Hujan deras melanda Kota Bandung sejak tanggal 1 November. Hal ini menambah beban pada sisa atap Gedung Pusat Kebudayaan di Jalan Naripan yang sebelumnya ambruk pada Senin (28/10) sore.
Pantauan detikJabar pada Minggu (3/11/2024) menunjukkan kondisi Gedung Pusat Kebudayaan, atau sering disebut Gedung YPK, semakin memprihatinkan. Setelah beberapa hari diguyur hujan berturut-turut, sisa atap yang masih berdiri hanya terdapat di bagian depan dan kiri gedung. Sisanya sudah roboh, menyisakan dinding-dinding tanpa atap.
Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, langsung menggelar rapat bersama jajaran Pemprov Jabar, DPRD Jabar, dan Kementerian Kebudayaan untuk membahas langkah perbaikan gedung ini. Targetnya, perbaikan sementara Gedung YPK bisa dimulai pada minggu depan atau setidaknya sebelum akhir tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami akan menutup Gedung YPK ini dan menunggu rekomendasi dari Ibu Retno (dari Kementerian Kebudayaan) pada hari Selasa. Kami akan segera memperbaiki bagian yang rusak, dan ini mungkin akan berlangsung sekitar satu setengah bulan. Minggu depan perbaikan sementara sudah dimulai," kata Bey saat berada di lokasi, Minggu (3/11/2024).
Bey menjelaskan bahwa gedung yang dibangun pada tahun 1930 oleh arsitek G.J. Bel ini memang membutuhkan perbaikan keseluruhan, namun rencana tersebut baru dapat direalisasikan pada tahun depan. Saat ini, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) serta Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Jabar telah melakukan penilaian (assessment) pada bagian yang mengalami kerusakan untuk segera ditangani.
"Seiring dengan berjalannya perbaikan sementara, kami juga menunggu rekomendasi untuk melakukan rehabilitasi menyeluruh sesuai dengan kaidah-kaidah bangunan cagar budaya. Insya Allah, revitalisasi penuh ini akan dilakukan pada tahun 2025," lanjut Bey.
Menurut hasil penilaian dinas, Gedung YPK harus segera diperbaiki. Selain kerusakan atap yang lapuk akibat hujan, gedung ini juga mengalami masalah rayap yang mengakibatkan beberapa bagian bangunan menjadi rapuh.
Diharapkan, perbaikan sementara bisa rampung pada akhir tahun ini dengan menggunakan dana Belanja Tidak Terduga (BTT). Sementara itu, perbaikan menyeluruh akan menunggu proses penilaian dari Badan Pelestarian Kebudayaan dan dijadwalkan akan dimulai serta dianggarkan pada tahun depan.
"Jadi, jangan berharap gedung ini langsung pulih sepenuhnya setelah perbaikan ini. Ini hanya perbaikan sementara pada bagian yang paling rusak, dengan anggaran BTT sebesar Rp400 juta," jelas Bey.
Penutupan Gedung YPK sementara waktu akan berdampak pada berkurangnya ruang bagi para seniman dan budayawan. Bey menginstruksikan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk mengkomunikasikan solusi pemindahan para seniman dan budayawan ke gedung Rumentang Siang atau kantor dinas terkait.
"Para seniman bisa menggunakan Rumentang Siang atau kantor Disparbud. Kami memahami ini akan berat bagi para budayawan, tapi ini demi keselamatan kita semua dan supaya perbaikan bisa selesai dengan cepat," tutur Bey.
Insiden ini sekaligus menjadi pengingat bagi Pemprov Jabar untuk lebih memperhatikan sembilan bangunan cagar budaya lainnya yang berada di bawah naungan Disparbud Jabar. Bey mengatakan bahwa upaya pemeliharaan akan terus dilakukan meskipun tetap mempertimbangkan anggaran yang tersedia.
Sementara itu, Kepala Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah 9 Kementerian Kebudayaan, Retno Raswaty, menyatakan pihaknya akan segera memberikan rekomendasi terkait perbaikan yang harus dilakukan untuk menjamin keamanan dan fungsi gedung.
"Namun, untuk jangka panjang, kami menyarankan agar dilakukan rehabilitasi penuh pada bangunan cagar budaya ini. Hal ini memang memerlukan waktu, sehingga disepakati untuk melakukan Desain dan Rencana Detil (DED) untuk bangunan ini pada awal tahun depan," kata Retno.
"Kami juga merekomendasikan agar dilakukan pendataan ulang pada situs-situs cagar budaya nasional lainnya untuk mengetahui kondisi terbaru sehingga dapat segera ditentukan langkah pengamanan dan pelestariannya," tambah Retno.
(aau/tey)