Sebuah sekolah tingkat menengah di Kabupaten Cianjur bikin heboh publik setelah membuat kebijakan dengan mengharuskan siswinya menjalani tes kehamilan. Adalah SMA Sulthan Baruna di Desa Padaluyu, Kecamatan Cikadu yang menerapkan kebijakan tersebut. Berikut fakta-faktanya:
1. Tes Kehamilan usai Libur Semester
Pihak sekolah mengklaim kebijakan yang dilakukan setiap selesai libur semester itu bertujuan untuk mencegah kenakalan remaja. Kepala SMA Sulthan Baruna Sarman, mengatakan tes kehamilan yang viral di media sosial tersebut merupakan program yang sudah berjalan sejak dua tahun lalu.
"Ini sudah berjalan selama dua tahun, dilakukan setiap selesai libur semester atau di tahun ajaran baru. Jadi setahun itu dua kali dilakukan tes urine untuk memastikan siswi di sekolah kami hamil atau tidak," kata dia, Rabu (22/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
2. Awal Mula Tes Kehamilan
Menurut dia, program tersebut dilakukan lantaran pada tiga tahun lalu seorang siswi hamil setelah masa libur semester. "Jadi ada orang tua siswa yang datang, memberitahukan jika anaknya hamil. Kemudian tidak melanjutkan sekolah. Makanya kita jalankan program ini," kata dia.
Dia menyebut jika dengan kejadian itu, pihaknya menyadari betul jika para siswi penuh dengan ancaman pergaulan bebas. "Makanya kita lakukan tes ini untuk memastikan para siswi terhindar dari pergaulan bebas. Selain itu juga rutin kita gelar siraman rohani agar iman mereka kuat," ucapnya.
3. Dilakukan Tertutup
Menurut dia, tes urine tersebut dilakukan secara tertutup oleh para guru perempuan. "Biasanya tertutup, tapi mungkin kemarin ada guru yang memvideokan dan mengunggahnya di medsos," kata dia.
Dia menyebut dalam pelaksanaan tes kehamilan beberapa hari lalu, total ada 53 siswi dari kelas X hingga XII yang menjalani tes.
"Seluruhnya negatif atau tidak hamil," kata dia.
4. Timbulkan Pro Kontra
Dia mengakui jika program yang dijalaninya akan menimbulkan pro dan kontra. Namun dirinya berdalih program tersebut sebatas untuk mencegah siswi dan siswanya terjerumus dalam pergaulan bebas.
"Memang akan ada pro dan kontra. Tapi selagi positif, tetap kami lakukan apalagi dari para orangtua juga mendukung," ucapnya.
5. Jadi Sorotan KPAI
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti tes kehamilan puluhan siswi di SMA Sulthan Baruna, Cianjur. Bahkan tindakan tersebut dinilai diskriminatif atau menjadikan perempuan sebagai objek.
"Prihatin dengan tindakan tersebut, sebab menempatkan anak perempuan sebagai objek seksual," ujar Komisioner KPAI Ai Maryati, Rabu (22/1/2025).
Menurut dia, jika tujuan pihak sekolah untuk mengantisipasi pergaulan bebas, maka seharusnya dilakukan edukasi dan literasi secara menyeluruh.
"Harusnya edukasi bagaimana mencegah, bukan melakukan tes kehamilan. Karena fokusnya malah menjadi ke perempuan, sehingga mempengaruhi psikologinya. Meskipun tujuannya baik, tetapi implementasinya menjadi lain," kata dia.
6. Dianggap Tak Tepa
Dia menyebut dalam dampak kehamilan pada siswi, ada objek lain dimana laki-laki juga menjadi penyebab. Sehingga tidak bisa hanya perempuan yang dites.
Oleh karena itu, langkah tes kehamilan ataupun ekstremnya tes keperawanan dinilai tidak tepat. Ai berharap ada evaluasi kembali terkait kebijakan tes kehamilan tersebut.
"Tanggungjawab itu harusnya menyeluruh. Tapi kebijakan ini menempatkan sebab dan akibat pada perempuan. Sementara peran laki-laki terabaikan," kata dia.
"Saya juga berharap Dinas Pendidikan turun tangan agar tidak salah langkah dalam tujuan positif tersebut," sambungnya.
7. Disayangkan Aktivis
Senada, Aktivis Perempuan Cianjur Lidya Umar, menyayangkan kebijakan sekolah untuk tes kehamilan.
"Ya sayang disayangkan, harusnya cenderung ke pembinaan bukan sampai ke arah tes. Karena itu ranah privasi yang harusnya dilindungi. Dampaknya ke psikologi anak," ucap dia.
(bba/iqk)