Kesetiaan Herman Jaga Perlintasan KA hingga Antar Anak Sarjana

Kesetiaan Herman Jaga Perlintasan KA hingga Antar Anak Sarjana

Bima Bagaskara - detikJabar
Sabtu, 16 Nov 2024 05:30 WIB
Herman, penjaga perlintasan KA di Bandung
Herman, penjaga perlintasan KA di Bandung (Foto: Bima Bagaskara/detikJabar)
Bandung -

Di tengah bisingnya lalu lintas dan gemuruh kereta yang melintas, Herman Suherman (52) berdiri tegap dengan seragam sederhana. Selama belasan tahun, Herman menjadi penjaga setia di perlintasan kereta tanpa palang di Kelurahan Cisaranten Kulon, Arcamanik, Kota Bandung.

Menjadi penjaga perlintasan, Herman tidak memiliki upah tetap, dia hanya mendapat uang ala kadarnya dari pengendara yang aman melintas. Namun, dari jerih payahnya ini, Herman mampu menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana.

detikJabar berkesempatan berbincang dengan Herman di tengah kesibukannya menjaga perlintasan. Herman mengaku, pekerjaan itu dia lakoni sejak 2005 silam, meneruskan apa yang dilakukan sang ayah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya dari 2005 jaga ini sampai sekarang, alhamdulillah. Sebelum kerja di sini, kerja di catering, tahun 2003 berhenti terus jadi kuli bangunan, baru kerja di sini gantiin bapak, jadi turun temurun lah ibaratnya," ucap Herman, Jumat (15/11/2024).

Herman tidak sendiri, bersama delapan temannya dia bergantian menjaga perlintasan. Herman menjelaskan, delapan orang itu dibagi dalam tiga shift yakni mulai pukul 07.00-16.00 WIB, pukul 16.00-24.00 WIB dan 00.00-07.00 WIB.

ADVERTISEMENT

Menjadi relawan penjaga perlintasan, Herman dan kawan-kawan tidak dibayar oleh siapapun. Mereka hanya mengandalkan uang yang diberi pengendara secara sukarela. Menariknya, uang itu dikumpulkan lebih dulu selama satu bulan.

"Dari penghasilan ada yang kasih dikumpulin selama satu bulan, baru dibagi buat 8 orang. Saya sebulan dapat Rp 1,6 juta, tapi beda-beda dapatnya tergantung sudah lama atau masih baru, ada yang dari tahun 91, ada yang 2009, saya dari 2005 dapat segitu," jelasnya.

Meski sederhana, namun tugas Herman sebagai penjaga perlintasan tidaklah mudah. Matanya harus terus awas untuk melihat keberadaan kereta di kejauhan. Saat kereta terlihat, barulah Herman menutup jalan dengan palang pintu ala kadarnya.

"Ya kita lihat kiri kanan terus, pantau terus. Kalau ada kereta kelihatan, baru ditutup ini (jalan). Makanya gak boleh lengah, bahaya kalau sampai kereta sudah dekat baru ditutup," kata Herman.

Hampir 20 tahun menjalani pekerjaannya, Herman bahkan sudah hafal jadwal kereta melintas. Biasanya kata dia, kereta melintas tiap 15-30 menit sekali dan bisa lebih saat musim liburan. "Sudah hafal jadwal kereta lewat, walaupun gak punya jadwalnya," ujarnya.

Sekolahkan Anak hingga Sarjana

Meski penghasilannya sebagai penjaga perlintasan tidaklah besar, namun Herman tetap bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan kepadanya. Bahkan Herman mampu menyekolahkan dua dari tiga anaknya hingga sarjana.

Herman, penjaga perlintasan KA di BandungHerman, penjaga perlintasan KA di Bandung Foto: Bima Bagaskara/detikJabar

"Dengan penghasilan itu ya dicukupi aja, dinikmati saja. Alhamdulillah anak sekarang sarjana, anak saya 3 yang pertama sudah lulus, yang kedua masih semester 7, yang terakhir masih SD," ucap Herman dengan bangga.

"Alhamdulillah dari hasil ini dinikmati disyukuri aja. Niatnya saya, bapaknya sekolah rendah anak harus lebih tinggi, alhamdulillah intinya mah disyukuri," sambungnya.

Namun tugas Herman sebagai penjaga perlintasan tidak akan lama lagi. Sebab PT KAI sedang membangun pos penjaga perlintasan dan palang pintu di sana. Herman menyadari jika pengabdiannya akan selesai sebentar lagi.

Meski begitu, dia tetap berbesar hati dan mensyukuri atas apa yang telah diperbuat selama ini. Herman mengaku dirinya akan mencari pekerjaan lain setelah ini. "Iya gak apa-apa, bersyukur lebih aman. Saya paling nanti cari kerja yang lain mau gak mau, habis gimana lagi," tandasnya.

Diapresiasi PT KAI

Keberadaan Herman dan kawan-kawannya jelas sangat membantu pekerjaan PT KAI. Mereka dianggap mampu menyelamatkan perjalanan kereta dari gangguan di perlintasan sebidang.

Kabarnya, sebelum tahun 1991 silam, kecelakaan di perlintasan Cisaranten marak terjadi. Namun setelah para relawan penjaga perlintasan hadir, tidak ada lagi kecelakaan terjadi di saja.

"Keberadaan mereka (relawan penjaga perlintasan) membantu para pengguna jalan raya dan mengamankan perjalanan kereta api. Seperti yang disampaikan mereka, di sini dari tahun 91 sampai sekarang tidak ada kecelakaan," kata Manager Humasda KAI Daop 2 Bandung, Ayep Hanapi.

Meski bukan karyawan, namun perhatian PT KAI kepada para relawan tetap terjaga. Orang-orang seperti Herman kerap mendapat pembinaan hingga 'disekolahkan' untuk mendapat sertifikasi sebagai penjaga perlintasan sebidang.

"Pembinaan kita lakukan, mereka disekolahkan sehingga dapat sertifikasi seperti petugas pintu perlintasan resmi. Selain itu menjelang lebaran atau Nataru kita lakukan pembinaan, kita juga kita berikan bingkisan untuk mereka," ungkapnya.




(bba/dir)


Hide Ads