Dampak bencana alam pergeseran tanah di Kampung Margamulya, Desa Cikondang, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, terus meluas. Jika pekan lalu yang terdampak 33 rumah, sekarang jumlah rumah yang terdampak menjadi 92 rumah, 42 rumah di antaranya masuk kategori rusak berat, selain itu sejumlah warga juga sudah mengungsi ke aula kantor desa setempat.
Kepala Desa Cikondang, Eros Rosita membenarkan dampak bencana yang semakin meluas itu. "Update terbaru hingga hari ini warga terdampak jumlah 92 KK, 42 unit rumah kategori rusak berat, 1 masjid di RT 2 kategori rusak berat, 2 bangunan madrasah kategori rusak berat. Selain itu ada pula 14 kolam ikan ikut terdampak," kata Eros, Senin (24/2/2025).
Eros menambahkan penghuni 42 rumah yang mengalami rusak berat sudah dievakuasi, karena dikhawatirkan membahayakan keselamatan jika mereka masih tinggal di rumahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penghuni 42 rumah yang rusak berat sudah dievakuasi, karena berbahaya. Sebagian ada yang mengungsi di aula kantor desa, sebagian lainnya mengungsi ke rumah sanak saudaranya," kata Eros.
Pihak Pemerintah Desa sendiri, kata Eros sudah membangun tenda darurat dan petugas gabungan terus bersiaga sepanjang waktu. "Tenda darurat sudah didirikan, sejak muncul kejadian petugas gabungan sudah siaga 24 jam," kata Eros.
Eros mengaku sedih dengan musibah yang menimpa warganya, karena setiap waktu warganya dirundung rasa takut. Terlebih belakangan curah hujan meningkat, sehingga kekhawatiran warga semakin menjadi-jadi. "Sedih iya, tapi kami coba melakukan yang terbaik. Yang paling penting keselamatan warga tetap terjaga," kata Eros.
Kerugian materi yang diderita warga menurut Eros cukup signifikan, selain kerusakan rumah, kolam ikan warga juga mendadak surut akibat retakan, sehingga warga harus segera menjual ikan peliharaannya. "Terus ada juga tower BTS yang sudah miring akibat musibah ini," kata Eros.
Dia menambahkan beberapa waktu lalu tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi (PVMBG) sudah datang ke desanya. "Dari Geologi sudah ada meneliti, tapi masih menunggu hasilnya. Jadi masih menunggu rekomendasinya seperti apa," kata Eros.
Sebelumnya Nana Rohana (42) warga yang rumahnya mengalami kerusakan parah menjelaskan, musibah itu diawali dengan munculnya retakan di bangunan rumah miliknya.
"Akhir Januari lalu sehabis hujan mulai ada retakan-retakan di dinding rumah dan lantai," kata Nana, Kamis (13/2/2025). Hal itu juga terjadi di rumah tetangganya yang lain.
"Sejak saat itu tanah bergerak terus, jadi tiap jam ada pergerakan, tiap hari membesar," imbuh Nana.
Dalam rentang waktu tersebut, rumah Nana pun perlahan rusak berat. Beberapa bagian dinding belah, keramik pecah-pecah hingga konstruksi struktur rumah pun mengalami perubahan.
Mendapati kondisi itu, Nana dan istri serta seorang anaknya memilih mengungsi ke rumah saudara.
"Sudah nggak tenang, akhirnya mengungsi ke rumah saudara," kata Nana.
Hal lain yang membuat Nana nelangsa, rumahnya itu baru beberapa bulan direnovasi. Kini dia harus menerima kenyataan rumahnya rusak berat.
"Tiga bulan lalu baru selesai renovasi, cuma kejadian ini seminggu langsung kondisi rumah dari atas sampai bawah rusak," kata Nana.
Nana juga mengungkapkan kengerian ketika pergerakan tanah menyebabkan rumahnya rusak berat. "Pating beletek (terdengar suara berderak), akhirnya ah sudah saja ditinggalkan dari pada celaka. Tidur tak tenang sampai sekarang," kata Nana.
Dia berharap pemerintah segera turun tangan menangani masalah ini. Dia mengaku butuh masukan terkait apa yang dilakukan oleh dirinya dan warga setempat.
"Mudah-mudahan pemerintah bisa memperhatikan kondisi rumah kami, ini kami bingung harus bagaimana," kata Nana.
(sud/sud)