Kamis 17 Oktober 2024 ini, Kota Tasikmalaya genap berusia 23 tahun. Daerah otonom hasil pemekaran dari Kabupaten Tasikmalaya ini terus berbenah menjadi daerah termaju di Priangan Timur.
Namun demikian, ada beberapa persoalan di Kota Tasikmalaya yang masih menjadi PR atau pekerjaan rumah yang menjadi sorotan berbagai kalangan masyarakat.
Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Aslim mengungkapkan, salah satu PR penting bagi Pemerintah Kota Tasikmalaya adalah soal berkurangnya rasa aman yang dirasakan masyarakat, terutama jika beraktivitas di malam hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ketemu salah satu pejabat instansi vertikal, dia mengaku tidak merasa aman jika keluar malam-malam di Kota Tasik. Padahal rasa aman, itu penting," kata Aslim, usai memimpin rapat paripurna istimewa peringatan HUT ke-23 Kota Tasikmalaya, Kamis (17/10/2024).
Aslim mengaku, menangkap fenomena pergeseran moral dan perilaku masyarakat Kota Tasikalaya khususnya anak-anak muda.
"Tasik ini dulu terkenal dengan kota yang sangat santun, ramah, ini terjadi pergeseran. Salah satu indikator adalah maraknya aksi geng motor. Itu harus menjadi PR kita, apalagi Tasik ini Kota Santri harusnya orang masuk ke sini harus nyaman," kata Aslim.
Dia menilai, perlu dilakukan perbaikan yang serius untuk mengatasi permasalahan ini. Perlu sebuah terobosan yang bisa mengurangi masalah sosial tersebut dengan melibatkan semua elemen masyarakat.
"Ini tentunya harus kita lakukan perbaikan, kita berkolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, sehingga Tasik ini menjadi kota yang nyaman, jam berapa pun keluar rumah, kita merasa nyaman dan aman. Karena tanpa ada rasa aman dan nyaman, apa pun yang kita bangun kita tidak akan enak tinggal di Tasik," kata Aslim.
Aslim mengaku, mengapresiasi langkah Pj Wali Kota Tasikmalaya yang sempat melakukan pertemuan ulama dan pemerintah untuk membahas mengenai penanganan masalah ini. Tapi Aslim melihat hal itu baru sebatas seremonial tanpa diikuti aksi yang nyata.
"Pak Pj kemarin pernah melakukan ada rembug ulama dan umaro, tapi harus dikembangkan lagi. Jangan hanya pertemuan seremonial, harus jelas hasilnya. Harus dilanjutkan ke tingkat bawah, sehingga semua masyarakat terlibat," kata Aslim.
Salman Alfarizi (25), warga Kelurahan Sirnagalih, Kecamatan Indihiang mengakui bahwa ada ketakutan yang dirasakan jika keluar lewat dari jam 9 malam. "Iya memang sekarang agak was-was kalau keluar malam, takut geng motor. Jangan sampai Tasik jadi Gotham City (kota di film Batman)," kata Salman.
Hal lain yang jadi sorotannya adalah soal kesempatan kerja di Kota Tasikmalaya yang minim. "Harapan 23 tahun Kota Tasik, lowongan kerja diperbanyak, harus semakin banyak perusahan atau industri, jadi kesempatan kerja lebih banyak. Sekarang kan banyak anak muda Tasik yang lebih memilih merantau," kata Salman.
Menanggapi hal tersebut, Pj Wali Kota Tasikmalaya Cheka mengakui, masalah sosial yang berdampak pada terusiknya rasa aman warga menjadi salah satu permasalahan yang harus ditangani serius.
Namun menurut dia permasalahan yang satu ini bersifat multidimensi. Tak hanya satu faktor namun berkaitan dengan banyak faktor lainnya, termasuk faktor ekonomi, pendidikan dan lainnya.
"Kita memang harus punya program yang satu sisi meningkatkan perekonomian, sekaligus penguatan karakter yang kita miliki," kata Cheka.
Makanya, lanjut Cheka, pihaknya berusaha memperbanyak kegiatan atau event-event di Kota Tasikmalaya. Dengan harapan terjadi peningkatan ekonomi, karena banyaknya warga yang datang dan terjadi transaksi ekonomi atau aktifitas perdagangan.
"Galakan event-event, sehingga banyak orang datang, dengan begitu terjadi asimilasi. Kita harus menunjukan karakter masyarakat kita yang sebenarnya, yang ramah dan santun," kata Cheka.
Selain itu sektor pendidikan juga menurut Cheka harus ditingkatkan terutama bagi anak-anak usia sekolah. Penambahan porsi pendidikan agama menurut dia harus dilakukan agar bisa membentuk karakter akhlakul karimah.
"Contohnya kita siapkan program apresiasi bagi anak-anak yang bisa hafal Alquran 30 juzz, nah program-program semacam ini akan berdampak bagi anak-anak yang lain," kata Cheka.
1 dari 10 Warga Kota Tasikmalaya Miskin
Selain itu masalah kemiskinan juga masih menjadi sorotan atau bahan evaluasi bagi Pemkot Tasikmalaya. Saat ini 1 dari 10 orang warga Tasik adalah warga miskin. Persentase penduduk miskin di Kota Tasikmalaya saat ini berada di angka 11,10 persen.
Meski demikian Cheka mengatakan terjadi tren penurunan yang signifikan sejak Pemkot Tasikmalaya berdiri. "Trennya positif, artinya menurun dalam beberapa tahun terakhir. Asalnya 3 dari 10 warga berstatus miskin, sekarang 1 dari 10," kata Cheka.
Dia menjelaskan penurunan tingkat kemiskinan di Kota Tasikmalaya merupakan satu yang tertinggi secara nasional dan Jawa Barat.
"Indeks percepatan penurunan kemiskinan di Kota Tasikmalaya dalam satu tahun terakhir mencapai sekitar 9,06 persen," kata Cheka.
(mso/mso)