Di balik riuh rendah pergaulan remaja Sukabumi yang kian buram, terpampang di layar media sosial dan menjadi sorotan media, berdiri seorang pria dengan tekad merubah perilaku negatif remaja tersebut.
Rudi Frinanda, bukan atlet ternama, bukan pula tokoh besar. Dia hanya seorang pengusaha yang punya cinta mendalam pada bulu tangkis. Cinta yang sudah tertanam sejak kecil, cinta yang terus dia pupuk meski tak pernah sekalipun meraih medali di lapangan.
Bagi Rudi, mimpi tidak harus selalu tentang prestasi pribadi. Baginya, mimpi itu kini berwujud Gedung Olahraga Bulu Tangkis (GOR) di Palabuhanratu, Sukabumi. Dengan merogoh kocek pribadinya, Rudi membangun gedung yang berdiri kokoh sebagai tempat berkumpulnya harapan dan cita-cita anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingin mereka punya pilihan, punya tempat untuk menyalurkan energi dan menghindari pergaulan negatif," kata Rudi, suaranya berat tapi penuh keyakinan.
![]() |
Sebagai satu-satunya pemilik GOR bulu tangkis di Palabuhanratu, ia tidak hanya memberikan tempat untuk berlatih, tetapi juga membangun mimpi dan masa depan mereka. Dengan setiap ayunan raket dan suara kok yang beradu, ia meletakkan batu demi batu dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi mereka.
"Saya ingin mereka tahu bahwa di luar sana ada dunia yang lebih luas yang bisa mereka raih, selama mereka berani bermimpi dan bekerja keras. Saya ada di sini untuk membantu mereka mewujudkannya," tutup Rudi dengan senyum penuh keyakinan.
Setiap minggu, suara kok yang beradu dengan raket menjadi melodi yang membangkitkan semangat. Ada sekitar 60 anak yang datang dengan antusiasme tinggi, berlatih tiga kali seminggu. Mereka bukan sekadar anak-anak yang ingin bermain, tapi adalah calon-calon atlet yang tengah mengasah mimpinya. Melihat mereka berlatih, mata Rudi selalu berbinar, seperti menemukan secercah cahaya di tengah gelapnya persoalan remaja.
GOR Rudi bukan hanya sekadar gedung olahraga, tapi panggung mimpi yang terus ia besarkan. Suatu ketika, Rudi mengundang legenda bulu tangkis seperti Icuk Sugiarto kemudian putranya Tommy Sugiarto, untuk berbagi ilmu di gedungnya. Ia juga menghadirkan pebulutangkis komedian Mawar yang ternyata punya passion serupa, hingga eks pemain nasional seperti Agripina.
"Saya ingin mereka merasakan langsung aura pemain hebat, supaya anak-anak di sini tahu bahwa mimpi besar itu bisa dijangkau," ujarnya, dengan mata berbinar penuh harapan.
Langkah yang diambil Rudi bukanlah tanpa tantangan. Ketika banyak orang memilih jalan aman, ia justru terjun ke arena, menyingsingkan lengan baju demi mengubah nasib generasi muda. Rudi sadar bahwa di balik gedung yang ia bangun, terdapat perjuangan panjang untuk menyelamatkan anak-anak dari pengaruh negatif yang terus mengintai.
"Saya ingin anak-anak ini tahu bahwa hidup lebih dari sekadar mengikuti arus. Ada banyak hal yang bisa dicapai jika mereka berani berjuang," tegas Rudi.
Di GOR miliknya, bukan hanya peluh yang bercucuran di setiap latihan. Di sana, ada harapan yang tumbuh, semangat yang terus digembleng, dan mimpi yang perlahan dijahit menjadi nyata.
"Menjadi seorang pebulutangkis itu tidak hanya berjuang untuk menjadi atlet, banyak pebulutangkis yang menjadikan olahraganya itu batu loncatan, ada yang menjadi dosen, ada juga yang meraih beasiswa sampai S3 dan bekerja sebagai profesional di perusahaan ternama," tutur Rudi.
![]() |
Rudi Frinanda mungkin bukan nama besar dalam dunia bulu tangkis, tapi baginya, setiap anak yang berlatih di gedung itu adalah alasan cukup untuk tetap berjuang. Setiap ayunan raket, setiap suara kok yang bergema, adalah langkah kecil untuk mengubah nasib generasi muda Palabuhanratu.
"Ini bukan soal siapa yang paling hebat, tapi tentang siapa yang berani bermimpi dan bekerja keras. Dan saya ingin mereka tahu, bahwa mereka tidak sendiri," tutup Rudi, dengan senyum yang seolah menyimpan seribu cerita.
(tey/tey)