajian, mau relokasi juga belum ada kepastian bagaimana," tutur Ade.
(yum/yum)