Timbuktu sering disebut dalam cerita pencarian harta karun, seperti dalam komik Donald Bebek. Namun, tahukah Anda bahwa Timbuktu benar-benar ada di dunia nyata?
Megutip dari detikInet, sebuah survei yang dilakukan pada 2006 terhadap 150 anak muda di Inggris menunjukkan bahwa 34% responden tidak percaya bahwa Timbuktu benar-benar ada, sementara 66% lainnya menganggapnya sebagai "tempat mistis".
Timbuktu: Kota Bersejarah di Afrika Barat
Melansir IFLScience, Timbuktu adalah kota kuno yang terletak di Mali, tepat di tepi Gurun Sahara, Afrika Barat. Kota ini memiliki dampak besar dalam sejarah dunia, terutama karena keterkaitannya dengan perdagangan emas yang melimpah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: King Kong si Kerbau yang Istimewa |
Pada abad ke-15 dan ke-16, Timbuktu berkembang pesat sebagai pusat pendidikan dan keislaman. Banyak masjid besar dibangun dan tersebar dari Timbuktu ke berbagai wilayah Afrika. Pada puncak kejayaannya, kota ini dihuni oleh sekitar 100.000 orang.
Salah satu tokoh penting yang berperan dalam kejayaan Timbuktu adalah Mansa Musa, penguasa Kekaisaran Mali pada abad ke-14. Ia dikenal sebagai salah satu orang terkaya dalam sejarah berkat perdagangan emas yang berkembang pesat. Beberapa perkiraan modern bahkan menyebutkan bahwa kekayaannya mencapai sekitar USD 400 miliar. Gelar sebagai orang terkaya yang pernah hidup sempat disandangnya, sebelum akhirnya direbut oleh Elon Musk.
Situs Warisan Dunia UNESCO
Menyadari nilai sejarahnya, UNESCO menetapkan Timbuktu sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1988. Beberapa bangunan penting yang dilindungi di kota ini antara lain tiga masjid besar-Djingareyber, Sankore, dan Sidi Yahia-serta enam belas makam bersejarah.
Meskipun Timbuktu menghadapi berbagai tantangan seperti penggurunan, kemiskinan, dan konflik, upaya pelestarian terus dilakukan untuk menjaga kelestarian monumen-monumen bersejarahnya.
Mengapa Timbuktu Dikaitkan dengan Tempat Mistis?
Tidak jelas kapan tepatnya Timbuktu mulai dianggap sebagai kota mistis. Namun, sejak abad ke-19, kota ini sering disebut dalam berbagai tulisan. Para sejarawan berpendapat bahwa orang Inggris dan bangsa Eropa lainnya membayangkan Timbuktu sebagai El Dorado versi Afrika-kota emas legendaris yang diyakini ada di Amerika Selatan.
Puisi karya Alfred Tennyson tahun 1829 berjudul Timbuctoo menggambarkan kota ini dengan kata-kata penuh misteri, seperti "musik aneh di tengah angin yang menderu" dan "surga yang terpencil".
Sebelum era penjajahan, sebagian besar pengetahuan orang Eropa tentang Afrika berasal dari buku Cosmographia et geographia de Affrica (1526) karya Leo Africanus. Dalam bukunya, ia menulis tentang "harta karun yang melimpah" di Timbuktu dan menyebutkan bahwa kota ini menggunakan bongkahan emas murni sebagai mata uang.
Sayangnya, ketika para penjelajah Eropa akhirnya tiba di Timbuktu, mereka menemukan kota yang sudah jauh dari masa kejayaannya. Kota ini tidak lagi menjadi surga emas seperti yang mereka bayangkan. Meski demikian, Timbuktu tetap memiliki nilai sejarah dan budaya yang mendalam, menjadikannya salah satu kota paling ikonik di dunia.
Artikel ini telah tayang di detikInet.
(ask/sud)