Artikel ini mengulas peristiwa penting atau menarik yang pernah terjadi. Artikel ditulis ulang dengan tujuan mengingatkan lagi pembaca soal kejadian tersebut.
Petugas dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung kerap menangani berbagai kasus, mulai dari kebakaran, cincin sulit dilepas, hingga ular yang masuk rumah.
Warga yang membutuhkan bantuan petugas damkar pun beragam. Mulai dari lansia, remaja, bahkan balita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, dari sekian banyak orang, 'pasien termuda' petugas damkar di Kota Bandung adalah Nadia. Ia merupakan bayi yang berusia 9 bulan saat ditolong petugas damkar.
Apa yang terjadi pada Nadia? Penyelamatan seperti apa yang dilakukan petugas damkar? Simak cerita lengkapnya di sini!
Peristiwa ini terjadi pada Mei 2023. Nadia diantar kakek dan neneknya untuk meminta pertolongan damkar.
Penyebabnya, cincin di jari manis Nadia tak bisa dilepas. Meski kakeknya sudah berusaha melepaskan dengan dilumuri sabun, tapi jari mungil Nadia justru semakin tersiksa dengan keberadaan cincinnya.
Hari itu, Totoy Suhasmana yang menjabat Komandan Regu Penyelamat Pleton 3 Regu 3 dan timnya berjaga di Kantor Diskar PB Kota Bandung, Jalan Sukabumi Nomor 17. Mendapat tamu spesial, ia berusaha membantu melepas cincin emas yang baru melingkar di jari Nadia sekitar satu bulan itu.
"Sebulan yang lalu anak itu jarinya masih sesuai dengan diameter ukuran cincin tersebut, tapi mungkin ada pertumbuhan ya. Saat itu kami dan anggota tim rescue melaksanakan eksekusi dengan kita komitmen dulu dengan pihak anak, karena cincin harus dirusak, dipotong pakai alat-alat yang kita miliki. Setelah setuju akhirnya bisa terbuka," cerita Totoy dengan antusias, saat dihubungi detikJabar, Kamis (18/5/2023).
Totoy menjelaskan saat pemotongan, timnya memberi alas dari besi atau plat sebagai pengaman, agar alat grinder mini sebagai pemotong tidak tembus ke jari.
Hanya butuh waktu 15 menit, cincin yang tersemat di jari Nadia pun berhasil dilepas. Kata Totoy, cincin berbahan emas memang lebih mudah dipotong karena ketebalannya.
"Lama atau tidaknya itu tergantung bahan cincinnya juga. Banyak yang ke kantor itu bahan cincin dari metal, stainless, itu agak sulit ya belum lagi dengan ketebalan cincinnya, jadi keras sulit dipotong," katanya.
"Memang yang datang kesini bervariasi, ada yang nangis ketakutan, dan sebagainya. Tapi kemarin luar biasa itu anak umur 9 bulan hanya menangis sebentar saja. Anak itu solehah pokoknya, jadi penanganannya juga cepat," lanjut Totoy.
Nadia menjadi 'pasien' termuda yang pernah Totoy tangani. Namun, kasus melepas benda yang melingkar di jari, bukan jadi kali pertama. Totoy pun turut menceritakan kisah-kisah lainnya.
"Nadia bukan anak kecil pertama yang kami tangani, tapi memang yang termuda. Pernah ada anak kecil masukkan jari ke lubang kunci pintu yang ada di kusen. Akhirnya kusen dipotong kurang lebih 15 cm x 15 cm, kemudian dibawa ke kantor dan kami potong," cerita Totoy.
"Memang kalau menangani anak kecil itu ada perlakuan khusus ya. Kita harus bisa menghibur, mengalihkan perhatian, jadi saat ditangani itu mudah. Intinya kalau di pemadam itu harus bisa banyak hal," lanjutnya.
Selain itu, kisah lucu saat penanganan masih terekam jelas dalam memorinya. Ia menceritakan suatu waktu pernah membantu melepaskan cincin seorang ibu yang sudah mengalami pembengkakan parah pada jarinya.
"Ada ibu-ibu yang mengambil paksa cincinnya sampai tangannya luka. Tapi kadang pola pikir mereka itu harus pergi ke rumah sakit. Setelah itu disarankan dokter supaya cincinnya dilepas di damkar, baru lukanya diobati dokter. Kondisinya cincin sudah tertutup oleh daging, ada pembengkakan jadi sulit," kenangnya.
Tak cukup sampai di situ, tim Diskar PB dibuat harus memutar otak. Sebab, ternyata ibu tersebut tak mau jika tangannya disentuh laki-laki.
"Padahal kan 95% anggota kami itu laki-laki. Kemudian ada namanya si Reza, anggota kami badannya kecil dan mukanya nggak berkumis. Dia kami pakaikan kerudung dan lipstik, tapi saya sarankan jangan bersuara. Akhirnya karena dia didandanin, berhasil dieksekusi dengan memakan waktu kurang lebih satu jam. Ya itu salah satu cerita lucunya," ujar Totoy.
Selama 26 tahun mengemban tugas di Diskar PB, membuat Totoy sudah berpengalaman membantu masyarakat. Mulai dari memadamkan api, melepas cincin, mengamankan sarang tawon, sudah biasa ia dan tim lakukan.
Karakter masyarakat yang berbeda-beda tak jarang membuat pekerjaannya terasa semakin sulit. Namun ia mengaku tetap tulus mengemban tugasnya, sebab ada kepuasan saat mampu membantu dengan sukarela.
"Kami harus semaksimal mungkin, sebisa mungkin menyenangkan. Suka duka jadi pemadam kebakaran ya sukanya saat kami mampu melakukan penanggulangan dalam segi apapun kita berhasil. Saat kita tidak berhasil itu lah dukanya. Tapi sejauh ini alhamdulillah belum pernah gagal dalam membantu warga," ucap Totoy.
Sementara itu, secara umum, damkar memang jadi sesuatu yang menarik. Sebab, para petugasnya tak hanya piawai memadamkan api. Di luar itu, ada banyak hal yang bisa ditangani dan kadang kasusnya tak terduga.
Beban kerja yang penuh variasi ini menuntut para petugas damkar untuk tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga tangguh secara mental.
Namun semua itu didapat petugas tanpa modal pelatihan keahlian yang mendetail. Mereka hanya mengandalkan ilmu otodidak yang dibarengi dengan pengalaman.
"Jadi untuk kayak penanganan cincin ya mungkin penanganan animal (hewan) seperti tawon, kemudian kucing, ular, itu tidak ada kelasnya, tidak ada latihannya ya," ucap Kasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, John Erwin, kepada detikJabar, Kamis (16/1/2025).
Untuk bisa mengevakuasi hewan liar, petugas biasanya berkolaborasi dengan komunitas pencinta reptil. Dari situ, mereka mendapat ilmu tentang menangani hewan liar macam ular.
Erwin menyebut, petugas pemadam kebakaran dibekali pelatihan penyelamatan. Hanya saja, pelatihan itu hanya memberikan ilmu-ilmu dasar penyelamatan. Sementara untuk kasus penyelamatan yang tak biasa, petugas harus bisa mencari cara sendiri.
"Sementara untuk penanganan kayak yang aneh-aneh kayak ular kemudian cincin nyangkut itu tidak secara detail hanya pengenalan materi teori. Ada memang tidak tidak detail makanya memperdalamnya yaitu berkolaborasi dengan masyarakat," tuturnya.
Tuntutan bekerja serba bisa tidak hanya dialami petugas damkar di Kota Bandung, namun juga di seluruh daerah di Indonesia. Erwin menjelaskan, pekerjaan serba bisa memang menjadi salah satu tupoksi dari tugas damkar selain memadamkan api.
"Sesuai dengan undang-undang bahwa untuk kedaruratan perkotaan dilaksanakan dengan oleh pemadam kebakaran. Kalau kebakaran jelas itu sudah menjadi tupoksi, untuk non kebakaran, evakuasi, penyelamatan di perkotaan oleh damkar dilaksanakannya," jelas Erwin.
Untungnya, pemadam kebakaran di Kota Bandung dibekali dengan peralatan yang memadai. Hal itu tentunya membuat tugas mereka menjadi lebih mudah. Meski tak banyak menemukan kendala, namun beberapa situasi membuat pekerjaan mereka menjadi lebih lama.
Erwin mencontohkan, dalam mengevakuasi ular yang masuk ke dalam rumah, petugas biasanya sulit mencari keberadaan ular yang bersembunyi di langit-langit rumah. Karenanya, butuh insting dan pengalaman untuk menangani kendala itu.
"Untuk penanganan ular kesulitannya itu karena mungkin situasi dan kondisi di lokasi kan berbeda," ujarnya.
Bagi petugas damkar Kota Bandung, pekerjaan mereka adalah panggilan jiwa untuk melayani masyarakat. Apapun aduannya, Erwin memastikan pihaknya akan melayani masyarakat.
"Damkar akan merespons apapun aduan warga, terkait apapun tidak hanya kebakaran," tandasnya.