Media sosial diramaikan oleh kabar hilangnya ornamen penyu di Alun-Alun Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Sebelumnya, replika penyu tersebut menjadi sorotan dan perbincangan warganet karena dianggap terbuat dari kardus dengan penyangga bambu. Namun, sejak Rabu (5/3/2025), ornamen itu disebut sudah tidak ada di tempatnya.
detikJabar melakukan pengecekan hari ini atau pada Kamis (6/3/2025), dan benar saja, ornamen penyu yang sebelumnya berada di dekat pantai Palabuhanratu sudah tidak terlihat lagi. Tembok beton tempat penyu itu sebelumnya diletakkan kini hanya menyisakan amblasan beton, tanpa ada tanda-tanda keberadaan ornamen tersebut.
Berdasarkan pantauan di lokasi, struktur beton yang sebelumnya menjadi landasan bagi ornamen penyu tampak mengalami kerusakan yang cukup serius. Bagian atas beton terlihat pecah dan runtuh, dengan beberapa fragmen material berserakan di sekitar area tersebut. Terlihat pula besi penyangga yang masih tertancap di dalam beton, serta beberapa potongan material yang tampak dibiarkan begitu saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sekitar area yang rusak, tampak pula kain bekas, potongan pipa, dan sampah yang mengendap di sela-sela beton yang ambles. Di kejauhan, perahu nelayan masih terlihat berlabuh di perairan Palabuhanratu, kontras dengan kondisi beton yang kini kosong tanpa ornamen penyu.
Setelah melakukan penelusuran, akhirnya diketahui bahwa ornamen penyu tidak hilang, melainkan sengaja dibawa oleh pihak kontraktor untuk diperbaiki.
"Sedang kami perbaiki, kondisinya kan tahu sendiri," kata Imran Firdaus, rekanan yang membangun kawasan Alun-Alun Gadobangkong sekaligus pembuat ornamen penyu tersebut.
Izin Perbaikan ke DLH Sukabumi
Imran kemudian menunjukkan dua dokumen resmi, yaitu surat permohonan perbaikan replika penyu yang ia tujukan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, serta jawaban dari DLH yang memberikan izin atas perbaikan tersebut.
Surat pertama yang dikirim oleh PT Lingkar Persada KSO CV Adhi Makmur, tertanggal 28 Februari 2025, berisi permohonan izin untuk memperbaiki replika penyu dan sebagian area vegetasi yang mengalami kerusakan. Permohonan ini disetujui oleh DLH pada 3 Maret 2025, sehingga perbaikan bisa segera dilakukan.
β’ Kewajiban kontraktor telah selesai dengan dilaksanakannya Serah Terima Pekerjaan Pertama (BAST I) pada 5 Februari 2024 dan Serah Terima Pekerjaan Kedua (BAST II) pada 2 Agustus 2024.
β’ Pelaksanaan perbaikan pasca gelombang tinggi dan angin kencang, terutama di bagian tangga entrance plaza, dinding pembatas terluar, replika penyu, area jogging track, serta beberapa bagian vegetasi.
β’ Kerusakan yang terjadi setelah serah terima aset ke Pemkab Sukabumi belum mendapatkan perbaikan, sementara kawasan ini terus mengalami dampak dari abrasi dan banjir rob.
β’ Kontraktor secara sukarela tergerak untuk memperbaiki ornamen penyu, sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi Alun-Alun Gadobangkong.
β’ Permohonan izin ke DLH untuk memperbaiki ornamen penyu dan sebagian vegetasi, dengan harapan pihak lain juga ikut berkontribusi dalam menjaga fasilitas ini.
"Kami merasa prihatin dengan kondisi ini dan tergerak untuk ikut serta mengembalikan kondisi Alun-Alun Gadobangkong sesuai dengan kemampuan yang masih kami miliki," tulis pihak kontraktor dalam suratnya.
DLH kemudian memberikan izin, sehingga perbaikan ornamen penyu dapat dilakukan. Setelah mendapatkan izin dari DLH, ornamen penyu kini sedang dalam proses perbaikan di daerah Cimaja.
"Kondisi ornamen penyu sedang dalam perbaikan di daerah Cimaja, di bengkel Kang," kata Imran.
Perbaikan ini dilakukan untuk memastikan bahwa replika penyu tetap kuat dan tahan lama, terutama setelah menjadi objek perbincangan warganet akibat dugaan material yang dinilai tidak kokoh.
Sebelumnya diberitakan, ornamen penyu di Alun-Alun Gadobangkong ramai diperbincangkan karena disebut-sebut terbuat dari kardus dengan penyangga bambu.
Namun, pihak kontraktor membantah klaim tersebut, dengan menegaskan bahwa bahan utama ornamen adalah resin dan fiberglass, bukan kardus.
"Kardus dan bambu yang terlihat di bagian dalam ornamen hanya merupakan media cetak dalam proses pembuatan fiberglass dan resin, bukan bahan utama," tegas Imran.
Ia menambahkan bahwa secara logis, jika ornamen ini benar-benar hanya terbuat dari kardus, maka tidak mungkin bertahan lebih dari satu tahun menghadapi hujan lebat dan kondisi ekstrem di pesisir Palabuhanratu.
Selain itu, Imran juga menyayangkan bahwa ornamen penyu sering dijadikan tempat berfoto dengan cara dinaiki oleh pengunjung, padahal ornamen tersebut bukan dirancang sebagai objek yang bisa dinaiki.
"Kesadaran masyarakat untuk merawat fasilitas umum sangat penting. Banyak yang memanjat dan berswafoto di atas penyu, padahal bukan untuk dinaiki. Tekanan berlebih mempercepat kerusakan," ujarnya.
Harapan agar Alun-Alun Gadobangkong Dirawat dengan Baik
Sebagai bagian dari masyarakat Kabupaten Sukabumi, pihak kontraktor berharap agar Alun-Alun Gadobangkong bisa dijaga dan dirawat dengan lebih baik oleh semua pihak.
"Kami berharap langkah yang kami lakukan ini bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan menginspirasi banyak pihak untuk ikut menjaga fasilitas umum ini," ujar Imran.
"Jika terus dibiarkan tanpa regulasi perawatan yang jelas, kawasan ini bisa semakin rusak. Padahal, ini adalah ruang terbuka hijau yang seharusnya bisa dinikmati dalam jangka panjang," tutupnya menambahkan.