Ngerinya Proses Rekrutmen Kerja di Jepang, Dihantui Pelecehan Seks

Kabar Internasional

Ngerinya Proses Rekrutmen Kerja di Jepang, Dihantui Pelecehan Seks

Nafilah Sri Sagita K - detikJabar
Rabu, 12 Mar 2025 06:30 WIB
Businessman sexualy harassing female colleague during working hours at a workplace. Selective focus on the womans fingers
Ilustrasi pelecehan seksual (Foto: Getty Images/iStockphoto/vladans)
Jakarta -

Mencari pekerjaan di Jepang tak semudah yang dibayangkan. Banyak laporan terjadi pelecehan seksual dalam proses rekrutmen kerja yang menyasar generasi muda.

Temuan itu berdasarkan laporan yang diterima Asosiasi Pelecehan Jepang. Dilansir dari detikHealth, meski banyak perusahaan yang berusaha mengantisipasi, namun hal tersebut masih tetap terjadi.

Berdasarkan data yang diungkap Studi Kementerian Kesehatan, tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang, satu dari tiga mahasiswa pada tahun 2024 mengalami pelecehan saat sedang mencari kerja atau magang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini juga yang memantik pemerintah mengajukan RUU. Dalam RUU tersebut, perusahaan diwajibkan mengambil langkah pencegahan pelecehan seksual generasi muda terutama mahasiswa. RUU juga mengatur agar perusahaan memberikan penetapan hukum bagi pelaku.


"Pertemuan antara mahasiswa dan karyawan alumni telah meningkat karena perusahaan mencari peluang untuk bertemu dengan mahasiswa di tengah persaingan yang ketat untuk mendapatkan pekerjaan," kata seorang pejabat dari sebuah universitas di Tokyo.

ADVERTISEMENT

"Mahasiswa dapat menjadi sasaran karena posisi mereka yang rentan," imbuhnya.

Jauh sebelumnya atau pada 2019, pelecehan seksual selama pencarian kerja juga banyak terjadi. Imbasnya kala itu, perusahaan melarang pertemuan di waktu-waktu tertentu seperti malam hari. Karyawan juga dilarang bertukar kontak pribadi dengan pelamar.

Salah satu contoh kasus, ada seorang karyawan pria dari perusahaan teknologi NEC Corp ditangkap karena diduga memperkosa mahasiswi pada Januari.

Meskipun ia tidak dituntut, perusahaan telah mendirikan meja konsultasi dan mengharuskan pertemuan antara staf dan mahasiswa untuk dilaporkan terlebih dahulu kepada atasan dan bagian human resources (HR).

Di samping itu, universitas di Jepang juga sudah menetapkan pedoman untuk mencegah hal serupa. Universitas Rikkyo misalnya, mereka sudah menguraikan situasi khusus yang perlu diwaspadai.

Sedangkan Universitas Takushoku menyarankan untuk bertemu dengan alumni dari masing-masing perusahaan hanya di kantor atau di kampus.

Sementara itu, Kepala Asosiasi Pelecehan Jepang Kaname Murasaki meminta mahasiswa untuk tak segera membalas undangan atau pertanyaan mencurigakan terkait rekrutmen pekerjaan.


Artikel ini sudah tayang di detikHealth




(naf/dir)


Hide Ads