Throwback: 41 Makam Keramat Palsu untuk Praktik Perdukunan di Palabuhanratu

Throwback: 41 Makam Keramat Palsu untuk Praktik Perdukunan di Palabuhanratu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Minggu, 12 Jan 2025 06:30 WIB
Ilustrasi aliran sesat.
Ilustrasi aliran sesat. (Foto: Naya Aulia Fadhila/detikJabar)
Sukabumi -

Puluhan makam keramat ditemukan oleh Paguyuban Padjajaran Anyar di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Belakangan diketahui makam sebanyak kurang lebih 41 buah itu ternyata dibuat dadakan alias makam keramat palsu.

Makam itu ditemukan pada Kamis 22 Agustus 2024, ditemukan sekitar 41 makam keramat palsu yang diduga digunakan untuk praktik perdukunan.

"Kami sangat prihatin dengan temuan ini. Keberadaan makam-makam palsu ini bukan hanya meresahkan masyarakat, tapi juga berpotensi dimanfaatkan untuk praktik-praktik yang menyimpang," ujar Firman Nirwan Boestoemi, Ketua Paguyuban Padjajaran Anyar, kepada detikJabar, Jumat (23/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Firman kala itu mengungkap penemuan makam-makam palsu ini berawal dari keresahan masyarakat setempat yang melaporkan adanya aktivitas mencurigakan di area tersebut. Paguyuban Padjadjaran Anyar, bersama warga dan aparat desa, melakukan investigasi dan menemukan puluhan makam tanpa jenazah atau batu nisan yang jelas. Makam-makam ini dibentuk menyerupai makam tua untuk menarik perhatian orang yang mencari keberkahan melalui ritual tertentu.

"Kami bergerak berdasarkan keresahan yang dirasakan masyarakat. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kami sebagai bagian dari komunitas yang peduli terhadap budaya dan kearifan lokal, tadi ada beberapa yang kami hancurkan," jelas Firman.

ADVERTISEMENT

Kala itu warga curiga, makam-makam palsu ini diduga digunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk praktik perdukunan, seperti mencari penglaris usaha atau pengasihan (pelet). Beberapa makam bahkan dilengkapi dengan bangunan di atasnya dan nisan yang dibungkus kain putih menyerupai kain kafan, menambah kesan keramat dan menarik bagi mereka yang percaya pada hal-hal mistis.

Makam keramat palsu di Sukabumi.Makam keramat palsu di Sukabumi. (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

Ratusan orang yang merupakan warga setempat juga mendatangi lokasi Kampung Cibolang, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Mereka geram dengan adanya makam-makam palsu yang konon digunakan untuk praktik perdukunan.

Pantauan detikJabar kala itu, menggunakan palu, kapak, hingga balincong, warga merangsek ke dalam bangunan kayu yang diduga dipakai sebagai padepokan oleh pelaku.

"Tadi kami kesal, si pemilik makam-makam palsu ini ngotot dan seolah-olah menantang. Padahal dia datang ke sini juga tidak ada izin ke pihak desa dan masyarakat setempat," kata Asep, warga setempat.

Di lokasi saat itu terlihat Kepala Desa Citepus Koswara, Babinsa Koramil Palabuhanratu Peltu Amad, dan sejumlah tokoh masyarakat.

"Kami mendapat informasi dari masyarakat, soal adanya makam-makam yang katanya palsu. Tadi memang sempat ada bersitegang namun berhasil diredam oleh anggota Babinsa setempat," kata Koswara.

Sebuah bangunan yang disebut-sebut akan digunakan untuk padepokan juga dibakar warga. Meskipun begitu, Jawi yang mengaku pemilik lokasi mengatakan bahwa lokasi itu dibuat hanya untuk seacam petilasan para leluhur dan para ratu. Jawi juga menampik adanya praktik perdukunan di area tersebut.

"Tidak ada masalah, secara prosedurnya saya belum pernah bawa orang, belum pernah ngajak orang. Saya cuman sendiri di sini," kata Jawi, kepada detikJabar Jumat (23/8/2024).

Soal petilasan dijelaskan Jawi hanya sekadar tempat berziarah pribadinya, makam-makam dibuat untuk para leluhur atau karuhun.

"Kalau saya mah cuma ada beberapa petilasan Prabu Siliwangi, Ibu Ratu Sekar Jagat, Ibu Ratu Sekar Arum. Karena yang lainnya mah enggak tahu, terlalu jauh, kalau masalah bangunan itu tadinya juga sudah ada, saya mah enggak tahu, masuk ke sini saya izin dulu, karena saya ngontrak," ungkap Jawi.

Akhir Kasus

Setelah pembongkaran, pihak desa dan aparat keamanan setempat berencana untuk terus memantau area tersebut guna mencegah kejadian serupa di masa depan. Masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya dengan makam keramat yang tidak memiliki dasar kuat dalam ajaran agama dan untuk segera melaporkan jika menemukan aktivitas mencurigakan terkait praktik perdukunan.

"Yang jadi khawatir ini menjadi salah satu penyesatan terhadap masyarakat, dijadikan praktek perdukunan di sini sehingga membuat masyarakat resah dan gaduh sehingga masyarakat berbondong-bondong memusnahkan yang diduga makam-makam seperti ini," tuturnya.

"Sebetulnya memang yang bersangkutan tidak diketahui ada di sini, dia itu izin ke pemilik garapan ini, izin untuk menggarap lahan mengolah lahan, untuk dijadikan lahan pertanian, tapi setelah viral yang pemilik garapan ini juga mereka kaget," katanya.

Sementara itu, secara umum, menurut data yang dicatat Majelis Ulama Indonesia (MUI), jumlah aliran sesat di Jabar mencapai 22, seperti Ahmadiyah, Al Qiyadah Al Islamiyah, Agama Salamullah/lia Eden, Aliran Surga Eden, Islam Jamaah, Milah Ibrahim, Hidup Dibalik Hidup (HDH), Kutub Robani, Al Qur'an Suci, Amanat Keagungan Ilahi (AKI).

Selanjutnya ada Islam Hanif, Tarekat Qodariyah Naqsabandiyah, Ajaran Khawarik Tasawuf, Ajaran Pajajaran Siliwangi Panjalu, Thoriqoh Attijaniyah, Pengajian Cecep Solihin, Aliran Sapta Darma, Agama Sunda Wiwitan, Gerakan Fajar Nusantara, Abdul Mujib, Islam Bajat dan Baity Jannaty.

Dari jumlah itu, 10 di antaranya telah dinyatakan sesat melalui fatwa MUI dan lainnya. Meski dalam catatan hanya berjumlah 22, namun kenyataannya aliran sesat di Jawa Barat mencapai ratusan jumlahnya.

"144 (totalnya), cuma itu ada yang baru ditemukan kemudian menghilang," kata Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar, Jumat (10/1/2025).

Rafani menjelaskan, Jawa Barat seolah menjadi ladang subur bagi kemunculan aliran-aliran menyimpang. Menurut dia, fenomena munculnya aliran sesat tak hanya bersifat temporer, tetapi juga memiliki pola unik.

"Di Jawa Barat ini kan seperti tanah subur ya, untuk terjadinya aliran sesat atau menyimpang. Jadi kadang-kadang sekarang muncul kemudian diatasi hilang, tapi tidak lama lagi nanti muncul di tempat lain," ungkapnya.

"Kadang seperti metamorfosis, muncul hari ini dengan bentuknya begini, nanti muncul lagi tempat lain namanya berbeda tapi pahamnya masih mirip-mirip, karakteristiknya seperti itu aliran sesat di Jawa Barat," tegasnya.

Dalam asumsinya, Rafani menyebut ada skenario tertentu di balik kemunculan aliran-aliran tersebut. Dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, dia menduga Jawa Barat menjadi medan perebutan ideologi oleh kelompok tertentu.

"Kami juga bertanya-tanya, seperti ada tangan tak terlihat yang mendesain secara halus memunculkan aliran-aliran ini. Mungkin karena jumlah penduduknya besar, umat Islam mayoritas, dan semua agama serta aliran ada. Jadi, daerah ini dianggap strategis," jelasnya.

(sya/orb)


Hide Ads