Gorong-gorong di atas Jalan Raya Cirebon-Indramayu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, menjadi satu hambatan bagi petani. Selain debit airnya yang sering kurang, tempat ini juga sering dipenuhi sampah.
Sirin (55) satu petani di Desa Singakerta, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, mengaku rugi akibat kurangnya pasokan air, sehingga padi yang sudah ia kelola di musim tanam kedua ini terancam gagal.
"Punya 3 bahu (luas sawah), lahan sewa makanya ya babak belur. Hasil rendengan (MT1) habis buat ketigaan (MT2) jadi zonk," ujarnya, Selasa (17/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi terparah sudah dialami beberapa tahun belakangan. Terutama saat kemarau panjang dengan minimnya curah hujan. Meski ia sadar akan kondisi itu, ia tetap mencoba mengelola padi dengan harapan terpenuhinya pasokan air.
Parahnya, petani mengaku adanya hambatan pada salah satu saluran irigasi menuju area persawahannya. Dimana, gorong-gorong tersebut sering tersumbat tumpukan sampah.
"Ya gimana kalau nggak disadon jadi kekurangan air. Sekarang mah asuransi nggak ada. Jadi masyarakat kan gimana ya. Untuk seterusnya kecewa terus kalau nggak diangkat selamanya," ujarnya.
Nasib serupa juga dialami Masduki, ia yang sudah menghabiskan Rp5 juta untuk mengelola padi pun hanya bisa gigit jari. Sebab, kondisi lahannya seluas 1 bahu kini mengering.
Ia mengaku, kondisi parah ini sudah terjadi sejak 2 tahun belakangan. Sebab, ada beberapa tahun di musim tanam kedua, pasokan air masih terpenuhi karena bantuan curah hujan.
Namun, terkait gorong-gorong yang ada di Blok Semaya, Desa Singakerta, petani meminta agar dilakukan normalisasi sekaligus pelebaran jembatan. Agar distribusi air tetap lancar. Sebab menurutnya, petani seringkali harus bergotong royong menguras sampah yang selalu menumpuk di sekitar bawah jembatan.
"Tahun kemarin lebih parah, banyak bangkai di sungai pas lagi gotong royong sampai gak bisa makan seminggu. Di sini seringnya dapat sampah, airnya sih sedikit," ujar Masduki.
Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro menyebut sedimentasi menjadi satu masalah yang dialami saluran di wilayah hilir Indramayu. Sehingga, pihaknya sudah menerjunkan satu unit alat berat untuk melakukan normalisasi.
"Kita masih punya waktu sampai Desember tahun anggaran ini ya itu masih kita kerjakan," kata Agus.
Sementara untuk rehabilitasi gorong-gorong, pihaknya akan mensinkronisasikan dengan badan jalan. Hal itu selain untuk mengefisienkan anggaran juga mempertimbangkan bentuk pembangunan gorong-gorong tersebut.
"Kalau yang gorong-gorong kita perlu bicara lebih lanjut. Kami dari SDA punya konsep. Bisa peninggian bisa gorong-gorong bikin baru lagi jadi ada 2 bisa juga kita pilih mana yang optimal," katanya.
"Mungkin kita usulkan tahun depan karena sekarang sudah mendekati akhir tahun," lanjutnya.
(iqk/iqk)