Was-was Warga Tasikmalaya Hadapi Ancaman Pergerakan Tanah

Was-was Warga Tasikmalaya Hadapi Ancaman Pergerakan Tanah

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 14 Feb 2025 19:00 WIB
Warga dan petugas gabungan gotong royong membongkar rumah warga yang rusak akibat pergerakan tanah.
Warga dan petugas gabungan gotong royong membongkar rumah warga yang rusak akibat pergerakan tanah. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Sudah lebih satu pekan, ketenangan ratusan warga Kampung Margamulya, Desa Cikondang Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya terusik. Saat tidur di malam hari, warga kerap terjaga, akibat dihantui ketakutan hal buruk terjadi menimpa mereka.

Bencana pergerakan tanah yang terjadi sejak awal Februari 2025 telah mengusik ketenangan warga kampung. Sudah 2 rumah warga mengalami kerusakan berat. Menurut warga, setiap hari pergeseran atau retakan semakin merekah sepanjang 1 sentimeter. "Sudah nggak tenang, jam 12 malam biasanya terbangun, kemudian jam 3 bangun lanjut subuh," kata Rukmana, pimpinan Ponpes Manarul Huda, Jumat (14/2/2025).

Pengakuan itu diamini juga oleh warga lain yang sedang berkumpul. Hilangnya ketenangan hidup juga berdampak pada produktivitas dan kegiatan mereka sehari-hari. "Serasa diteror, tidur tak tenang, bekerja meninggalkan rumah juga nggak tenang," kata Nana, warga lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski kerusakan kompleks pesantren masih dalam kategori sedang, Rukmana mengaku khawatir karena lantai masjid terjadi retakan sehingga keramik pun banyak yang pecah. Kerusakan juga terjadi asrama putra dan 1 lokal MCK pesantren.

"Masjid, rumah saya, kobong putra, MCK satu lokal sudah rusak," kata Rukmana. Dari bangunan-bangunan yang rusak itu, hanya MCK yang sudah tak digunakan karena takut ambruk.

ADVERTISEMENT

"Mana mau masuk Ramadan, agak khawatir juga kalau tidak ada kejelasan terkait musibah ini," kata Rukmana.

Dia berharap lembaga terkait bisa melakukan penelitian terkait bencana alam ini, sehingga masyarakat bisa mendapat edukasi dan paham apa yang harus dilakukan. "Sekarang kita bingung, apa harus mengungsi atau bertahan. Sementara setiap hari retakan ini terus membesar, geser 1 sentimeter setiap hari. Makanya kami harap pemerintah atau orang-orang pintar yang paham ilmu bumi bisa membantu kami," kata Rukmana.

Sementara itu untuk efektivitas mitigasi, aparat gabungan dan warga mendirikan posko siaga, secara bergantian mereka piket di posko tersebut. Selain itu warga dan aparat gabungan, Jumat siang melakukan gotong royong untuk menutupi retakan-retakan tanah yang menganga halaman masjid dan titik lain di kampung tersebut.

Selain itu rumah warga yang sudah rusak berat dibongkar. Tujuannya untuk mengamankan material bangunan yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan, seperti genting, kusen dan lainnya.

Kegiatan ini dipimpin oleh Kepala Desa Cikondang, Rosita dan diikuti sekitar 50 personel dari berbagai unsur. Tim yang terlibat dalam evakuasi terdiri dari Tim SAR Batalyon D Pelopor Sat Brimob Polda Jabar, BPBD Desa Cikondang, Polsek Cineam, Babinsa Desa Cikondang, Linmas, serta warga setempat.

"Kami memastikan bahwa semua langkah evakuasi dilakukan dengan aman agar tidak menimbulkan risiko tambahan bagi warga maupun petugas," ujar Rosita.

Selain itu dilakukan pula pembongkaran paving block halaman pesantren Manarul Huda, penebangan pohon yang berpotensi tumbang agar tidak merusak rumah warga, pembongkaran atap rumah yang terancam roboh dan pembuatan drainase guna mengurangi dampak pergeseran tanah.

Dua rumah milik warga, Nana Rohana dan Wawan, telah dikosongkan karena kondisinya dinilai tidak lagi aman. Rosita mengatakan pihaknya masih menantikan arahan lembaga terkait mengenai masalah ini. Selain itu pihaknya juga masih menantikan bantuan bagi warga yang rumahnya rusak berat.

"Yang kami lakukan baru sebatas upaya-upaya mitigasi untuk menekan risiko yang lebih besar. Sampai saat ini kami masih menantikan tim dari geologi," kata Rosita.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads